Perekonomian Korsel Terkontraksi 0,4 Persen pada Kuartal IV/2022

Perekonomian Korea Selatan tumbuh lebih lambat sepanjang 2022 karena melemahnya ekspor semikonduktor dan minimnya aktivitas ekspansi bisnis.

Nindya Aldila

26 Jan 2023 - 22.43
A-
A+
Perekonomian Korsel Terkontraksi 0,4 Persen pada Kuartal IV/2022

Logo Bank of Korea (Yonhap)

Bisnis, JAKARTA - Perekonomian Korea Selatan tumbuh lebih lambat sepanjang 2022 karena melemahnya ekspor semikonduktor dan minimnya aktivitas ekspansi bisnis. Hal itu memicu kontraksi 0,4 persen pada kuartal terakhir tahun lalu.

Pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Korea Selatan tercatat mencapai 2,6 persen pada 2022, jauh di bawah pertumbuhan pada 2021 sebesar 4,1 persen.

Kendati menjadi terendah sejak 2020, angka ini masih lebih besar ketimbang proyeksi dari bank sentral, seperti dilaporkan Yonhap pada Kamis (26/1/2023). Pada 2020, pertumbuhan ekonomi minus 0,7 persen.

Korea Selatan mencatatkan kontraksi pada kuartal terakhir tahun lalu sebesar 0,4 persen dibandingkan dengan kuartal sebelumnya yang  minus 0,3 persen.

Data yang dirilis oleh Bank of Korea (BOK) menunjukkan pelemahan ekonomi disebabkan oleh menurunnya penjualan semikodnuktor dan barang lainnya. Pegapalan ke luar negeri naik 2,9 persen pada 2022, dibandingkan dengan 10,8 persen pada 2021.

Prospek perekonomian negeri ginseng masih mendung seiring dengan lemahnya ekspor, konsumsi, dan investasi dari kalangan korporasi. Hal ini terjadi di tengah tingginya bunga pinjaman karena BOK menaikkan suku bunga.

Kendati demikian, konsumsi swasta terekspansi 4,4 persen pada tahun lalu, lebih tinggi daripada 3,7 persen pada 2021.

Kepala badan statistik BOK Hang Sang-pil mengatakan pada Kamis bawah konsumsi privat kemungkinan akan tumbuh, tetapi masih sulit untuk memprediksi jalur pertumbuhan ekonomi.

"Meskipun ekspor menurun, konsumsi swasta tampaknya akan naik dibandingkan dengan kuartal sebelumnya karena penggunaan kartu kredit yang naik," ujar Hang. Dia melanjutkan, masih sulit untuk diprediksi apakah pertumbuhan kuartal pertama akan positif atau negatif.

Kepala ekonom di KB Kookmin Bank Chang Jae-chul mengungkapkan suku bunga acuan, harga minyak mentah, dan inflasi berkontribusi pada penurunan konsumsi. "Ini adalah situasi yang sangat sulit," lanjutnya. 

Menurut Chang godaan untuk menggunakan anggaran tambahan guna menopang ekonomi harus diperlakukan dengan hati-hati.

Selain itu, para pejabat dan ekonom sebagian besar memperkirakan ekonomi akan pulih tanpa perlu pengeluaran tambahan dari pemerintah di bawah presiden Yoon Suk-yeol.

Ke depannya, kekuatan pemulihan ekonomi China kemungkinan akan menjadi faktor kunci pertumbuhan ekspor Korsel, sedangkan perkembangan di pasar properti merupakan salah satu area utama yang menjadi perhatian di dalam negeri.

Menteri Keuangan Korsel Choo Kyung-ho mengakui bahwa ekonomi sedang menghadapi periode yang sangat sulit di paruh pertama tahun 2023.

Seperti diketahui, Korsel menjadi indikator awal keadaan ekonomi global karena sangat bergantung pada perdagangan internasional. Kinerja negara ini terkait erat dengan kinerja negara-negara besar termasuk China, Amerika Serikat (AS) dan Jepang. 

Selain itu, Korsel juga rentan terhadap fluktuasi harga komoditas global karena sangat bergantung pada impor minyak dan makanan. Saat harga mengalami kenaikan di seluruh dunia, perusahaan-perusahaan membatasi investasi, mengurangi permintaan untuk produk dari Korsel seperti semikonduktor, baja, dan layar display.

(Asahi Asry Lestari)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Nindya Aldila

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.