Bisnis, JAKARTA - Perusahaan rintisan asal India, Oyo Hotels berencana melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap sekitar 600 karyawan seiring dengan kerugian hingga 3,33 miliar rupee atau setara Rp629,84 miliar pada kuartal III/2022 yang dialami startup tersebut.
Berdasarkan laporan Bloomberg dikutip dari Bisnis.com pada Senin (5/12/2022), Oyo yang memiliki nama badan hukum Oravel Stays Ltd juga mengalami kerugian pada kuartal II/2022 senilai 4,14 miliar.
Kerugian yang berlangsung terus menerus menekan perusahaan untuk mengurangi beban keuangan lewat PHK. Dari 3.700 total karyawan, Oyo berencana memangkas sedikitnya 600 orang pekerja.
Juru bicara Oyo hanya menyebutkan angka pemangkasan karyawan. Namun, tidak memberi kejelasan lebih lanjut terkait pemotongan atau restrukturisasi di masa depan.
SoftBank Group Corp. yang merupakan pemegang saham terbesar di perusahaan pemesanan hotel tersebut tentu akan terkena dampaknya. Padahal, Oyo sempat mengumumkan bakal melakukan penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) pada awal 2023.
Pada kuartal terakhir, Oyo mengurangi biaya pemasaran serta biaya karyawan dan administrasi, akhirnya saat ini berfokus pada negara India, Malaysia, Indonesia dan Eropa setelah mengurangi operasi di pasar yang sebelumnya dianggap penting, seperti Amerika Serikat (AS) dan China.
Indonesia menjadi salah satu pasar utama Oyo saat ini. Global CBO & CEO SEAME of Oyo Ankit Tandon beralasan Indonesia adalah salah satu pasar yang paling matang dalam hal skala dan unit ekonomi.
PASAR UTAMA
"Oleh karena itu, kami percaya bahwa Indonesia memiliki potensi dan proposisi yang unik bagi Oyo," ujarnya dalam keterangan resmi, Rabu (9/11/2022)
Meskipun adanya pandemi dengan sektor wisata yang paling berdampak, Oyo Indonesia telah membuktikan pertumbuhan bisnisnya, dengan menunjukkan peningkatan permintaan pelanggan yang mencapai 110 persen sejak pandemi.
Dengan pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan, terutama dalam kondisi yang tidak terduga selama pandemi, Oyo Indonesia telah berhasil memposisikan diri sebagai salah satu dari empat pasar prioritas utama.
Perusahaan menilai perkembangan teknologi yang pesat telah memainkan peran penting dalam mendorong pemulihan industri pariwisata, khususnya teknologi digital dalam pemesanan tiket/hotel/atraksi dan membantu mengelola operasional bisnis penginapan setiap harinya secara end-to-end dan efisien.
"Dalam memperkuat posisi Oyo di industri pariwisata dan perhotelan Indonesia, Oyo terus berupaya untuk berikan teknologi yang imersif dan berkontribusi dalam memenuhi target pemerintah. Salah satunya target untuk memiliki 1,2 hingga 1,5 juta perjalanan domestik di 2023, terlebih lagi hari libur nasional telah diumumkan," jelasnya
Oyo juga melihat selama masa transisi pandemi menuju pascapandemi, melihat adanya pergeseran tren wisatawan dalam hal menginap. Sebelum pandemi, wisatawan rata-rata menginap selama 1-3 hari per pemesanan.
Namun, selama masa pandemi, wisatawan lebih memilih durasi menginap yang panjang sekitar 5-7 hari. Kini, ketika memasuki masa transisi pascapandemi, tren kembali normal dengan durasi menginap selama 1-3 hari. (Asahi Asri Larasati & Khadijah Shahnaz)