Bisnis, JAKARTA – Negara kaya telah merugikan negara miskin hingga triliunan dolar AS akibat produksi emisinya, sebuah kontradiksi dari kampanye perubahan iklim yang mereka gaungkan.
Pada saat yang sama, banyak perusahaan mulai dari merek fast fashion hingga minyak dan gas (migas) melabeli produk dan proses bisnisnya sebagai sustainable atau berkelanjutan. Mereka menikmati setiap dolar yang didapat dari kantong konsumen melalui kampanye perubahan iklim yang menyesatkan.
Sebuah penelitian terbaru yang dilakukan oleh ilmuwan dari Dartmouth College, salah satu anggota kumpulan universitas elit Ivy League, mengungkap bahwa ada hubungan secara langsung pemanasan global suatu negara terhadap kerugian dan kerusakan ekonomi negara lainnya.
Studi ini menemukan bahwa dua ekonomi terbesar di dunia, yakni Amerika Serikat dan China bertanggung jawab terhadap kerugian pendapatan global masing-masing lebih dari US$1,8 triliun sepanjang periode 25 tahun sejak 1990.