Penyebab Indeks Kepercayaan Industri (IKI) Desember 2023 Melemah

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) melaporkan Indeks Kepercayaan Industri (IKI) pada Desember 2023 menyentuh angka 51,32 atau melambat 1,11 poin dari November 2023 dengan angka 52,43.

Fatkhul Maskur

29 Des 2023 - 20.19
A-
A+
Penyebab Indeks Kepercayaan Industri (IKI) Desember 2023 Melemah

Pekerja menyelesaikan pembuatan perangkat alat elektronik rumah tangga di PT Selaras Citra Nusantara Perkasa (SCNP), Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (19/8/2020). BisnisAbdullah Azzam

Bisnis, DENPASAR - Meski masih menunjukkan ekspansi, Indeks Kepercayaan Industri (IKI) pada Desember 2023 mengalami pelemahan hingga mendekati level terendah sepanjang tahun ini. Apa sebab?

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) melaporkan Indeks Kepercayaan Industri (IKI) pada Desember 2023 menyentuh angka 51,32 atau melambat 1,11 poin dari November 2023 dengan angka 52,43.

Indeks tersebut juga mengalami penurunan sejak Juni 2023 yang angka indeksnya mencapai 53,93. Angka indeks pada Juni 2023 merupakan level tertinggi skor IKI sejak pertama kali diperkenalkan pada November 2022.  Adapun terendah terjadi pada Oktober 2023, yakni 50,7.

Juru Bicara Kementerian Perindustrian Febri Hendri Antoni Arif mengatakan meski terjadi perlambatan, angka IKI Desember 2023 lebih tinggi dari IKI Desember 2022 sebesar 50,90. Terlebih, angka IKI Desember 2023 masih menunjukan level ekspansi.

"IKI Desember 2023 mencapai 51,32. Meskipun turun 1,11 poin dibandingkan November 2023, IKI masih ekspansi," ujar Febri dalam konferensi pers Rilis IKI Desember 2023 di Bali, Kamis (28/12/2023).

Perlambatan ini dipengaruhi oleh penurunan nilai IKI pada 17 subsektor industri pengolahan nonmigas.

Kemudian, semua variabel pembentuk IKI mengalami penurunan, yaitu variabel pesanan baru turun 1,41 poin menjadi 53,44, variabel produksi turun 0,64 poin menjadi 53,86 dan variabel persediaan produk yang masih mengalami kontraksi dan mengalami penurunan nilai IKI sebesar 1,08 poin menjadi 42,21.

Kondisi ini menunjukkan terjadi tren peningkatan persediaan/stok produk pada industri pengolahan yang merata hampir di semua subsektor. Dari 23 subsektor industri pengolahan nonmigas, hanya dua subsektor yang variabel persediaannya mengalami ekspansi   karena stok tersalurkan ke pasar.   

Adapun berkurangnya jumlah hari kerja efektif karena Natal 2023 dan Tahun Baru 2024 menyebabkan penurunan produktivitas industri pengolahan nonmigas pada Desember 2023.

Kondisi pasar global juga belum pulih dan stabil, mengakibatkan perlambatan permintaan produk (pesanan) dari luar negeri. Ekonomi China kembali melemah, dilihat dari deflasi ditingkat konsumen (CPI) dan produsen (PPI), kenaikan suku bunga riil, penurunan impor China.

Iklim usaha di Indonesia pada akhir tahun ini diwarnai dengan penurunan harga komoditas ekspor dan kenaikan harga energi. Kondisi ini menyebabkan perusahaan yang telah mempersiapkan produknya untuk akhir tahun belum dapat tersalurkan ke pasar secara optimal sehingga terjadi penumpukan stok produk.


KINERJA SEKTOR

Penurunan terbesar nilai IKI dialami oleh industri komputer, barang elektronik dan optik yang sekaligus menjadikan subsektor yang memiliki kontraksi tertinggi atau nilai IKI terendah.

Subsektor ini sejak bulan Oktober 2023 terus mengalami peningkatan kontraksi. Industri yang perlu mendapatkan perhatian lainnya adalah industri tekstil serta industri pengolahan lainnya.

Faktor dominan yang menyebabkan nilai IKI turun adalah pasar yang belum pulih terutama pasar luar negeri, daya saing harga jual dengan produk impor, ketersediaan bahan baku/penolong, dan waktu tunggu pengiriman.

Adapun IKI yang ekspansi dipengaruhi oleh ekspansinya nilai IKI pada 15 subsektor dengan kontribusi terhadap PDB triwulan III 2023 sebesar 86,3%. Dari 15 subsektor tersebut, lima subsektor mengalami kenaikan nilai IKI.

Peningkatan nilai IKI terjadi pada subsektor industri pengolahan tembakau, industri pakaian jadi, industri peralatan listrik, reparasi dan pemasangan mesin/alat, dan industri minuman.

Dua subsektor di antaranya berubah dari kontraksi menjadi ekspansi dibandingkan bulan sebelumnya, yaitu industri peralatan listrik serta jasa reparasi dan pemasangan mesin dan peralatan.

"Share subsektor IKI yang mengalami ekspansi terhadap PDB industri pengolahan nonmigas triwulan II sebesar 86,3%," kata

Secara umum, kondisi kegiatan usaha industri pada Desember 2023 tetap terjaga dari November 2023, dilihat dari kenaikan persentase jawaban responden yang menjawab kondisi usahanya membaik dan tetap mencapai 78,6%.


PROSPEK

Tingkat optimisme pelaku usaha enam bulan ke depan naik dari 61,41% menjadi 62,39%.

Faktor dominan optimisme pelaku usaha antara lain dari kondisi pasar, kebijakan pemerintah pusat dan daerah, proses perizinan, dan inflasi. Hampir semua subsektor memiliki ekspektasi atau optimisme yang besar terhadap kondisi bisnisnya di semester I 2024.

Industri barang galian bukan logam memiliki optimisme terendah, yaitu sebesar 42,69%, sekaligus memiliki pesimisme tinggi yaitu sebesar 21,37%. Hal ini diduga akibat kondisi over supply yang terjadi di Indonesia.

Di sisi lain, investasi baru subsektor ini terus masuk. Optimisme rendah juga merupakan ekspektasi industri kayu, barang kayu, dan gabus (49,29%), sedangkan pesimisme tertinggi dan tinggi merupakan ekspektasi dari industri pakaian jadi (23,18%) dan industri tekstil (20,14%).

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan berbagai kendala dan tantangan yang teridentifikasi akibat dampak geoekonomi dan geopolitik yang kemungkinan besar akan tetap berlangsung pada 2024.

“Namun demikian, kami tetap optimistis menghadapi 2024. Seiring dengan harapan membaiknya kondisi global dan perekonomian nasional, kami memperkirakan pertumbuhan industri pengolahan nonmigas 2023 sebesar 4,81% dan target 2024 sebesar 5,80%,” ungkap Menperin.

Sejalan sasaran tersebut, kontribusi industri pengolahan nonmigas pada 2023 diproyeksi sebesar 16,91%, dan target pada 2024 mencapai 17,90%. Adapun nilai ekspor industri pengolahan nonmigas diperkirakan pada 2023 berada di angka US$186,40 miliar, dan pada 2024 ditargetkan mencapai US$193,4 miliar.

Menghadapi kondisi ke depan, Kementerian Perindustrian terus berupaya melakukan koordinasi dengan Kementerian/Lembaga terkait moratorium industri semen, serta penetrasi pasar nontradisional dengan melakukan business matching dan kerjasama internasional.

Berdasarkan data, terjadi peningkatan ekspor nonmigas ke negara Persatuan Emirat Arab (PEA) sebesar 2,73% (mtm) yang diduga pengaruh implementasi IUAE—CEPA pada 1 September 2023.

Beberapa produk ekspor nonmigas Indonesia ke PEA yang meningkat di November 2023 di antaranya lemak dan minyak hewan/nabati (HS 15), mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya (HS 85), kertas, karton dan barang daripadanya (HS 48), serta kendaraan dan bagiannya (HS 87).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Ibeth Nurbaiti

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.