Potensi Besar Kobalt, Primadona Baru Bahan Baku Baterai EV

Pada 2022, Indonesia tercatat sebagai produsen kobalt terbesar kedua di dunia setelah Kongo yang memiliki cadangan mencapai 4 juta ton. Pemerintah pun mengarahkan investasi baru pada smelter bijih nikel kadar rendah atau limonit untuk mendukung penghiliran baterai kendaraan listrik.

Ibeth Nurbaiti

11 Feb 2023 - 18.00
A-
A+
Potensi Besar Kobalt, Primadona Baru Bahan Baku Baterai EV

Ilustrasi baterai kendaraan listrik. Pemerintah berencana melakukan peralihan investasi pada smelter berteknologi high pressure acid leaching (HPAL) atau hidrometalurgi diharapkan dapat meningkatkan produksi rantai bahan baku baterai kendaraan listrik seperti nikel sulfat dan kobalt sulfat. (Canva)

Bisnis, JAKARTA — Indonesia digadang-gadang akan menjadi salah satu pemain utama di industri baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV) dunia, mengingat komoditas mineral yang dibutuhkan sebagai bahan baku untuk membuat baterai cukup melimpah di dalam negeri.

Tak hanya nikel, Indonesia berdasarkan data Badan Survei Geologi Amerika Serikat (United States Geological Survey/USGS), tercatat memiliki cadangan kobalt yang cukup besar, yakni mencapai 600.000 ton.

Pada 2022, Indonesia bahkan tercatat sebagai produsen kobalt terbesar kedua di dunia setelah Kongo yang memiliki cadangan mencapai 4 juta ton. Pada tahun lalu, produksi Kobalt Indonesia mencapai 10.000 ton, mengungguli Rusia, Filipina, Australia, dan Kanada yang pada 2021 posisinya berada di atas Indonesia.

Baca juga: Bersiasat Menjadi 'Raja' Baterai Kendaraan Listrik Dunia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Ibeth Nurbaiti
Anda belum memiliki akses untuk melihat konten

Untuk melanjutkannya, silahkan Login Di Sini

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.