Pengembang & Perbankan Yakin Sektor Properti Tumbuh Positif 2023

Tahun 2023 sebentar lagi berada di depan mata. Tahun dimana diperkirakan banyak sentimen negatif yang membuat kekhawatiran tersendiri. Kalangan pengembang dan perbankan optimsitis dengan kondisi sektor properti yang tetap cerah di tahun depan

Yanita Petriella

30 Nov 2022 - 21.50
A-
A+
Pengembang & Perbankan Yakin Sektor Properti Tumbuh Positif 2023

Investasi properti rumah

Bisnis, JAKARTA – Tahun 2023 sebentar lagi berada di depan mata. Tahun dimana diperkirakan banyak sentimen negatif yang membuat kekhawatiran tersendiri. 

Ancaman resesi ekonomi global dan mulainya tahun politik menghantui kondisi ekonomi Indonesia yang nantinya juga akan berdampak pada sektor properti. Sektor properti sendiri memiliki multiplier efek tersendiri bagi 174 industri turunannya. 

Namun demikian, kalangan pengembang masih optimistis industri properti akan semakin tumbuh pada tahun depan. Hal itu meski masih banyak kendala dan tantangan yang dihadapi. Sejumlah kendala dan hambatan yang dihadapi di antaranya tingginya tingkat inflasi, naiknya suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR), ancaman resesi tahun 2023, dan masuknya tahun politik.

Sekretaris Jenderal DPP Real Estat Indonesia (REI) Hari Ganie mengatakan kenaikan suku bunga acuan sampai saat ini belum mempengaruhi ke tingkat bunga KPR karena untuk menaikkan bunga pun perbankan melihat dari banyak faktor.

Pengembang properti juga meyakini kondisi ekonomi makro Indonesia tetap akan positif di tahun depan. Keoptimisan tersebut karena angka backlog hunian atau kebutuhan akan rumah di Indonesia sangat tinggi yakni mencapai 12,75 juta unit. Selain itu, setiap tahunnya ada penambahan angka backlog mencapai 600.000 an keluarga baru. Oleh karena itu, pasar perumahan akan terus tumbuh terutama untuk end user

“Kami yakin kondisi properti di tahun depan akan bertumbuh positif. Hal ini terlihat banyak pengembang yang malah aktif mengeluarkan produk hunian baru dan itu memang diterima dan terserap pasar,” ujarnya, Rabu (30/11/2022). 

Menurutnya, saat ini pengembang berupaya untuk mengeluarkan sejumlah inovasi baru dalam menggaet konsumen di tengah sejumlah sentimen negatif. Adapun inovasi yang dilakukan yakni seperti konsep perumahan yang bertema lingkungan, teknologi yang canggih, desain rumah, hingga fasilitas yang ditawarkan. 

“Memang yang diuntungkan saat ini para pengembang besar yang bangun kawasan perumahan dengan sejumlah fasilitas,” katanya.

Baca Juga: Di Balik Optimisme Pengembang Menatap Lampu Kuning Tahun 2022

Di sisi lain, untuk menarik konsumen di tahun depan, REI akan terus mendorong pemerintah agar kembali memberikan berbagai stimulus. Hal ini sebagai upaya untuk mendorong industri properti di tengah semakin banyaknya tekanan. Adapun insentif yang dibutuhkan seperti insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) 100 persen yang terbukti efektif meningkatkan daya beli masyaraka sepanjang tahun 2021. 

“Memang insentif PPN DTP yang diberikan selama 2 tahun sangat berdampak pada properti. Dari pengembang kecil hingga besar banyak yang menikmati fasilitas insentif ini,” tutur Hari. 

Managing Director Synthesis Huis Aldo Daniel optimistis kondisi sektpr properti di tahun depan akan tetap mengalami pertumbuhan yang positif.  Hal ini dikarenakan masih tingginya kebutuhan rumah yang dibuktikan mayoritas pembeli hunian di proyek Synthesis Huis di Cijantung ini merupakan end user dan first home buyers. 

“Rumah adalah kebutuhan. Setiap saat ada orang yang menikah dan mereka pasti membutuhkan rumah untuk keluarganya. Jadi kami yakin pasar residensial tetap bergerak meski pun bunga KPR naik,” ucapnya. 

Aldo menuturkan rumah yang ditawarkan di Synthesis Huis ini menyasar kalangan menengah hingga menengah atas dimana harga jual di atas Rp1 miliar per unit. Adapun sebagian besar konsumen Synthesis Huis sekitar 60 persen membeli secara tunai bertahap serta sisanya tunai dan KPR.

“Memang untuk produk Synthesis Huis ini pasarnya premium sehingga tidak terlalu  banyak terpengaruh dengan bunga KPR atau resesi, karena mayoritas pembeli di segmen ini sudah siap dengan pendanaan,” tuturnya. 

Untuk menarik minat konsumen, pengembang bekerja sama dengan perbankan gencar memberikan promo berupa suku bunga rendah yang berlaku flat (fixed) selama 1-3 tahun atau sampai ekonomi membaik.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Divisi Subsidized Mortgage Lending Division Bank BTN menuturkan tekanan terhadap ekonomi nasional terjadi sejak pandemi berlangsung, namun sektor properti masih tergolong resilient jika dibanding dengan sektor bisnis lain. Menurutnya, pertumbuhan sektor perumahan memang tidak tinggi tetapi tetap stabil. Jika dilihat dari kelas, pola ini hampir sama dengan sektor lain.
  
“Pada saat ekonomi turun, kelas menengah dan atas turun paling dalam. Justru kelas menengah ke bawah yang tetap stabil. Hal lain yang membuat pasar perumahan menengah ke bawah tetap stabil adalah tingkat backlog yang lebih banyak di kelas menengah bawah,
” tuturnya.
  
Dia menilai masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) lebih resilient karena mereka merupakan pembeli rumah pertama yang memang butuh rumah untuk tempat tinggal. Dengan demikian demand di kelas ini tetap terjaga.

Untuk mengantisipasi kenaikan suku bunga KPR Bank BTN melakukan inovasi pada produk KPR non subsidi, seperti menawarkan produk KPR dengan suku bunga tetap (fix rate) mulai 2 hingga 10 tahun. Bank BTN juga melakukan kerja sama dengan pengembang properti untuk menawarkan KPR dengan suku bunga KPR 2,47 persen fix satu tahun.

Baca Juga: Pengembang Bergerak Agresif Bangun Rumah Mewah Jelang Akhir 2022

Group Head Consumer Financing Bank Syariah Indonesia (BSI) Praka Mulia Agung mengatakan tahun 2022 pertumbuhan penyaluran KPR BSI sebesar 14 persen dan tahun 2023 mendatang ditargetkan tumbuh 16 persen hingga 18 persen.
  
Jika melihat ke belakang, sektor properti tahan tekanan dan terus tumbuh, bahkan saat puncak pandemi Covid-19. Di masa sulit ada peluang. Harapan itu ada dan kami yakin pemerintah akan terus terus menjaga perekonomian tetap tumbuh, ujarnya.

Dia menilai potensi kredit perumahan syariah masih sangat besar dan akan semakin digarap perbankan. BSI selama ini banyak membiayai rumah pertama yang dibeli end user seharga di bawah Rp1 miliar di Jabodetabek.
  
Kami juga akan menggarap potensi di luar daerah yang sangat besar dengan menawarkan program-program yang menarik. BSI memiliki struktur dana yang baik sehingga bisa kompetitif di pasar,” tuturnya. 

Selanjutnya, Head of Consumer PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) Tbk Ari Indiastomo mengungkapkan Bank BRI melakukan beberapa inovasi di sektor KPR berdasarkan pada kebutuhan konsumen (consumer centric). Salah satunya KPR yang menyasar generasi milenial dengan suku bunga 2,87 persen fixed satu tahun atau 4,97 persen fixed 2 tahun.
  
Agar konsumen tertarik, Bank BRI memberikan harga khusus, bunga khusus, dan gimmick khusus, ujarnya. 
  
Adapun realisasi KPR Bank BRI tumbuh 10,5 persen di sepanjang tahun 2022. Meskipun di tengah masa pandemi, KPR Bank BRI tetap mengalami pertumbuhan. Saat ini, KPR didominasi rumah komersial dengan ticket size Rp400 juta hingga Rp500 juta. Lalu untuk realisasi KPR subsidi mengalami pertumbuhan yang signifikan mencapai mencapai 12 persen.

“Jika di 2021 hanya 11.000 unit, di 2022 ini naik menjadi 20.000 unit. Tahun 2023 kami menargetkan penyaluran KPR tumbuh 14 persen, subsidi dan non subsidi,” tutur Ari. 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Yanita Petriella

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.