Bisnis, JAKARTA – Pertanian Indonesia harus terintegrasi dengan industri hilir bila ingin mendapatkan keuntungan lebih dalam kondisi permintaan pangan yang meningkat pada masa pandemi Covid-19 menurut ekonom Bhima Yudhistira
"Satu sisi peluangnya adalah sektor pertanian menjadi sektor paling diuntungkan kalau terintegrasi industri hilir," kata Bhima dalam webinar bertajuk "Masihkah Pandemi Akan Mengganggu Pertumbuhan Ekonomi 2022" pada Jumat (07/01/2022) sebagaimana ditulis Antara.
Dia menerangkan bahwa harga berbagai komoditas pangan maupun energi melonjak semasa pandemi karena pada tahun pertama pandemi yaitu 2020 produksi dan pasokan berbagai komoditas sangat rendah.
Akan tetapi, jika pertanian tidak terintegrasi dengan industri hilir, kata Bhima, petani tidak mendapatkan keuntungan atau bahkan merugi, karena terdampak kenaikan harga pupuk yang disebabkan oleh kenaikan harga gas atau batu bara sebagai sumber bahan bakar untuk produksi.
"Problemnya kalau dia hanya pertanian di hulu, akan kena harga pupuk lebih mahal, harga bibt lebih mahal. Maka dia tidak menikmati kenaikan harga seperti yang dirasakan pedagang. Tapi, kalau terintegrasi sampai ke hilir, kenaikan ini mengindikasikan bahwa secara global terjadi permintaan pangan yang meningkat," katanya.
Bhima menjelaskan bahwa inflasi komoditas pangan menjadi tantangan ekonomi Indonesia di tahun 2022 dan perlu diintervensi pemerintah untuk menekannya. Tingginya harga komoditas pangan seperti cabai, minyak goreng, dan telur berdampak pada UMKM makanan dan minuman hingga masyarakat secara umum.
Meski demikian, Bhima juga menerangkan peluang di sektor usaha makanan dan minuman di mana layanan pesan antar mengalami peningkatan selama pandemi. "Untuk industri makanan dan minuman memang potensinya bagus. Untuk pesan antar makanan dan minuman tahun 2021 tumbuhnya lebih dari 24 persen. Jadi, restoran yang sudah gabung dengan Gojek, Grab, ShopeeFood mengalami kenaikan permintaan," paparnya.