Bisnis, JAKARTA — Tidak adanya kepastian akan keberlanjutan harga gas bumi tertentu (HGBT) pada masa pemerintahan baru atau 2025 nanti, menimbulkan kekhawatiran di kalangan pelaku industri manufaktur yang selama ini menerima manfaat dari kebijakan tersebut.
Kendati penyerapan alokasi gas dengan harga khusus yang dipatok US$6 per million British thermal units (MMBtu) itu disebut-sebut masih belum optimal, nyatanya selama ini dapat menjadi tenaga ekstra bagi sektor manufaktur nasional untuk meningkatkan utilitas produksi.
Wajar, jika kelompok industri penerima manfaat HGBT tersebut, yakni sektor pupuk, petrokimia, oleokimia, baja, keramik, kaca, dan sarung tangan karet tetap berharap agar kebijakan tersebut dapat terus berlanjut.
Hanya saja, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sendiri belum dapat memastikan ihwal kelanjutan kebijakan HGBT untuk industri penerima selepas 2024. Tak hanya itu, menurut Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian ESDM Tutuka Ariadji, Kementerian ESDM juga perlu melakukan evaluasi lanjutan soal usulan perluasan program HGBT untuk diberikan ke semua sektor industri.