Pelajari Analisis Fundamental Sebelum Borong Aset Kripto

Terdapat lima faktor fundamental yang perlu diperhatikan sebelum bertransaksi aset kripto untuk menghindari kerugian yang besar di masa depan.

Dwi Nicken Tari

20 Okt 2021 - 08.42
A-
A+
Pelajari Analisis Fundamental Sebelum Borong Aset Kripto

Cryptocurrency - Istimewa

Bisnis, JAKARTA - Investasi pada aset kripto mulai menjadi tren dalam beberapa tahun belakangan ini. Apalagi sejak pendiri Tesla, Elon Musk, ikut berinvestasi pada cryptocurrency

Perdagangan kripto pun semakin semarak. Banyak orang dan institusi mulai melirik aset digital tersebut. 

Namun, sebelum jor-joran menanamkan duit pada aset kripto, investor harus memperhatikan juga sejumlah fundamental. Hal itu penting untuk meminimalisir kerugian yang besar di masa depan. 

Research & Development Manager ICDX, Jericho Biere, menuturkan setidaknya ada lima aspek yang bisa diperhatikan dalam menganalisis fundamental sebuah aset kripto. Pertama, perhatikan proyek yang dikembangkan oleh pembuat cryptocurrency.

Dia menuturkan, investor perlu mencermati apakah proyek yang dibuat oleh pihak pengembang koin tersebut dapat memberikan solusi atas masalah yang muncul dari aset tradisional. Sehingga aset kripto dapat menghadirkan nilai baru dari sisi ekonomi.

"Apa sih yang bisa ditawarkan ketika proyek itu diimplementasikan, dapat menghasilkan sebuah nilai?" jelasnya dalam webinar virtual, dikutip Selasa (19/10/2021).

 

 

Faktor kedua yaitu perhatikan tim pengembang yang menciptakan aset kripto. Menurut Jericho, tim pengembang merupakan aspek yang penting karena menyangkut keberlangsungan aset kripto itu sendiri.

Beberapa hal yang patut dicermati yaitu, siapa pendirinya, apa programnya, dan kepentingan mereka dalam mengembangkan proyek aset digitalnya.

Faktor ketiga yaitu komunitas. Berbeda dengan aset lainnya, komunitas merupakan salah satu elemen yang terpenting dalam perdagangan aset kripto.Itu karena komunitas dapat menggerakan proyek yang dijalankan oleh tim pengembang. 

Selaian komunitas, lanjut Jericho, investor dapat melihat ketertarikan investor lainnya terhadap sebuah aset kripto. Investor dapat mencermati apakah ada investor lain dalam jumlah besar yang mengoleksi aset kripto atau tidak. 

Faktor keempat yaitu whitepaper atau roadmap. Jika di pasar modal dikenal dengan prospektus, maka aset kripto memiliki whitepaper.

Whitepaper berisikan gambaran pengembangkan koin atau token kedepannya. Selain itu, investor juga dapat mencermati roadmap untuk melihat lini masa pengembangan. 

Faktor kelima yaitu keamanan. Investor perlu menganalisis sistem keamanan yang telah diadopsi oleh sebuah blockchain. Pada dasarnya, blockchain memberikan efisiensi terhadap ekonomi dan dapat mengembangkan teknologi lainnya sehingga butuh tingkat keamanan.

 

 


Selain lima faktor fundamental tersebut, investor juga harus dapat membedakan istilah koin dan token. Sering kali investor menganggap koin dan token merupakan hal yang sama. 

Meski nampak sama, koin dan token justru memiliki perbedaan yang sangat jelas. Namun, kerap kali investor sulit membedakannya karena keduanya karena kerap kali istilah itu tercampur satu dengan yang lain. 

Padahal, berdasarkan data yang dihimpun Bisnis, Selasa (19/10/2021), koin merupakan aset kripto yang memiliki teknologi blockchain sendiri. Misalnya, Bitcoin, Ethereum dan Cardano.

Koin terbentuk dalam proses mining atau penambangan dengan mekanisme Proof of Work atau Proof of Stake.  Dengan dua mekanisme itu, seseorang dapat menambang atau mendapatkan koinnya sendiri.

Selain itu, koin bertindak sebagai mata uang pada umumnya sehingga dapat digunakan untuk transaksi ataupun disimpan. Seperti El Salvador yang resmi menjadikan Bitcoin sebagai mata uang resmi negara bersamaan dengan dolar AS.

Bedanya, koin merupakan uang dalam bentuk digital. Beberapa jenis koin digital yang sering dijumpai investor yaitu Bitcoin (BTC), Ethereum (ETH), Dogecoin (DOGE), Litecoin (LTC). 

Sedangkan token merupakan aset digital yang menggunakan blockchain lain. Hal itu berbeda dengan koin digital yang berdiri di dalam jaring blockchain milik sendiri.

Lebih lanjut, token terbentuk di dalam aplikasi terdesentralisasi (DApps). DApps yang menggunakan token umumnya lebih mudah untuk dikembangkan, seperti munculnya keuangan terdesentralisasi (DeFi) dan token yang tidak dapat dipertukarkan (NFT). 

Token juga merupakan representasi atau mewakili sebuah aset atau utilitas tertentu. Biasanya, token juga berfungsi sebagai alat tukar atau pembayaran dalam sebuah project.  

Token juga dapat disimpan untuk investasi hingga diperdagangkan. Beberapa token yang umum dijumpai yaitu Tether, Polygon, Uniswap, Solana dan Polkadot.

Sebagai contoh, Polygon merupakan platform cryptocurrency India yang berada di dalam blockchain Ethereum. Polygon mampu menyediakan transaksi yang lebih cepat dan lebih murah.

(Yuliana Hema)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Febrina Ratna Iskana

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.