Kebijakan bank sentral di dunia, terutama The Fed untuk menaikkan tingkat suku bunga acuan secara agresif juga diprediksikan akan menghambat pemulihan ekonomi global dan menimbulkan debt distress. Dengan terbatasnya kapasitas fiskal terutama di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah diprediksikan akan dapat memengaruhi pencapaian Sustainable Development Goals (SDG) di tahun 2030. Bagaimana dengan Indonesia?
Baru saja BPS mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II/2022 sebesar 5,44 persen (YoY). Di keseluruhan 2022, IMF memprediksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan dapat mencapai 5,3 persen, jauh lebih tinggi dari proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada 2022 sebesar 3,2 persen.
Untuk menjaga pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif, Pemerintah Indonesia mengambil kebijakan transformasi struktural yang salah satunya adalah upaya mengatasi dampak perubahan iklim untuk tetap memenuhi komitmen pencapaian SDGs. Komitmen tersebut diwujudkan dalam keikutsertaan Indonesia di dalam Paris Agreement yang ditegaskan dengan Dokumen Kontribusi Nasional atau NDC, di mana ditargetkan pengurangan gas rumah kaca (GRK) sebesar 29 persen secara mandiri dan 41 persen dengan dukungan internasional dapat tercapai di tahun 2030.