Bisnis, JAKARTA – Kepanikan menghadapi kondisi global sedang menghinggapi seluruh persendian ekonomi dunia. Kepanikan menghadapi kondisi ekonomi global kemudian mengalirkan satu keyakinan dominan bahwa pengetatan kebijakan moneter menjadi jalan utama. Bank sentral dianggap hanya punya satu jalan untuk menghadapi ancaman inflasi, yakni dengan menaikkan suku bunga.
Pasar atau ekonomi global yang terhubung, karena itu jarak dan batas negara menjadi terkesan menyusut, memberi logika tersendiri. Kenaikan suku bunga di sebuah negara, terutama negara besar dan penguasa mata uang dunia, mau tidak mau harus diikuti oleh bank sentral di negara lainnya. Jika tidak, bank sentral di negara lain itu harus siap menyaksikan terjadinya pelarian dana (capital outflow) ke negara yang menawarkan imbal hasil investasi yang lebih besar.
Kondisi yang terjadi saat ini tak ubahnya ketika pandemic Covid-19 menerjang dunia pada periode awal. Saat itu penguncian atau lockdown dinilai sebagai satu-satu jalan menghentikan penularan Covid-19. Sementara, di sisi lain, penguncian wilayah atau lockdown ketat berdampak pada matinya aktivitas ekonomi yang pada akhirnya akan membahayakan kehidupan manusia.
Ibarat simalakama, kondisi dilematis tersebut kini dihadapi negara-negara di dunia. Jika inflasi dibiarkan melambung tinggi, daya beli masyarakat akan tergangggu, krisis pangan bakal menganga, dan instabilitas negara, seperti terjadi di Sri Lanka, bisa terjadi di mana-mana.