Pemulihan Bisnis Properti Asia Tenggara Didorong Populasi Muda

Bisnis properti di Asia Tenggara tengah mencoba bangkit kembali setelah dihantam pandemi Covid-19 sejak awal tahun lalu. Populasi muda yakni Gen Y dan Z menjadi bidikan kalangan pengembang untuk memacu proses pemulihan bisnis properti.

M. Syahran W. Lubis

23 Okt 2021 - 00.28
A-
A+
Pemulihan Bisnis Properti Asia Tenggara Didorong Populasi Muda

Ilustrasi perumahan./Bisnis

Bisnis, JAKARTA – Pasar properti di Asia Tenggara, salah satu yang paling terpukul oleh pandemi Covid-19, siap untuk pulih ketika negara-negara di seluruh dunia secara bertahap melonggarkan pembatasan dalam beberapa bulan mendatang, menurut analis dan investor.

Sebagian besar pemulihan itu akan didorong oleh populasi muda di kawasan tersebut, kata mereka sebagaimana dilansir South China Morning Post.

Sewa perkantoran di seluruh Asia Tenggara turun 8% hingga 10% pada kuartal I/2021, sementara harga rumah mewah tetap datar, ungkap Knight Frank. Di Asia Pasifik, sewa perkantoran turun 7%, sedangkan harga properti mewah meningkat rata-rata 6%, menurut konsultan properti tersebut.

“Dengan kerusakan yang ditimbulkan pandemi, Asia Tenggara, selain Singapura, untuk saat ini mungkin tidak terlihat terlalu cantik sebagai tujuan investasi,” kata Christine Li, Kepala Penelitian untuk Asia-Pasifik di Knight Frank. “Namun, populasi mudanya, tingkat urbanisasi yang berkelanjutan, dan pertumbuhan kelas menengah adalah dasar jangka panjang yang akan bertahan lebih lama dari pandemi.”

Asean, yang terdiri dari 10 negara Asia Tenggara, memiliki populasi hampir dua kali lipat menjadi 656 juta pada 2019 dari 355,3 juta pada 1980. Lebih dari setengah populasi Asia Tenggara akan berusia 34 tahun ke bawah pada 2030, menurut laporan yang dipersiapkan United Overseas Bank.

Sumber: Badan Pusat Statistik

Asia Tenggara juga merupakan kekuatan ekonomi. Asean merupakan ekonomi terbesar kelima di dunia setelah Amerika Serikat, China, Jepang, dan Jerman, menurut Dana Moneter Internasional (IMF).

Fundamental ini menghadirkan peluang bagi investor asing, termasuk China daratan dan warga Hong Kong, yang ingin mendiversifikasi portofolio mereka, menurut Henry Chin, Kepala Penelitian Asia Pasifik di konsultan properti CBRE (Coldwell Banker Richard Ellis).

“Asia Tenggara akan memainkan peran yang semakin penting dalam strategi banyak perusahaan China-plus-one untuk manufaktur dan produksi,” katanya, merujuk pada kebutuhan bisnis untuk melakukan diversifikasi ke negara lain untuk menghadapi peristiwa baru-baru ini seperti pandemi dan masalah kekurangan.

“Kedekatan geografis kawasan ini dengan China juga membuatnya menarik bagi perusahaan, perusahaan milik negara, dan pengembang China dalam memajukan Inisiatif Sabuk dan Jalan China di Asia Tenggara melalui pengembangan infrastruktur dan properti,” paparnya.

Sumber: Kementerian Komunikasi dan Informatika

MITBANA PRIORITASKAN INDONESIA

Mitbana, perusahaan patungan antara konglomerat Jepang Mitsubishi dan Surbana Jurong, yang dimiliki oleh perusahaan investasi negara Singapura Temasek Holdings, bertaruh pada fundamental ini, karena mengalokasikan investasi US$500 juta di wilayah tersebut dalam 5 tahun ke depan.

“Di Asia Tenggara, Indonesia, Vietnam, dan Filipina merupakan pasar fokus kami,” kata Gareth Wong, CEO Mitbana. “Saya pikir lebih dari 50% populasi mereka adalah generasi milenial [Gen Y, usia 25 hingga 40 tahun] dan Gen Z [lahir setelah 1995], jadi ada kebutuhan yang meningkat untuk pembangunan perkotaan,” lanjutnya.

Proyek pertama Mitbana adalah pengembangan mixed-use di distrik Intermoda di Jabodetabek dengan PT Bumi Serpong Damai, unit dari Sinar Mas Land. Dekat dengan stasiun kereta yang dapat membawa komuter langsung ke kawasan pusat bisnis Sudirman Jakarta dalam waktu kurang dari 1 jam.

Pembangunan dengan anggaran US$150 juta, yang dimulai tahun depan, dilakukan secara bertahap selama 5 hingga 7 tahun, dengan tahap pertama menawarkan sekitar 1.000 rumah, kata Wong. Vietnam kemungkinan menjadi tujuan investasi Mitbana berikutnya.

Sementara itu, di Singapura, pemerintah memberikan 7.817 m2 situs yang dekat dengan Marina Bay kepada IOI Properties yang berbasis di Malaysia, satu-satunya penawar.

IOI mengajukan tawaran Sin$1,5 miliar untuk lokasi tersebut, yang akan dikembangkan menjadi properti residensial sekaligus hotel yang terdiri dari 905 unit hunian, 540 kamar hotel, dan ruang komersial seluas 2.000 m2.

Singapura, yang dianggap sebagai pusat keuangan utama Asia Tenggara, kemungkinan mendapat manfaat dari pembukaan kembali ekonomi di seluruh dunia, terutama pasar ritel dan perhotelannya, kata Wong Xian Yang, Kepala Penelitian Cushman & Wakefield di Singapura.

“Pembatasan perlahan-lahan dilonggarkan dan jumlah wisatawan meningkat, sehingga pasar perhotelan akan melihat peluang terbesar setelah kekeringan berkepanjangan dalam kedatangan wisatawan,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Syahran Lubis

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.