Permintaan AMDK Tak Terpengaruh Isu BPA Galon Isi Ulang

Produksi air minum dalam kemasan (AMDK) tahun ini diproyeksi tumbuh sekitar 5 persen dari realisasi tahun lalu sebanyak 29,4 miliar liter.

Reni Lestari

7 Des 2021 - 15.35
A-
A+
Permintaan AMDK Tak Terpengaruh Isu BPA Galon Isi Ulang

Bisnis depo air atau air isi ulang masih menggiurkan di tengah pandemi virus corona (Covid-19)./istimewa

Bisnis, JAKARTA — Industri air minum dalam kemasan nasional diyakini masih mampu menorehkan pertumbuhan permintaan hingga akhir tahun ini, kendati sektor tersebut sedang diterpa rencana kebijakan pelabelan Bisfenol A pada kemasan air galon isi ulang.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Air Minum Dalam Kemasan (Aspadin) Rachmat Hidayat mengatakan produksi air minum dalam kemasan (AMDK) tahun ini diproyeksi tumbuh sekitar 5 persen dari realisasi tahun lalu sebanyak 29,4 miliar liter.

"Kami masih perkirakan bisa sekitar 5 persen, sekitar 30 miliar liter," kata Rachmat, Selasa (7/12/2021).

Proyeksi pertumbuhan produksi tersebut berbanding lurus dengan mulai tingginya permintaan akibat aktivitas perkantoran, hotel, restoran, dan rumah tangga yang sudah kembali meningkat.

Rachmat juga meyakini prohram Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 3 saat libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) tidak akan terlalu dalam menggerus konsumsi AMDK masyarakat.

"Kami optimistis pertumbuhan [permintaan] AMDK masih bisa mengimbangi kebijakan PPKM ini karena pemerintah hanya membatasi arus mudik, tidak melakukan penyekatan lalu lintas," ujarnya.

Terkait dengan rancangan perubahan peraturan BPOM N.31/2018 tentang pelabelan kandungan BPA pada AMDK berbahan polikarbonat (PC), Aspadin telah menyampaikan tanggapan resmi secara tertulis, baik kepada BPOM maupun lembaga Pemerintah terkait lainnya.

Menurut Rachmat, rencana perubahan aturan tersebut bertolak belakang dengan pernyataan BPOM pada 24 Januari 2021.

Saat itu, BPOM enyatakan bahwa berdasarkan hasil pengawasan terhadap kemasan galon AMDK dari PC selama 5 tahun terakhir, migrasi BPA tercatat di bawah 0.01 bpj (10 mikrogram/kg) atau masih dalam batas aman yaitu 1,6% dari ambang batas aman.

"Pada 29 Juni 2021, BPOM juga menyampaikan hasil pengawasan mereka pada 2021 bahwa migrasi BPA dari kemasan galon sebesar rata-rata 0,033 bpj yang juga masih sangat jauh di bawah batas aman," ujar Rachmat.

Dia juga mengatakan pelabelan kemasan khusus pada AMDK galon berbahan PC akan memicu praktik persaingan usaha tidak sehat melalui klaim-klaim produk yang satu lebih aman daripada yang lainnya.

Kebijakan ini akan mempengaruhi 900 pelaku industri dengan lebih dari 2.000 merek dan sekitar 40.000 tenaga kerja langsung pada sektor ini.

Sebelumnya, pelaku industri menyebut kuartal IV/2021 bakal menjadi periode penentuan kinerja industri minuman ringan. Sektor tersebut membidik pertumbuhan year on year di level 20% pada tahun ini, dengan berharap pada peluang lonjakan permintaan saat Natal dan Tahun Baru.

Ketua Asosiasi Industri Minuman Ringan (Asrim) Triyono Pridjosoesilo mengatakan periode hari besar keagamaan pada ujung tahun ini diharapkan dapat mengerek utilisasi pabrikan minuman ringan hingga 75% dari kondisi saat ini di kisaran 60%—70%.

"Untuk periode Natal dan Tahun Baru [permintaan minuman ringan] akan bisa cukup tinggi. Rata-rata sampai setahun [utilisasi pabrik  minuman ringan] sekitar 75%, kalau [pertumbuhan permintaan saat] Natal dan tahun baru positif," katanya, belum lama ini.

Dari sisi volume produksi, industri menargetkan tahun ini bisa mencapai pertumbuhan 1%—2%.

Menurut Triyono, target tersebut cukup realistis jika beranjak dari basis pertumbuhan (baseline) indutsri minuman ringan yang rendah dari posisi tahun lalu, dan situasi pembatasan kegiatan yang masih berlaku.

"Kalau bisa tumbuh 1%—2% itu sudah suatu big win bagi kami," ujarnya.

Triyono melanjutkan, masih belum pulihnya industri minuman ringan pada tahun ini juga terindikasi dari tak terpenuhinya ekspektasi peningkatan volume produksi pada periode Lebaran tahun ini.

Dia mengatakan momentum hari raya yang masih diselimuti pembatasan pergerakan telah membebani industri.

Daya beli dan pergerakan konsumen yang terbatas merupakan ganjalan utama saat ini bagi industri minuman untuk bertumbuh.

Triyono berharap penanganan pandemi dan vaksinasi dapat ditingkatkan sehingga pergerakan masyarakat dapat kembali dilonggarkan.

"Kalau pemerintah bisa fokus untuk pandemi dulu, vaksinasi dipercepat, mudah-mudahan ada relaksasi yang lebih berkelanjutan," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Wike D. Herlinda

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.