PLN Gandeng IEA untuk Proyek Pensiun Dini PLTU Batu Bara

Tak hanya menyelesaikan roadmap proyek pensiun dini pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara, kerja sama PLN dan IEA juga akan memobilisasi investasi serta mendukung mekanisme pembiayaan yang dituangkan dalam Comprehensive Investment Plan (CIP).

Ibeth Nurbaiti

20 Apr 2023 - 12.40
A-
A+
PLN Gandeng IEA untuk Proyek Pensiun Dini PLTU Batu Bara

PLTU Pelabuhan Ratu yang lebih dikenal sebagai PLTU Jawa Barat 2 Pelabuhan Ratu Operation and Maintenance Services Unit (OMU) berada di Kabupaten Sukabumi memiliki kapasitas terpasang sebesar 3X350 MW. Istimewa-indonesiapower.co.id

Bisnis, JAKARTA — PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) menggandeng International Energy Agency (IEA) dalam upaya mengakselerasi transisi energi di Indonesia, termasuk untuk merealisasikan proyek pensiun dini PLTU batu bara.

Secara umum, kerja sama untuk mematangkan Just Energy Transition Partnership Investment and Policy Plan (JETP IPP) tersebut ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman antara kedua belah pihak.

Tak hanya menyelesaikan roadmap proyek pensiun dini pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara, kerja sama PLN dan IEA juga akan memobilisasi investasi serta mendukung mekanisme pembiayaan yang dituangkan dalam Comprehensive Investment Plan (CIP).

Baca juga: Tenaga Lemah Batu Bara di Tengah Rekor Tinggi Impor China

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menyebutkan bahwa kolaborasi kali ini merupakan bentuk lanjutan setelah beragam proyek sebelumnya. Namun, dalam kolaborasi terbaru ini akan dikhususkan untuk mencapai target pengurangan emisi karbon.

“Kami memiliki visi yang sama untuk menyongsong masa depan. Masa depan energi berkelanjutan,” kata Darmawan melalui siaran pers, Rabu (19/4/2023).

Baca juga: Tarik-Menarik Kepentingan AS dan Indonesia di Proyek Penghiliran

Bagaimana pun, imbuhnya, terdapat banyak tantangan dalam menjalankan proyek transisi energi, salah satunya adalah berkaitan dengan proyeksi pertumbuhan permintaan listrik di Indonesia yang dinamis.


“PLN dan IEA akan menjadi pionir, menunjukkan kepada dunia bahwa roadmap transisi energi dapat dibangun melalui kolaborasi. Dapat dibangun secara komprehensif dari hulu ke hilir,” tuturnya.

Pada 2030 mendatang, tantangan emisi karbon pada sektor ketenagalistrikan yang dikelola PLN akan mencapai 433 juta ton pada skenario business as usual. Upaya pada RUPTL 2021—2030 akan menurunkan emisi menjadi 335 juta metrik ton CO2, yang menjadi landasan untuk bisa mencapai target net zero emission (NZE) pada 2060. 

Baca juga: China Jadi Negara dengan Konsumsi Listrik Terbesar di Dunia

NZE ini juga berarti padamnya seluruh pembangkit PLN yang berbahan bakar batu bara hingga BBM solar. Namun, upaya pencapaian NZE tersebut memerlukan langkah-langkah akselerasi antara lain dengan menggaet pendanaan yang murah untuk mendanai investasi yang besar.

“Kami memiliki tujuan bersama, yaitu mencapai net zero emissions. Yang kami butuhkan adalah mengkonsolidasikan tiap langkah,” ujar Darmawan.

Sebagaimana diketahui, JETP merupakan salah satu hasil kesepakatan pemimpin negara di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali yang digelar pada tahun lalu.

Baca juga: Silang Pendapat Harga Gas Murah Industri Kian Panjang

Adapun, IEA merupakan lembaga independen yang diisi oleh para profesional untuk menjadi rujukan dunia terkait dengan analisis, data, rekomendasi kebijakan, solusi pembangunan ketahanan energi, ekonomi berkelanjutan, dan pembangunan lingkungan. 

Lembaga ini berbasis di Paris yang didirikan dalam kerangka Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi pada 1974 setelah krisis minyak 1973. 

Sebagai negara kepulauan, IEA menilai Indonesia perlu meningkatkan interkoneksi sistem kelistrikan untuk menjamin akses listrik yang merata bagi seluruh masyarakat. Dengan sistem interkoneksi yang andal akan berpengaruh pada harga listrik yang terjangkau bagi masyarakat.

Baca juga: Menanti Kembalinya Masa Kejayaan Hulu Migas Nasional

Executive Director of IEA Fatih Birol menjelaskan bahwa lembaganya mendukung penuh langkah Indonesia dalam transisi energi. Terlebih, upaya Indonesia dalam mengurangi emisi karbon akan berdampak langsung pada pengurangan emisi karbon.

“Kami mendukung penuh Indonesia dalam proyek transisi energi. Dukungan IEA kepada Indonesia bisa menjadi pendorong untuk berbagai pihak melakukan kolaborasi bersama dalam proyek transisi energi,” kata Birol.

Baca juga: Pro Kontra Larangan Ekspor Konsentrat Tembaga & Bujuk Rayu PTFI

Nantinya, PLN dan IEA akan bekerja sama dalam pemantapan roadmap NZE yang sudah dibuat oleh Indonesia. Kedua pihak juga akan mempertajam skema JETP dalam menggaet kolaborasi investasi untuk membiayai proyek transisi energi di Indonesia.

Sejumlah proyek yang menjadi prioritas yakni dalam pengembangan pembangkit EBT, pembangunan green energy enabling transmission line, dan juga peningkatan kapasitas sumber daya manusia Indonesia untuk bersiap menyongsong era baru dalam perkembangan energi ke depan. (Nyoman Ary Wahyudi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Ibeth Nurbaiti

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.