Pertamina Salurkan Bahan Bakar Nabati untuk Genset Trakindo

Untuk mempermudah penyaluran kepada konsumen, Pertamina telah mempersiapkan pengiriman produk tersebut dengan beberapa metode, seperti drum untuk pemesanan jumlah kecil, mobil tangki dengan ukuran 8, 16 hingga 32 kilo liter, serta kapal untuk pengiriman ekspor atau massal.

Ibeth Nurbaiti

16 Mei 2023 - 15.55
A-
A+
Pertamina Salurkan Bahan Bakar Nabati untuk Genset Trakindo

Produk Pertamina Renewable Diesel (Pertamina RD), yaitu Hydrotreated Vegetable Oil (HVO), Biodiesel 40 (B40), dan campuran HVO dan B40 dengan perbandingan komposisi 50:50. Bisnis-Pertamina Patra Niaga

Bisnis, JAKARTA — Dalam upaya mendorong transisi energi di Indonesia, PT Pertamina Patra Niaga mulai menyalurkan produk Pertamina Renewable Diesel kepada PT Trakindo Utama, sebagai bahan bakar untuk mesin power generator (Caterpillar generator set/Cat genset) tipe 3516E. 

Untuk uji kinerja produk genset Caterpillar 3516E tersebut secara perdana telah dilakukan di Trakindo Yard Cilincing, Jakarta Utara, pada Rabu (10/5/2023) dengan menggunakan tiga jenis bahan bakar nabati berbeda dari produk Pertamina Renewable Diesel (Pertamina RD), yaitu Hydrotreated Vegetable Oil (HVO), Biodiesel 40 (B40), dan campuran HVO dan B40 dengan perbandingan komposisi 50:50.

Baca juga: Lampu Hijau, Program Biodiesel B40 Siap Melaju

Hasilnya, menurut Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Irto Ginting, produk Pertamina RD secara spesifikasi menghasilkan emisi gas buang yang lebih baik, dengan Cetane Number (angka setana) di atas 70. Artinya, Pertamina RD dinilai dapat berkontribusi menurunkan emisi dari bahan bakar hingga 70 persen.

Tak hanya itu, kandungan sulfur dari produk bahan bakar nabati yang merupakan olahan kelapa sawit tersebut di bawah 10 part per million (ppm) sehingga menjadikan produk ini lebih baik dari Biosolar.

“Uji coba produk Pertamina RD sukses dilakukan pada mesin alat berat Cat Genset 3516E berkapasitas 2.500 liter. Uji coba produk tersebut menjadi salah satu komitmen Pertamina Patra Niaga yang terus mendorong transisi energi dan percepatan Net Zero Emission [NZE] di Indonesia,” kata Irto dalam keterangannya dikutip Selasa (16/5/2023). 

Baca juga: Daftar Alokasi Biodiesel B35, Pertamina Menguasai Pasokan 2023

Dia menjelaskan bahwa suplai Pertamina RD tersebut dikirim langsung dari kilang yang ada di Cilacap. Pertamina Patra Niaga bersinergi dengan PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) sebagai Sub Holding Refinery & Petrochemical Pertamina.


Untuk mempermudah penyaluran kepada konsumen, Pertamina telah mempersiapkan pengiriman produk tersebut dengan beberapa metode, seperti drum untuk pemesanan jumlah kecil, mobil tangki dengan ukuran 8, 16 hingga 32 kilo liter, serta kapal untuk pengiriman ekspor atau massal.

“Selain ramah lingkungan, Pertamina RD dapat diisi tanpa modifikasi, menurunkan intensitas karbon, serta menjaga kinerja genset atau mesin diesel lainnya,” ujar Irto.

Sebagai gambaran, Caterpillar 3516E merupakan jenis genset yang bisa memberikan sumber energi untuk menunjang kinerja pusat data (data center) yaitu tempat penyimpanan data dalam jumlah besar yang membutuhkan aliran listrik yang stabil secara terus menerus tanpa henti.

Baca juga: Tantangan Berat Indonesia Pertahankan Cuan Batu Bara

Genset Caterpillar 3516E memiliki kemampuan menahan beban tiba-tiba sebesar 100 persen dari kapasitas genset nominal walaupun menggunakan bahan bakar nabati seperti HVO dan B40. 

General Manager Power System Trakindo, Erwin Muljosantoso mengeklaim genset Caterpillar 3516E yang menggunakan bahan bakar HVO dan B40 menghasilkan tingkat emisi gas buang yang masih di bawah ambang batas yang dipersyaratkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Baca juga: Menguatkan Investasi Panas Bumi Sebagai Tulang Punggung Energi

Menurutnya, genset berbahan bakar rendah karbon dapat menjadi salah satu solusi untuk mendukung implementasi green data center. Terlebih, HVO merupakan bahan bakar hijau yang sangat potensial untuk dimanfaatkan oleh industri pusat data guna mendorong percepatan nol emisi karbon (NZE) di Indonesia.

“Demi mendorong percepatan realisasi konsep green data center yang lebih ramah lingkungan, kami berkolaborasi dengan Pertamina dalam menggunakan HVO untuk unit CAT 3516E dan terbukti bahwa bahan bakar tersebut masih memenuhi standar kualitas back up power di industri data center,” kata Erwin.

Sebagaimana diketahui, pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus berinovasi dalam pengembangan energi bahan bakar berbasis nabati seperti biodiesel.

Baca juga: Menepis 'Tudingan' AS soal Dominasi China di Proyek 'Hijau' RI

Dikutip dari Antara, Selasa (16/5/2023), Direktur Bioenergi Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Edi Wibowo menyebutkan bahwa Kementerian ESDM mematok alokasi biodiesel untuk 2025 sebesar 13,2 juta kiloliter (KL).

Sementara itu, alokasi biodiesel untuk tahun ini ditargetkan bisa mencapai 13,15 juta KL, yang diharapkan bisa mewujudkan target bauran energi yang ditetapkan pemerintah. Sejak 2006, pemerintah telah melaksanakan program pemanfaatan bahan bakar nabati, salah satunya adalah biodiesel yang dimulai dari Biodiesel 2,5 persen (B2,5) yaitu campuran bahan bakar nabati sebesar 2,5 persen dengan bahan bakar solar.

Kemudian, sejak 2015 Kementerian ESDM telah mengembangkan B15 dan seiring berjalannya waktu dan pengembangan yang terus dilakukan kadar bahan nabati dalam Biodiesel terus meningkat hingga pada 1 Februari 2023 berada di angka 35 persen (B35).

Baca juga: Ancang-Ancang Pertamina Tangkap Tren Bisnis Aviasi Pascapandemi

“Sejak 2015 kita menuju ke B15 kemudian 2016 B20 kemudian B30 di 2020 dan tidak ada kendala yang signifikan dengan B30 dan mulai 1 Februari kita bergerak menuju B35,” kata Edi.


Adapun, program bahan bakar nabati yang dijalankan Kementerian ESDM merupakan salah satu bentuk implementasi program pemerintah yang menargetkan bauran energi sebesar 23 persen pada 2025.

Dalam upaya mewujudkan program pemanfaatan bahan bakar nabati, Edi menjelaskan Kementerian ESDM telah menyalurkan 10,5 juta KL biodiesel B30 pada 2022. “Kita kemarin telah menyalurkan biodiesel [B30] sebesar 10,5 juta kiloliter dan ini bisa menghemat devisa negara sekitar US$8,34 miliar atau sekitar Rp122 triliun,” ujar Edi.

Selain itu, imbuhnya, pengalokasian biodiesel tersebut bisa mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 27,8 juta ton CO2e. Tak hanya itu, hasil penelitian Japan Automobile Manufacturers Association (JAMA) menyatakan biodiesel berbahan kelapa sawit (B35) yang diproduksi Indonesia memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan biodiesel berbahan nabati lain seperti kacang kedelai.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Ibeth Nurbaiti

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.