JAKARTA – Tencent Holdings akhirnya mesti menelan pil pahit. Pada periode kuartal yang berakhir 30 Juni 2022, untuk pertama kali dalam sejarah, kerajaan hiburan milik crazy rich Ma Huateng itu mengalami penurunan pendapatan kuartalan secara year-on-year (YoY).
Dalam kuartal terakhir itu, pemasukan Tencent mentok pada kisaran 134 miliar yuan atau setara US$19,8 miliar. Realisasi tersebut 3 persen lebih kecil dari perolehan periode yang sama tahun lalu (YoY).
Sinyal terjangan ombak sebenarnya sudah tampak sejak kuartal yang berakhir Maret 2022. Pada periode tersebut, Tencent sudah mengalami penurunan laba 0,12 persen. Namun, pada momen yang sama, pendapatan perusahaan masih mengalami pertumbuhan.
Adapun pecah telur penurunan pendapatan pada kuartal yang berakhir Juni 2022 memiliki dampak yang mudah ditebak.

Performa ini membuat laba perseroan turun lebih dalam secara YoY, yakni 56 persen ke level 18,62 miliar yuan. Angka ini juga meleset jauh dari ekspektasi konsensus yang rata-rata masih mengekspektasikan bottom line perseroan mampu mencapai minimal 25,28 miliar yuan.
"Tencent telah mengencangkan sabuk pengaman karena industri teknologi memang sedang mengalami penurunan performa. Kini, kinerja perusahaan tergantung pada kemampuan mereka mengontrol biaya dan mengoptimasi operasional," papar analis Forsyth Barr Asia Willer Chen, dikutip dari Bloomberg.
Sebagai konteks, tahun ini Tencent juga telah melakukan kebijakan efisiensi dan memutus hubungan kerja (PHK) terhadap 5.000 karyawan yang merepresentasikan hampir 5 persen jumlah karyawan total perusahaan.
Ada sejumlah faktor yang disinyalir melandasi lesunya performa bisnis Tencent yang berujung hasrat besar untuk efisiensi. Mulai dari krisis pandemi dan kebijakan pembatasan sosial di China hingga konflik dengan Beijing yang kemudian bikin Tencent harus melakukan beberapa divestasi.

Terakhir, perusahaan dikabarkan dalam proses menjual kepemilikan mereka di startup pesan antar makanan Meituan. Namun, belakangan kabar ini telah disanggah oleh Chief Strategy Officer Tencent James Mitchell.
"Pemberitaan itu tidak akurat," kata James.
Sejak tahun lalu, Tencent telah mengungkapkan rencana untuk menjual saham di investee seperti raksasa e-commerce JD.com Inc., setelah pemerintah China berupaya menekan raksasa teknologi negara itu karena dugaan monopoli pasar, termasuk mempertahankan ekosistem tertutup yang menguntungkan perusahaan tertentu dengan mengorbankan yang lain.
Ditepisnya kabar penjualan saham membuat saham Meituan menguat 3 persen di bursa saham AS. Adapun dampak terhadap investee lainnya beragam.
Saham raksasa internet Pinduoduo Inc. sempat naik 3,2 persen meskipun berbalik ditutup melemah 3,7 persen. Saham Bilibili Inc. dan JD.com keduanya turun lebih dari 1 persen. (Herdanang Ahmad Fauzan dan Aprianto Cahyo Nugroho)