Penerbitan Sukuk Global 2021 Diperkirakan Tembus US$180 Miliar

Lima negara utama dengan penerbitan sukuk adalah Malaysia, Arab Saudi, Indonesia, Turki, dan Kuwait, yang bersama-sama menyumbang 90 persen. persen dari total penerbitan pada kuartal ketiga 2021. 

Zufrizal

31 Okt 2021 - 06.01
A-
A+
Penerbitan Sukuk Global 2021 Diperkirakan Tembus US$180 Miliar

Bisnis, JAKARTA — Sebuah studi Persepsi dan Prakiraan Sukuk 2021 yang dilakukan oleh Refinitiv menyebutkan bahwa penerbitan sukuk global dalam 9 bulan pertama tahun ini mencapai US$147 miliar dan diproyeksikan menembus US$180 miliar pada akhir tahun ini. 

Penerbitan sukuk atau surat utang syariah diproyeksikan bertumbuh sekitar 10% compounded annual growth rate (CAGR) selama 5 tahun ke depan dan mencapai $290 miliar pada tahun 2026. CAGR adalah tingkat pertumbuhan per tahun selama rentang periode waktu tertentu. 

Lima negara utama dengan penerbitan sukuk adalah Malaysia, Arab Saudi, Indonesia, Turki, dan Kuwait, yang bersama-sama menyumbang 90 persen. persen dari total penerbitan pada kuartal ketiga 2021. 

Menurut laporan tersebut, yang didukung oleh Crescent Finance seperti dikutip dari timesofoman.com, Sabtu (30/10/2021) penerbitan sukuk oleh negara menyumbang 58% dari total penerbitan.

Sukuk yang diterbitkan di pasar internasional, sebagian besar Eurobond, naik tajam pada kuartal III/2021 menjadi US$42 miliar dibandingkan dengan US$45 miliar untuk keseluruhan tahun lalu.

Emiten telah memanfaatkan permintaan dari investor internasional yang mencari pengembalian lebih tinggi dari utang pasar negara berkembang karena suku bunga rendah bertahan.

Mustafa Adil, Head of Islamic Finance, Refinitiv, London Stock Exchange Group Business, mengatakan bahwa pasar sukuk sekunder global mencapai nilai US$699 miliar yang beredar pada kuartal III/2021, telah tumbuh kuat selama lima tahun terakhir, didorong oleh lonjakan penerbitan sukuk selama periode tersebut.

“Kami telah melihat beberapa tren baru yang menarik terutama di bidang ritel [sukuk berbasis] environment, social and governance [ESG]. Perkembangan sukuk ritel menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan penawaran sukuk melalui jalur daring. Hal ini akan memudahkan untuk menarik investor baru, terutama generasi milenial yang melek teknologi. Selain itu, Covid-19 memperkuat kebutuhan akan solusi digital untuk investasi karena penguncian berulang dan pembatasan jarak sosial,” katanya.

“ESG telah menjadi tren utama di pasar sukuk. Penerbitan sukuk ESG kumulatif mencapai US$15 miliar pada kuartal III/2021. Total penerbitan ESG mencapai US$5,0 miliar pada 2020 dan berada di jalur untuk mencetak rekor baru pada 2021,” kata Adil.

Momentum dalam penerbitan sukuk meningkat secara signifikan selama kuartal kedua dan ketiga 2020 karena dampak ekonomi dari pandemi membuat pemerintah mengambil langkah-langkah untuk mengurangi pukulan terhadap anggaran fiskal mereka. 

Secara kolektif, negara-negara Dewan Kerja Sama Teluk (Gulf Cooperation Council/GCC) menerbitkan sukuk US$41,2 miliar–setara dengan 39 persen dari keseluruhan utang negara yang diterbitkan tahun itu–menandai rekor baru untuk sukuk negara GCC.

PERKIRAAN MOODY'S

Beberapa waktu lalu, Moody’s Investor Service memperkirakan penerbitan sukuk akan berkurang 5% pada tahun ini menjadi sekitar US$170 miliar. Hal itu disebabkan oleh turunya penerbitan sukuk dari negara-negara Timur Tengah dan Asia Tenggara akibat pandemi.

VP-Senior Credit Officer Moody’s Nitish Bhojnagarwala menjelaskan dalam laporan terbarunya bahwa penerbitan sukuk pada tahun ini akan terkoreksi untuk pertama kalinya sejak 4 tahun terakhir.

“Kami memperkirakan penerbitan [sukuk] akan reli pada paruh kedua tahun ini menjadi US$90 miliar, dipimpin oleh negara-negara Teluk,” tulis Bhojnagarwala pada Jumat (7/8/2020).

Kendati demikian, penurunan itu akan terbatas karena negara-negara di Timur Tengah masih memiliki kebutuhan pendanaan yang tinggi di tengah harga minyak yang masih berada di level rendah.

Adapun, harga minyak yang belum bertenaga membuat defisit di negara-negara pengekspor minyak kian lebar.

Lebih lanjut, Bhojnagarwala mengatakan bahwa nilai total penerbitan sukuk pada 2020 tetap akan menjadi tertinggi kedua sepanjang sejarah di bawah pencapaian pada 2019 yang tumbuh sebesar 36% secara tahunan.

Berdasarkan data Moody’s, total penerbitan sukuk pada paruh pertama tahun ini turun sebesar US$77 miliar atau 12% daripada periode yang sama tahun lalu. Hal itu terjadi karena aktivitas ekonomi di Malaysia dan Indonesia tersendat akibat pandemi.

Adapun, penerbitan sukuk dari negara-negara di Asia Tenggara turun 25 persen pada semester I/2020 secara tahunan sementara penerbitan di Timur Tengah masih tumbuh 7 persen.

“Volume penerbitan tampak akan rebound pada paruh kedua karena pemerintah membutuhkan dana untuk merespons krisis virus Corona,” imbuh Bhojnagarwala.

Selanjutnya, penerbitan sukuk hijau juga diperkirakan meningkat di Malaysia dan Indonesia seiring dengan upaya kedua negara menarik dana untuk membiayai proyek infrastruktur rendah karbon.

Per Juni 2020, penerbitan suku hijau berkontribusi terhadap sekitar 3 persen dari total penerbitan sukuk global. Penerbitan paling baru berasal dari Pemerintah Indonesia senilai US$750 juta untuk mendanai proyek berkelanjutan.

Saat ini, Indonesia memiliki tiga sukuk yang terdaftar di Nasdaq Dubai yang termasuk di dalamnya sukuk hijau pertama di dunia yang listing pada Maret 2018 senilai US$1,25 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Zufrizal

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.