Pengembang Perumahan Lanjutkan Kebangkitan pada 2022

Kalangan pengembang perumahan diprediksi melanjutkan kebangkitan pada tahun ini. Selama pandemi Covid-19, perumahan tapak menjadi andalan sektor properti untuk tetap tumbuh.

Redaksi

16 Jan 2022 - 16.12
A-
A+
Pengembang Perumahan Lanjutkan Kebangkitan pada 2022

Ilustrasi pembangunan perumahan di Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat./Istimewa

Bisnis, JAKARTA – Kalangan pengembang perumahan optimis sektor properti bangkit memasuki 2022, apalagi adanya dukungan pemerintah di bidang regulasi maupun target pembangunan rumah. 

Target 230.000 unit rumah yang menjadi program pemerintah, dipastikan mudah dipenuhi mengingat berbagai regulasi telah disiapkan sejak 2021.

Banyak faktor yang membuat prospek sektor perumahan 2022 cerah. Salah satunya perbankan, yang kini lebih fleksibel dalam menyalurkan kredit pemilikan rumah (KPR) yang mengenakan uang muka mulai dari 10%.

KPR masih menjadi andalan masyarakat untuk mendapatkan rumah. Data menunjukkan sumber pembiayaan KPR mencapai 75,08% di Kuartal II 2021. Masih di periode yang sama pertumbuhan KPR secara tahunan (yoy) mencapai 7,24%.

Beragam kebijakan pun menjadi stimulus bagi sektor riil ini. Sebut saja suku bunga acuan di level 3,5% (terendah sepanjang sejarah), uang muka KPR 0%, serta Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) atas properti siap huni yang diperpanjang hingga akhir Desember 2021 melalui Peraturan Menteri Keuangan nomor 103/PMK.010/2021.

Perpanjangan insentif ini, sebagaimana dilansir Antara, disambut hangat pihak pengembang dan terbukti meningkatkan penjualan rumah siap huni. Melihat hal ini, para pengembang pun mengusulkan agar insentif ini diperpanjang hingga 2022.

Di lain pihak, untuk pasar rumah subsidi, terjadi perubahan besar. Dana bantuan pembiayaan perumahan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) yang semula dikelola Pusat Pengelolaan Dana Pembiayaan Perumahan (PPDPP), akhir tahun 2021 ini akan beralih ke BP Tapera (Badan Pengelola Tabungan Perumahan Rakyat).

Penyaluran dana FLPP 2021 ditutup dengan angka tertinggi sejak dimulainya penyaluran pada 2010, yakni sebanyak 178.728 unit dengan nilai Rp19,57 triliun. Pada 2022 Kementerian PUPR menargetkan KPR FLPP dapat membiayai 200.000 unit rumah. Pemerintah mengucurkan anggaran sebesar Rp23 triliun.

Di luar anggaran tersebut, pemerintah juga menganggarkan Subsidi Bantuan Uang Muka (SBUM) Rp812 miliar, Bantuan Pembiayaan Perumahan Berbasis Tabungan (BP2BT) Rp1,6 miliar. Sedangkan program Subsidi Selisih Bunga (SSB) untuk 2022 tidak ada lagi. 

SEKTOR INFORMAL

Kepala Divisi Subsidized Mortgage Lending Division PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Mochamad Yut Penta mengatakan, sektor informal juga memiliki kontribusi besar terhadap sektor perumahan. Hanya saja selama ini sektor informal belum tergarap maksimal untuk mendapatkan fasilitas KPR.

Sesuai dengan realisasi 2021, sektor informal hanya mampu tergarap 12% dari total keseluruhan, sehingga diperlukan strategi dalam mendorong penyerapan realisasi dari sektor informal. Selain itu, kata Penta, belum ada lembaga yang berfokus dalam mengontrol ketepatan sasaran, kualitas, dan keterhunian rumah.

Dia berharap dalam memperluas layanan KPR dia mendukung kebijakan perubahan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dengan Persetujuan Bangunan Gedung (PGB). Namun, hal tersebut seharusnya ditindaklanjuti pemerintah daerah dengan menerbitkan perda agar PBG ini bisa diterapkan secara nasional.

Penta mengatakan pertumbuhan KPR ke depan sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal yang mempengaruhi kondisi perekonomian nasional, antara lain pengendalian Covid-19 agar tidak terjadi gelombang kasus baru.

Seperti diketahui setiap terjadinya gelombang penambahan kasus baru, maka ekonomi akan melambat dan berdampak pada turunnya berbagai sektor, termasuk perumahan.

Tak hanya itu, stimulus PPN DTP terbukti mampu memicu tumbuhnya KPR secara nasional sepanjang pandemi. Lantas dengan adanya perpanjangan program ini diyakini akan mampu mendorong tumbuhnya industri perumahan pada 2022.

Sementara itu, menurut Heliantopo, Direktur PT Sarana Multigriya Finansial (SMF), persentase KPR di Indonesia masih kecil di bawah 10%, padahal pertumbuhan perumahan tidak ada matinya. Karena itu, SMF tetap aktif melakukan pembiayaan jangka panjang kepada Lembaga penyalur baik konvensional maupun syariah.

Terkait dengan hal itu, SMF juga tengah melakukan kerja sama pembiayaan perumahan untuk pekerja di sektor informal (kredit mikro) dan inisiasi program baru untuk mendukung keterjangkauan pemilikan rumah bagi masyarakat berpendapatan rendah.

Heliantopo mengatakan SMF akan terus bersinergi dengan Kementerian/Lembaga untuk mendukung program pemerintah di bidang perumahan, di antaranya melalui program perluasan penyaluran subsidi perumahan (program Fasilitas Likuditas Pembiayaan Perumahan/ FLPP) dan memberikan akses pendanaan kepada masyarakat yang tinggal di daerah kumuh untuk meningkatkan kualitas rumah yang dimiliki.

PERAN PBG

Wakil Ketua Umum DPP Realestat Indonesia (REI) Danni Wahid mengatakan kebangkitan industri properti sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Sektor properti berkontribusi sebesar 13,6% terhadap PDB nasional dan mampu menyerap tenaga kerja hingga 8,5 juta pekerja atau 6,95% dari total tenaga kerja nasional 2020.

Presiden Joko Widodo saat membuka Rakernas REI lalu menyebutkan industri properti memiliki multiplier effect dan rantai pasok terhadap 175 industri lain yang sangat tinggi konten lokal.

Meski berkontribusi cukup signifikan, namun masih perlu perbaikan dilapangan agar program berjalan mulus ke depan. Salah satunya kebijakan Persetujuan Bangunan Gedung (PBG). Kebijakan ini penting karena memberi kontribusi program perumahan di lapangan. 

Danni mengungkapkan saat ini mayoritas daerah belum menetapkan petunjuk dan pelaksanaan (juklak) dalam bentuk perda retribusi PBG. Harus ada perhatian agar perda PBG ini bisa selesai di bulan Januari sehingga memberi dampak terhadap produksi rumah dan serapan insentif PPN DTP.

Terkait dengan hal itu, perlu dilakukan relaksasi terhadap aplikasi perizinan Sikumbang yang dikembangkan Kementerian PUPR terhadap syarat PBG, termasuk segera menetapkan besaran harga rumah subsidi dan rusun untuk 2022.

Endang Kawidjaja, Ketua Umum Himperra (Himpunan Pengembang Pemukiman d\an Perumahan Rakyat), mengatakan pandemi yang berlangsung hampir dua tahun ini membuat sektor properti harus survive.

Dalam kondisi seperti ini, pemerintah diharap menjadi lokomotif sektor perumahan, terutama rumah subsidi untuk MBR. Menanggapi hal itu, Presiden Jokowi telah meminta pengembang properti untuk menjaga momentum ekonomi di masa pandemi.

Dengan dukungan tersebut diharap target produksi 230.000 unit rumah tahun 2022 bakal dengan mudah tercapai.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: M. Syahran W. Lubis

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.