Pemulihan Global Kehilangan Momentum

Pemburukan krisis kesehatan karena virus corona varian delta meredupkan prospek negara-negara berkembang, sedangkan kekurangan pasokan membebani konsumsi dan manufaktur di negara maju.

Wibi Pangestu Pratama, Maria Elena & Sri Mas Sari

14 Okt 2021 - 01.53
A-
A+
Pemulihan Global Kehilangan Momentum

Sejumlah bocah bermain dengan latar belakang gedung-gedung bertingkat di Jakarta, Kamis (8/7/2021). IMF memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun ini dari 3,9% menjadi 3,2%./Antara

Bisnis, JAKARTA - Pemulihan ekonomi global kehilangan momentum karena kebangkitan virus corona dan gangguan rantai pasok yang meluas. IMF menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi global 2021 menjadi 5,9% dari 6% yang diproyeksikan Juli.

Pemburukan krisis kesehatan karena virus corona varian delta meredupkan prospek negara-negara berkembang, sedangkan kekurangan pasokan membebani konsumsi dan manufaktur di negara maju.

IMF dalam laporan World Economic Outlook terbaru menyebutkan turbulensi di negara-negara maju mulai membebani prospek global dalam beberapa bulan terakhir.

 “Wabah pandemi di mata rantai pasok global telah mengakibatkan gangguan pasokan yang lebih lama dari perkiraan, yang selanjutnya mendorong inflasi di banyak negara. Secara keseluruhan, risiko terhadap prospek ekonomi meningkat,” kata Kepala Ekonom IMF Gita Gopinath dalam pengantar laporan tersebut.

Perkiraan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat diturunkan menjadi 6% dari proyeksi 7% pada Juli karena pelemahan konsumsi dan penurunan drastispersediaan akibat hambatan rantai pasok. Di Jerman, produksi manufaktur terpukul karena komoditas utama sulit ditemukan sehingga proyeksi pertumbuhan negara itu dipangkas 0,5 poin menjadi 3,1%.

Tindakan penguncian selama musim panas juga mengurangi perkiraan pertumbuhan Jepang 0,4 poin menjadi 2,4%. Perkiraan pertumbuhan China dipangkas 0,1 poin menjadi 8% karena pengurangan belanja investasi publik yang lebih cepat dari perkiraan. Perkiraan India tidak berubah pada 9,5%, tetapi prospek di negara-negara Asia berkembang lainnya berkurang karena pemburukan pandemi.

IMF memangkas proyeksinya sebesar 1,4 poin menjadi 2,9% untuk kelompok Asean-5 yang terdiri atas Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand.

Beberapa negara pengekspor komoditas seperti Nigeria dan Arab Saudi mengalami peningkatan pertumbuhan moderat karena harga minyak dan komoditas yang lebih tinggi.

IMF mengatakan ancaman terbesar terhadap pemulihan adalah penyebaran varian baru yang lebih agresif dan mempercepat vaksinasi adalah prioritas utama untuk mengakselerasi rebound.

Menurut laporan itu, 60% dari populasi yang memenuhi syarat di negara-negara maju telah divaksinasi, sedangkan di negara-negara berpendapatan rendah, hanya 4% yang sudah divaksinasi.  

Perekonomian dunia harus menghadapi sejumlah tantangan, seperti restriksi yang menghambat aktivitas sekolah dan tempat kerja serta sejumlah ekonomi utama yang mengalami krisis energi.  

Pada saat yang sama, harga bahan bakar dan pangan meningkat di seluruh dunia, ditambah dengan kemacetan di pelabuhan dan rantai pasok yang terganggu. Selain itu, kekurangan tenaga kerja masih menjadi kekhawatiran pelaku usaha.

“Harapan agar [ekonomi global] segera keluar dari pandemi selalu salah tempat. Pemulihan penuh akan terjadi dalam hitungan tahun, bukan kuartal," ungkap Wakil Kepala Ekonom Asia HSBC Holdings Plc, Hong Kong Frederic Neumann, dikutip Bisnis.com dari Bloomberg, Minggu (3/10/2021).  

Pelabuhan Ningbo-Zhoushan adalah pelabuhan tersibuk ketiga secara global dalam hal pengiriman peti kemas pada 2020 dan tersibuk kedua di China setelah Shanghai, menurut publikasi maritim Lloyd\'s List/ Bloomberg

DP World Dubai, salah satu operator pelabuhan global terbesar, memperkirakan kemacetan yang telah mengguncang arus perdagangan global akan berlanjut setidaknya selama dua tahun lagi.

"Rantai pasok global masih menghadapi krisis sejak awal pandemi. Mungkin kita akan melihat perbaikan pada 2023," ungkap Chairman dan CEO DP World Dubai Sultan Ahmed Bin Sulayem.

Menurutnya, efek kelangkaan kontainer dan rumang muat kapal serta akumulasi keterlambatan tecermin dari lonjakan biaya pengiriman barang.

INDONESIA DIPANGKAS DRASTIS

IMF juga memangkas drastis proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 3,2% tahun ini, turun 7 poin persentase dari prediksi Juli.

Proyeksi terbaru itu muncul dalam World Economic Outlook yang dirilis Selasa (12/10/2021) waktu Washington. Adapun, prediksi pertumbuhan ekonomi 2022 Indonesia tetap 5,9%. IMF juga memproyeksi inflasi Indonesia tahun ini 2% dan defisit transaksi berjalan 0,3% terhadap PDB.

Di antara Asean-5, Indonesia berada di bawah pertumbuhan ekonomi Vietnam dan Malaysia yang masing-masing 3,8% dan 3,5%. Pertumbuhan ekonomi Indonesia sama dengan Filipina. Keduanya mengungguli Thailand yang hanya tumbuh 1%.

Bank Indonesia melaporkan kinerja industri pengolahan turun dan berada pada fase kontraksi pada kuartal III/2021. Kontraksi itu tecermin dari prompt manufacturing index (PMI) BI yang hanya 48,75%, lebih rendah dari 51,45% pada kuartal II/2021.

Penurunan terjadi pada seluruh komponen pembentuk PMI-BI, terutama penerimaan barang pesanan input, total karyawan, volume produksi, dan volume persediaan barang jadi.

Kegiatan di salah satu pabrik sepatu di Tangerang, Banten./Antara

Sementara itu, menanggapi laporan terbaru IMF. Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan pemerintah terus mewaspadai berbagai risiko global, dengan pandemi Covid-19 sebagai fokus perhatian.

"Dengan mempertimbangkan berbagai faktor [vaksinasi, insentif, dan lain-lain] termasuk perkembangan indikator ekonomi terkini, pemerintah melihat outlook pertumbuhan Indonesia di 2021 di kisaran 3,7%-4,5%," ujarnya, Rabu (13/10/2021).

Dia melanjutkan, pemerintah akan mengarahkan kebijakan ekonomi dan fiskal untuk mendukung upaya pengendalian pandemi, menjaga keberlanjutan pemulihan ekonomi, dan akselerasi reformasi struktural. Menurutnya, kebijakan APBN 2022 menunjukkan sikap kewaspadaan dan antisipatif terhadap peningkatan risiko global yang telah terjadi. Defisit fiskal pada 2022 disepakati 4,85% dari PDB.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Sri Mas Sari

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.