Bisnis, JAKARTA - Sebuah survei menunjukkan aktivitas merger dan akuisisi (M&A) di China akan meningkat pada 2023. Namun, jeratan utang yang melilit separuh pemerintah daerahnya menjadi ancaman tersendiri di tengah harapan dunia terlepas dari resesi.
Bain & Company menunjukkan hasil survei yang dilakukan kepada 2.800 perusahaan China pada Januari bahwa sekitar 80 persen responden berencana untuk menambah aset lantaran bisnisnya yang sekarang tidak lagi bisa memperluas keuntungan.
"Menghadapi kesulitan dalam meraih pertumbuhan organik, 80 persen dari eksekutif bisnis yang disurvei mengatakan strategi bisnis mereka akan berfokus pada M&A," ujar Kepala Ekuitas Swasta dan M&A China Bain, Zhou Hao, dikutip South China Morning Post pada Minggu (26/2/2023).
Sepanjang 2022, transaksi M&A jatuh hingga 34 persen secara year on year menjadi US$304 miliar, mirip dengan yang terjadi secara global yang juga turun 32 persen menjadi US$2,6 triliun.