Pertaruhan Impor Beras di Tengah Seretnya Serapan Bulog

Dengan asumsi volume penyaluran sebesar 80.000 ton setiap bulan dan stok sampai akhir Juni berada di angka 1,5 juta ton, stok akhir Bulog masih bisa dijaga di kisaran 1 juta ton sampai akhir tahun.

4 Mei 2021 - 20.52
A-
A+
Pertaruhan Impor Beras di Tengah Seretnya Serapan Bulog


Bisnis, JAKARTA — Serapan beras Perum Bulog (Persero) saat panen raya tahun ini terancam meleset dari target akibat problem buntunya kanal penyaluran yang tak kunjung terurai. Risikonya, opsi impor pun menjadi kian realistis.

Bulog sudah menyerap sekitar 535.890 ton beras pada puncak panen yang jatuh pada Maret dan April 2021. Jumlah tersebut hampir memenuhi target pengadaan sampai Mei yang sempat dipatok mencapai 600.000 ton.

Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso sebelumnya juga menargetkan stok kelolaan Bulog akan mencapai 1,5 juta ton pada Mei 2021.

Bagaimanapun, Pengamat Pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori memperingatkan realisasi serapan sekitar 500.000 ton sampai April sejatinya bukanlah volume yang besar.

“Dengan ketiadaan outlet, penyerapan saat panen raya bisa tidak optimal. Pada situasi ketika Bulog masih memiliki outlet, 60%—65% pengadaan berlangsung pada bulan-bulan ini,” ujarnya, Selasa (4/5/2021).

Menurutnya, serapan Bulog dalam rangka menjaga harga di sisi hulu bisa ditingkatkan dengan menambah porsi stok komersial. Namun, dia sangsi perusahaan pelat merah tersebut bisa melakukan pengadaan beras komersial dalam jumlah besar.

“Serapan komersial bergantung ke seberapa besar porsi komersial mereka terus tumbuh. Kalau tidak sebesar harapan publik, tetap saja Bulog tetap akan tidak optimal menjalankannya,” kata dia.

Bagaimanapun, Khudori berpendapat Bulog tetap berpeluang bisa menjaga stok cadangan beras pemerintah (CBP) di angka yang diamanatkan pemerintah.

Dengan asumsi volume penyaluran sebesar 80.000 ton setiap bulan dan stok sampai akhir Juni berada di angka 1,5 juta ton, dia memperkirakan stok akhir Bulog masih bisa dijaga di kisaran 1 juta ton sampai akhir tahun.

“Kalau sampai Juni nanti stok bisa mencapai 1,5 juta ton, dengan asumsi outlet per bulan sekitar 80.000 ton, sampai akhir tahun stok bisa dijaga sekitar 1 juta ton,” sebutnya.

Potensi impor beras yang sempat mengemuka, menurut Khudori, perlu dikaji pada waktu yang tepat.

Pemerintah harus terlebih dahulu melihat realisasi penyerapan Bulog sampai Juni untuk mengettahui stok CBP serta melihat realisasi produksi pada subround I (Januari sampai April) dan potensi produksi pada subround selanjutnya.

“Idealnya rentang Juli sampai September bisa diputuskan apakah perlu impor atau tidak,” lanjutnya.

Khudori berpandangan memutuskan impor saat ini dengan menjadikan stok di Bulog sebagai indikator bukanlah hal yang tepat. Indikator dari sisi harga dan produksi pun menunjukkan bahwa pasokan beras dalam kondisi yang memadai dan tanpa gangguan.

Data sementara Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan produksi beras pada periode Januari sampai Mei bakal mencapai 15,89 juta ton. Angka ini naik 5,77% atau bertambah 870.000 ton dibandingkan dengan produksi pada periode yang sama pada 2020.

Adapun, produksi beras nasional sepanjang 2020 tercatat naik tipis 0,07% dari 31,31 pada juta ton menjadi 31,33 juta ton. Kenaikan produksi ini terjadi meskipun puncak panen mengalami kemunduran.

HARGA GABAH

Pada perkembangan lain, epala Biro Humas dan Informasi Publik Kementerian Pertanian Kuntoro Boga Andri mengatakan penurunan harga gabah di tingkat petani yang terjadi beberapa bulan terakhir merupakan momentum bagi pemerintah untuk menjaga harga di tingkat petani.

Dia mengatakan gerakan serap gabah telah dikerahkan dan dijalankan tak hanya oleh Bulog, tetapi juga oleh BUMN klaster pangan dan pemerintah daerah.

“Kita tahu saat ini panen raya masih terjadi di berbagai sentra produksi padi. Di sinilah kunci pemerintah hadir membantu petani agar mendapatkan harga yang layak,” kata dia.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan rata-rata harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani terus mengalami penurunan sejak Januari.

Harga menyentuh level terendah pada April di angka Rp4.275 per kilogram (kg). Harga GKP pada April 2021 bahkan turun 7,06% dibandingkan dengan April.

Harga GKP di tingkat penggilingan juga terpantau turun 1,85% secara bulanan menjadi Rp4.398 per kg.

Kondisi ini diikuti dengan penurunan harga gabah kualitas kering giling (GKG) yang rata-rata terkoreksi 6,36% di tingkat petani dan 6,31% di tingkat penggilingan dibandingkan dengan Maret 2021.

Sekretaris Perum Bulog Awaluddin Iqbal mengatakan perusahaan akan melanjutkan penyerapan selama puncak panen. Dengan asumsi panen dalam jumlah besar berlangsung sampai Mei, perusahaan setidaknya akan menyerap sampai Juni untuk menjaga harga.

“Dengan asumsi April sampai Mei masih panen, pengadaan bisa sampai Juni. Estimasi kami harga gabah setelah Juni relatif stabil di hulu karena panen tidak sebanyak subround I maupun II,” kata Iqbal.

Dia menjelaskan target menjaga stok CBP 1,5 juta ton bisa dicapai perusahaan dalam waktu dekat. Namun, dia menilai persoalan beras tidaklah sebatas pada target volume yang bisa diserap Bulog, tetapi juga jaminan kanal penyaluran.

“Estimasi menjaga stok 1,5 juta ton tercapai bisa. Namun, sekarang persoalannya bukan itu, tetapi bagaimana beras itu bisa disalurkan dan kualitas bisa tetap terjaga karena ada stok yang bergerak masuk dan keluar,” kata dia.

Bulog sejauh ini hanya memiliki operasi pasar sebagai kanal penyaluran dengan realisasi sebesar 147.000 ton per akhir April. Artinya, beras yang keluar dari gudang Bulog setiap bulannya berkisar di volume 36.000 ton.

Pembicaraan untuk menambah kanal penyaluran bagi Bulog sendiri disebut Iqbal terus dilakukan. Di antaranya dengan Kementerian Sosial lewat jaminan pasokan kepada kelompok penerima manfaat. Namun, pembicaraan belum mencapai titik terang sampai saat ini.

Selain bisa memberi jaminan pada perputaran stok pada komoditas dengan usia simpan yang terbatas itu, Iqbal mengatakan penambahan jumlah kanal penyaluran bisa menjaga harga di hulu maupun hilir.

Penyerapan yang dilakukan setidaknya memiliki jaminan pasar sehingga harga bisa sesuai dengan harga pembelian pemerintah (HPP) sebagaimana diatur dalam Permendag No. 24/2020.

Outlet itu sekaligus menjadi instrumen yang secara tidak langsung memberikan jaminan pasokan dan harga. Penyaluran akan memberikan supply ke pasar, sehingga harga di hilir bisa dijaga. Hulu juga ada kepastian penyerapan sehingga harga bisa dijaga, minimal sesuai HPP,” kata dia.

BERAS KOMERSIAL

Adapun, Ketua Umum Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI) Dwi Andreas Santosa menilai penyerapan stok komersial dalam jumlah besar perlu dilakukan Bulog agar harga di hulu tetap stabil, terutama saat produksi masih tinggi.

“Target stok 1,5 juta ton akhir Mei bisa tercapai. Namun serapan Bulog masih sangat kurang dan besaran volumenya belum membantu petani dalam menjaga harga. Karena itu saya sarankan Bulog mulai mengincar beras komersial,” kata Dwi.

Dwi mencatat stok Bulog yang berstatus komersial hanya mencapai 26.000 ton pada penghujung April. Volume tersebut cenderung masih kecil dibandingkan dengan total stok kelolaan Bulog.

Dia menyebutkan harga gabah kering panen (GKP) berpeluang merangkak naik pada Mei karena produksi yang mulai berkurang. Namun Dwi memperkirakan kenaikan harga tidak akan terlalu signifikan bagi petani sehingga intervensi penyerapan tetap diperlukan.

“Jika Bulog ikut memperebutkan beras untuk komersial tentu bisa jadi insentif harga bagi petani. Makin banyak yang mencari makin baik harganya,” kata dia.

Data AB2TI menunjukkan bahwa harga gabah di 46 kabupaten sentra produksi padi pada April 2021 melanjutkan tren penurunan sejak September 2020.

Harga GKP di tingkat petani bergerak dari Rp4.800 per kg pada September dan menyentuh level terendah pada Maret di kisaran Rp3.938 per kg. Harga GKP mulai naik pada April menjadi Rp3.989 per kg.

“Jadi memang harga belum membaik di petani meski mulai naik pada April. Sementara untuk GKG [ gabah kering giling] terus turun dari Rp.5.342 per kg pada Januari 2021 menjadi Rp4.629 per kg pada April,” katanya. (Iim F. Timorria)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.