Obligasi Korporasi Membanjiri Pasar Pekan Ini

Aksi emisi surat utang korporasi cukup marak sepanjang pekan ini. Aktivitas penerbitan obligasi diperkirakan masih akan tinggi hingga sisa tahun ini.

Pandu Gumilar

11 Sep 2021 - 14.22
A-
A+
Obligasi Korporasi Membanjiri Pasar Pekan Ini

ilustrasi obligasi

Bisnis, JAKARTA – Bursa Efek Indonesia menyambut pencatatan surat utang korporasi yang cukup tinggi sepanjang pekan ini. Secara total, sepanjang tahun ini sudah ada 71 emisi surat utang korporasi dari 47 emiten dengan nilai mencapai Rp68,44 triliun.

Pada pekan ini, terdapat delapan pencatatan obligasi, dua pencatatan sukuk mudharabah, dan dua pencatatan sukuk ijarah di BEI. Di antaranya adalah PT Sinas Mas Multiartha Tbk. yang menerbitkan Obligasi Berkelanjutan II Sinar Mas Multiartha, dengan nominal sebesar Rp705,7 miliar.

Lalu, PT Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Utara Gorontalo resmi menerbitkan Obligasi Berkelanjutan I Bank Sulutgo Tahap I Tahun 2021, dengan nominal sebesar Rp750 miliar.

Selain sektor finansial, perusahaan pelat merah seperti PT Hutama Karya (Persero) juga menerbitkan Obligasi Berkelanjutan II Hutama Karya Tahap I Tahun 2021 dan Sukuk Mudharabah Berkelanjutan I Hutama Karya Tahap I Tahun 2021, dengan nilai masing-masing Rp1 triliun dan Rp500 miliar.

PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. pun ikut menerbitkan Obligasi Berkelanjutan II Wijaya Karya Tahap I Tahun 2021 dan Sukuk Mudharabah Berkelanjutan II Wijaya Karya Tahap I Tahun 2021, dengan nilai masing-masing Rp1,75 triliun dan Rp750 miliar.

Lalu, PT Angkasa Pura I (Persero) menerbitkan Obligasi Berkelanjutan I Angkasa Pura I Tahap I Tahun 2021 dan Sukuk Ijarah Berkelanjutan I Angkasa Pura I Tahap I Tahun 2021, dengan nilai masing-masing Rp1,11 triliun dan Rp496 miliar.

BEI menyatakan total emisi obligasi serta sukuk yang tercatat sampai dengan saat ini berjumlah 484 emisi dengan nilai nominal outstanding sebesar Rp430,35 triliun dan USD47,5 juta. Penerbitan dilakukan oleh 127 emiten.

Selain itu, surat berharga negara (SBN) yang tercatat di BEI berjumlah 156 seri dengan nilai nominal Rp4.325,01 triliun dan USD400,00 juta. Efek beragun aset (EBA) sebanyak 10 emisi senilai Rp6,17 triliun.

Sebelumnya, Direktur Panin Asset Management Rudiyanto mengatakan pihaknya lebih memilih BUMN untuk mengisi portofolio obligasi pada produk reksa dana. Namun di luar itu, juga ada beberapa portofolio lain yang bagus untuk memoles kinerja.

“Untuk pilihan, kami mengutamakan yang rating-nya investment grade, BUMN, sektor yang strategis, atau perusahaan yang merupakan bagian dari konglomerasi keuangan yang besar,” katanya kepada Bisnis.

Rudiyanto berpendapat obligasi dari korporasi cocok untuk reksa dana terproteksi. Sementara itu, untuk reksa dana pendapatan tetap adalah kombinasi antara surat utang pemerintah dan korporasi.

Vice President Fixed Income Research Division Mandiri Sekuritas Teddy Hariyanto mengatakan prospek penerbitan obligasi korporasi di semester II/2021 masih tetap tinggi.

Menurutnya saat ini kondisi suku bunga masih rendah membuat kecenderungan emiten obligasi melakukan refinancing masih tinggi. Selain itu, emiten yang menerbitkan tahun 2019-2020 lalu juga masih memiliki sisa PUB. ditambah lagi sisa PUB issuer-issuer yang baru menerbitkan obligasi selama semester 1/2021.

“Mereka ingin memanfaatkan momentum suku bunga rendah ini untuk mendapatkan dana dengan tenor yang panjang dan suku bunga tetap serta memperbaiki cash flow mereka,” katanya kepada Bisnis.

Teddy menilai kondisi suku bunga rendah telah menyebabkan suku bunga deposito sangat rendah dan yield government bond juga relatif rendah. Di sisi lain, kondisi ekonomi yang sangat menantang menyebabkan pasar saham sangat volatil. Maka untuk mendiversifikasi risiko dan meningkatkan yield, investor sangat tertarik dengan obligasi korporasi.

Namun, investor berselera pada obligasi yang memiliki peringkat A ke atas hingga AAA. Beberapa bond korporasi dengan rating diatas A, seperti contohnya TBIG, PTPP dan WIKA yang mencatatkan oversubscribed.

Obligasi yang masih menarik, lanjutnya, berasal dari sektor yang relatif aman atas dampak pandemi atau mulai pulih dan dampak pandemi terhadap sektor ini mulai berkurang. Misalnya, sektor makanan dan minuman, rokok, farmasi, rumah sakit, dan telekomunikasi.

Selain itu, investor perlu memerhatikan kondisi fundamental dan keuangan maupun prospek bisnis emiten. Dukungan dari shareholder atau grup tinggi serta tingkat kupon yang ditawarkan emiten juga patut menjadi pertimbangan.

Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto menilai terdapat kemungkinan penerbitan surat utang korporasi tahun ini bisa melampaui tahun lalu. Menurutnya, biaya penerbitan jauh lebih rendah dibandingkan pada 2020.

“Tahun ini penerbitan harusnya bisa lebih tinggi karena cost of fund rendah dan industri sudah bergeliat secara umum dan ekonomi mulai pulih sehingga mereka butuh pembiayaan di tahun ini,” katanya.

Namun, Ramdhan menambahkan investor saat ini sedang berhati-hati karena ada beberapa emiten yang gagal bayar atau mengalami penurunan peringkat. Akan tetapi karena yield Surat Berharga Negara (SBN) masih rendah membuat bond corporate sangat menarik.

“Harus kombinasi dengan bond corporate karena return yang besar. Industri telekomunikasi menarik apalagi yang menerbitkan obligasi memiliki peringkat bagus semua,” katanya.

Saat ini menurutnya surat utang korporasi diterbitkan oleh sektor finansial. Ramdhan menilai sektor itu memiliki rating dan rekam jejak yang baik. Dia tidak menyarankan investor masuk ke dalam obligasi korporasi dari sektor pariwisata dan infrastruktur karena memiliki outlook negatif.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Emanuel Berkah Caesario

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.