Pasar Modal Semakin Semarak di Tahun ke-7 Pemerintahan Jokowi

Jumlah investor naik signifikan pada tahun ke-7 pemerintahan Jokowi. Padahal dalam dua tahun terakhir, pandemi tengah melanda dunia.

Pandu Gumilar & Aprianto Cahyo

19 Okt 2021 - 18.44
A-
A+
Pasar Modal Semakin Semarak di Tahun ke-7 Pemerintahan Jokowi

Karyawan berada di dekat monito pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (30/1). Bisnis - Nurul Hidayat

Bisnis, JAKARTA - Waktu berlalu begitu cepat hingga tak terasa Presiden Joko Widodo (Widodo) telah memerintah Indonesia selama 7 tahun. Sejalan dengan masa jabatannya, kondisi pasar modal semakin semarak.

Salah satu indikatornya yaitu jumlah investor yang meningkat secara signifikan dalam tujuh tahun terakhir. Guru Besar Keuangan dan Pasar Modal Universitas Indonesia, Budi Frensidy, mengatakan pertumbuhan jumlah investor menjadi catatan penting dalam masa kepemimpinan Jokowi.

Menurutnya, hal tersebut menjadi salah satu indikasi yang bagus bagi industri pasar modal. “Hal yang perlu diapresiasi adalah jumlah emiten yang terus naik dan jumlah investor ritel,” katanya kepada Bisnis Selasa (19/10/2021).

Lebih lanjut, dia  menggarisbawahi agar regulator bisa meningkatkan perlindungan terhadap investor. Dia juga berharap edukasi kepada investor muda dan milenial yang belum berpengalaman terus ditegakkan.

“[Meningkatkan] pengawasan terhadap para pom-pom dan influencer yang memprovokasi para investor pemula,” tegasnya.

Direktur Utama Bursa Efek Indonesia, Inarno Djajadi, sebelumnya mengatakan pertumbuhan investor yang sangat masif telah mendukung penguatan indikator-indikator di pasar moda. 

BEI mencatat sampai dengan Agustus 2021 jumlah investor saham baru telah tumbuh sebanyak 1 juta. “Single Investor Identification (SID) pasar modal lebih dari 6,4 juta dan 2,9 juta diantaranya adalah SID saham,” imbuhnya.

Hal itu pun telah berdampak pada terciptanya rekor-rekor baru di bursa saham. Salah satunya Bursa Efek Indonesia mencatat RNTH mencapai level tertinggi dalam lima tahun terakhir pada tahun ini.

Bahkan transaksi harian para investor tembus Rp13 triliun pada tahun ini. “Tingginya aktvitas transaksi mencapai rekor baru, RNTH tembus Rp13 triliun per hari atau naik dua kali dalam lima tahun terakhir. Frekuensi transaksi tecatat 1,2 juta per hari, tertinggi di Asean dalam tiga tahun terakhir,” katanya Kamis (14/10/2021).

Inarno menambahkan lonjakan volume perdagangan terbukti mampu mencapai 19 miliar saham per hari meskipun di masa pandemi. Dia pun berharap pasar modal dapat terus tumbuh dan membantu pemulihan ekonomi negara. Dia juga optimistis antusias masyarakat untuk berinvestasi dan menjadi bagian pasar modal masih sangat tinggi.

 

 

IHSG Menurun
Di sisi lain, indeks harga saham gabungan (IHSG) justru terkoreksi pada perdagangan hari ini, Selasa (19/10/2021). Berdasarkan data Bloomberg seperti dikutip dari bisnis.com, IHSG ditutup melemah tipis 0,04% atau 2,77 poin ke level 6.656.

Sepanjang perdagangan, IHSG bergerak dalam rentang 6.613,89 - 6.677,60. Dari seluruh konstituen, terpantau 247 saham menguat, 262 saham melemah dan 149 saham tidak bergerak dari posisi sebelumnya alias stagnan.

Hingga akhir perdagangan, total volume transaksi mencapai 24,05 miliar saham senilai Rp13,45 triliun. Adapun, investor asing mencatat aksi beli bersih atau net buy senilai Rp584,80 miliar.

Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) diborong asing dengan nilai Rp309,7 miliar. Namun, saham BBRI ditutup melemah 0,23% ke Rp4.400.

Selanjutnya investor, asing juga terpantau membeli saham PT Astra International Tbk. (ASII) dengan net buy Rp149,3 miliar, disusul saham BBNI senilai Rp101,5 miliar.

Sementara itu, saham PT Bank Central Asia Tbk.  (BBCA) menjadi yang paling banyak dilepas asing dengan net sell senilai Rp230,3 miliar, disusul PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA) senilai Rp61,1 miliar.

Adapun pelemahan IHSG terjadi di tengah keputusan Rapat Dewan Gubernur Bank indonesia (BI) yang akhirya memutuskan mempertahankan Suku bunga acuan BI 7-day reserve repo rate (BI-7DRR) di level 3,50%. Keputusan ditetapkan sebagai hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI yang terselenggara pada 18-19 Oktober 2021.

Gubernur BI Perry Warjiyo menuturkan bank sentral juga pertahankan suku bunga deposit facility sebesar 2,75% dan suku bunga lending facility sebesar 4,25%. "Keputusan ini sejalan dengan perlunya menjaga stabilitas nilai tukar dan sistem keuangan, di tengah prakiraan inflasi yang rendah dan upaya untuk mendukung pertumbuhan ekonomi," ujar Perry Warjiyo dalam paparan hasil RDG, Selasa (19/10/2021).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Febrina Ratna Iskana

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.