Peluang Terbuka Grup Djarum Rajai Bisnis Menara di Indonesia

Bergabungnya PT Solusi Tunas Pratama Tbk. ke dalam tubuh PT Sarana Menara Nusantara Tbk. sebagai unit usaha Grup Djarum berpotensi mendorong perseroan menjadi calon raja menara di Indonesia.

Pandu Gumilar

5 Des 2021 - 15.48
A-
A+
Peluang Terbuka Grup Djarum Rajai Bisnis Menara di Indonesia

Halaman muka Laporan Tahunan PT Sarana Menara Nusantara Tbk. 2017./ptsmn.co.id

Bisnis, JAKARTA — Grup Djarum melalui PT Sarana Menara Nusantara Tbk. berpotensi menjadi raja menara telekomunikasi di Indonesia setelah bergabungnya PT Solusi Tunas Pratama Tbk. ke dalam grup konglomerasi tersebut.

Tidak hanya dari sisi aset, kinerja fundamental Sarana Menara Nusantara pun dapat mengungguli para kompetitor lain seperti Tower Bersama maupun Mitratel. Pada kuartal III/2021, emiten berkode saham TOWR itu mencetak pendapatan sebesar Rp6,06 triliun.

Jumlah tersebut naik 9,1 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya Rp5,55 triliun. Pendapatan sewa menara masih menjadi motor utama dengan torehan mencapai Rp5,63 triliun.

Adapun yang menjadi pelanggan utama adalah PT XL Axiata Tbk. (EXCL) sebesar Rp1,7 triliun atau 28 persen dari total pendapatan. Lalu, PT Hutchison 3 Indonesia Rp1,6 triliun atau setara kontribusi 26 persen.

Adapun anak usaha PT Telkom Indonesia Tbk. (TLKM) yaitu Telkomsel juga menjadi kontributor dengan torehan 14 persen yang setara Rp848,9 miliar. Selain meningkatkan topline, perseroan juga mampu menurunkan beban-beban.

Di antaranya adalah beban penjualan dan pemasaran sebesar 26,27 persen year-on-year (YoY), biaya keuangan 10,18 persen YoY, dan beban usaha lainnya 95 persen.

Setelah dikurangi dengan beban-beban lain serta pajak, total laba bersih yang diraup oleh TOWR adalah Rp2,57 triliun. Jumlah itu naik 28,78 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya Rp1,98 triliun.

Perlu diingat, pada 1 Oktober 2021, Protelindo telah menyelesaikan transaksi pengambilalihan saham atas PT Solusi Tunas Pratama Tbk (SUPR) sebanyak 1,06 miliar saham atau sama dengan 94,03% dari modal ditempatkan dan disetor.

Pengambilalihan saham ini dilakukan melalui proses lelang kompetitif selama 4 bulan, dan Protelindo telah terpilih menjadi pemenang lelang.

Harga pembelian saham oleh TOWR adalah Rp15.640 per saham. Dengan demikian unit usaha Grup Djarum itu mengeluarkan modal hingga Rp16,72 triliun.

Berdasarkan laporan keuangan TOWR, perseroan menerima sejumlah fasilitas pinjaman dari beberapa bank. Di antaranya adalah PT Bank HSBC Indonesia sebesar Rp1 triliun, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Rp2 triliun, PT Bank Mizuho Indonesia Rp2 triliun dan PT Bank CIMB Niaga Tbk. Rp1 triliun.

Sampai dengan akhir 2020, SUPR memiliki 6.422 menara dengan penyewaan site menara 12.145 kali. Selain itu, rasio penyewaan menara sebesar 1,89 kali dengan jaringan serat kabel optik 6.277 kilometer.

63 persen dari menara SUPR terpusat di Jawa dengan 13 persen diantaranya adalah Jakarta. Sementara 24 persen sisanya adalah Sumatera dan 13 persen lainnya wilayah Indonesia Timur.

Ketika dihubungi Bisnis, Wakil Direktur Utama Sarana Menara Nusantara Adam Ghifari mengaku optimistis kinerja perseroan bakal makin ciamik pada kuartal IV/2021. Sebab, perseroan mulai mengkonsolidasikan laporan buku kedua perusahaan.

“Tahun ini pertumbuhan bisnis kami cukup baik dan di kuartal IV kami mulai konsolidasikan angka-angka SUPR ke TOWR,” katanya kepada Bisnis baru-baru ini.

Di sisi lain sebagai pemegang saham pengendali, TOWR melalui anak usaha Protelindo telah menjadi penjamin bagi SUPR untuk mendapatkan fasilitas pinjaman sebesar Rp5,25 triliun.

Manajemen SUPR pun menargetkan pendapatan tahun ini bisa tumbuh antara 8 persen sampai dengan 11 persen. Mengacu pada torehan semester I/2021, perseroan telah mampu merealisasikan target dengan tumbuh 11 persen menjadi Rp1,04 triliun.

Adapun target pendapatan hingga akhir tahun berpotensi naik menjadi Rp2,11 triliun dibandingkan dengan torehan 2020 Rp1,92 triliun.

Dengan begitu, potensi pemasukan TOWR bertambah berkali lipat. Selain itu, SUPR dalam fase penambahan menara baru sebanyak 200-300 menara. Untuk jaringan fiber, SUPR menargetkan penambahan sebanyak 3.000 kilometer tahun ini.

Sementara itu, Analis Henan Putihrai Steven Gunawan mengatakan hampir 85 persen dari jumlah aset menara di Indonesia dikuasai oleh TOWR, TBIG & Mitratel.

Oleh karena itu, pemain berskala kecil akan sulit bertahan karena high-barrier-to-entry pada industri ini memerlukan investasi yang besar, economic-of-scale serta adanya high-switching-costs bagi operator telko untuk berpindah-pindah antarmenara.

“Akuisisi SUPR mengukuhkan TOWR sebagai operator menara tetap terbesar pertama dari segi jumlah menara, jumlah tenants, pendapatan, EBITDA, laba bersih dan ROE,” katanya.

Steven menambahkan posisi low-financial-leverage memberikan ruang bagi perseroan untuk menjaring pendanaan lebih lanjut. Meski demikian, resiko beban pembayaran bunga utang dapat membengkak seiring kebutuhan pendanaan untuk membiayai ekspansi berkelanjutan dan debt-refinancing.

Steven merekomendasikan beli bagi TOWR dengan merevisi target harga dari Rp1.575 menjadi Rp1.650 per saham. Jumlah penyewa juga meningkat mencapai 53.000 sedangkan rasio tenansi diestimasikan meningkat menjadi 1,89x, dari saat ini 1,86x.

“Walaupun menggunakan utang untuk mengakuisisi SUPR, kami mengekspektasikan jumlah menara TOWR bertumbuh menjadi lebih dari 28.000 unit pada tahun depan, dibandingkan TBIG hanya 20 ribu,” katanya.

Di sisi lain, Analis Sucor Sekuritas Hendriko Gani bahkan mematok target harga lebih tinggi Rp2.150 dari posisi sebelumnya Rp1.170.

“Kami juga menaikkan asumsi pendapatan TOWR dengan penambahan 6.410 tower baru dan kolokasi 1,87 kali yang diberikan SUPR,” katanya.

Pada tahun depan, Hendriko memperkirakan pendapatan TOWR mampu tembus Rp10,24 triliun dengan laba bersih Rp3,9 triliun. Selain itu, price earning ratio berada di kisaran 14,9 kali dengan dividen yield 2,9 persen.

Sementara itu, Analis Indo Premier Hans Tio mengatakan setelah mengakuisisi SUPR, kinerja keuangan TOWR akan meningkat hingga Rp10,76 triliun pada topline. Adapun bottomline perseroan diperkirakan mencapai Rp3,85 triliun. Hans merekomendasikan beli TOWR dengan target harga Rp1.590 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Emanuel Berkah Caesario

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.