Potensi Penerbitan Obligasi Rp46,8 Triliun Sektor Pembiayaan

Penggalangan dana dari sektor pembiayaan lewat instrumen obligasi diproyeksi bisa mencapai Rp46,8 Triliun. Simak penjelasannya.

Aziz Rahardyan

27 Nov 2021 - 17.36
A-
A+
Potensi Penerbitan Obligasi Rp46,8 Triliun Sektor Pembiayaan

Penggalangan dana dari sektor pembiayaan lewat instrumen obligasi diproyeksi bisa mencapai Rp46,8 Triliun. (Bisnis/Eusebio Chrysnamurti)

Bisnis, JAKARTA— Gairah penggalangan dana lewat instrumen obligasi pada 2022 diperkirakan ramai dengan nilai Rp46,8 triliun yang berasal dari instrumen jatuh tempo.

Analis Divisi Pemeringkatan Jasa Keuangan (Fi Ratings) PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo), Danan Dito mengatakan kegiatan penggalangan dana melalui surat utang yang dilakukan oleh perusahaan pembiayaan tergolong lesu dan kebutuhan dana digeser ke tahun depan.

“Berdasarkan proyeksi kami bisa lebih dari jumlah yang akan jatuh tempo di tahun depan, total dari ketiganya sekitar Rp46,8 triliun," ujarnya ketika dikonfirmasi Bisnis, Jumat (26/11/2021).

Sektor pembiayaan yang terdiri dari sektor multifinance swasta, lembaga keuangan khusus, dan lembaga pembiayaan diproyeksi bakal bangkit jelang akhir periode 2021.

Namun, menilik realisasinya yang masih terbilang sepi hingga kuartal III/2021, proyeksi tersebut kembali digeser buat periode 2022. Pasalnya, para pelaku usaha pembiayaan memang hanya bisa mengandalkan sumber pendanaan dari dua hal, yaitu pinjaman perbankan dan pasar modal lewat penerbitan surat utang.

Menurutnya, pendanaan lewat pasar modal dari ketiga sektor ini memang terbilang masih belum menjadi prioritas, selain karena lonjakan kasus Covid-19 Jilid II, juga karena fasilitas pendanaan dari perbankan sedang melimpah sekaligus memiliki biaya dana atau cost of fund murah.

"Pertimbangan ini membuat para penerbit itu terbagi, sebagian memilih tetap diverifikasi [pendanaan] lewat pasar modal, tetapi ada yang memilih menunda dulu dan fokus dari bank loan," katanya.

Sebagai gambaran, penerbitan surat utang sepanjang 2019 dari multifinance mencapai Rp26,42 triliun, lembaga keuangan khusus Rp31,37 triliun, sementara lembaga pembiayaan Rp6,79 triliun.

Sementara itu, sepanjang 2020, multifinance hanya menerbitkan Rp14,35 triliun karena minimnya kredit otomotif. Lembaga keuangan khusus pun turun ke Rp12,28 triliun karena Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di sektor ini juga terdampak pandemi.

Sebaliknya, lembaga pembiayaan naik ke Rp9,93 triliun karena pemain di sektor ini, seperti PNM dan Pegadaian justru mendapat berkah di era pandemi.

Terkini, yaitu sampai kuartal III/2021, realisasi penerbitan surat utang dari multifinance Rp14,2 triliun, lembaga keuangan khusus Rp3,3 triliun, sementara lembaga pembiayaan Rp9,1 triliun.

Nominal tersebut masih di bawah nilai surat utang yang jatuh tempo pada 2021 ini, di mana multifinance mencapai Rp21,69 triliun, lembaga keuangan khusus Rp20,47 triliun, sementara lembaga pembiayaan Rp10,72 triliun.

Adapun, beberapa perusahaan multifinance yang sebelumnya rajin menerbitkan surat utang pun mengakui baru akan memeriahkan penerbitan surat utang korporasi di Tanah Air mulai awal periode 2022.

Sebagai contoh, PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk. (Adira Finance/ADMF) pada tahun ini hanya sekali menggelar penerbitan pada kisaran awal semester II/2021, yaitu Obligasi Berkelanjutan V Adira Finance Tahap II Tahun 2021 senilai Rp1,3 triliun dan Sukuk Mudharabah Berkelanjutan IV Adira Finance Tahap II Tahun 2021 senilai Rp200 miliar.

Pasalnya, anak usaha PT Bank Danamon Tbk. (BDMN) ini lebih memilih melakukan operasional pembiayaan sepanjang 2020 lewat pembiayaan dari kas sendiri dan joint financing dengan induk usaha. Terbukti, pinjaman eksternal ADMF dari surat utang dan pinjaman bank dalam negeri dan luar negeri masih menciut 42,1 persen secara tahunan menjadi Rp11,9 triliun saja di September 2021.

"Kalau pembiayaan mulai tumbuh, Adira Finance pasti masuk ke pasar modal lagi tahun depan. Apalagi, tiap tahun kita biasanya [menerbitkan surat utang] dua-tiga kali, ya, tahun ini saja yang cuma sekali," ungkap Direktur Keuangan Adira Finance I Dewa Made Susila.

Mirip, PT Indomobil Finance Indonesia (IMFI) baru saja merilis Obligasi Berkelanjutan IV Indomobil Finance Tahap II Tahun 2021 dengan pokok senilai Rp1,92 triliun. Sebelumnya, realisasi Tahap I hanya senilai Rp336 miliar pada 2020.

Dana dari hasil penawaran umum ini akan dipergunakan seluruhnya oleh perseroan untuk modal kerja pembiayaan kendaraan bermotor dan alat berat sampai tahun depan.

Vice Chairman of Executive Board PT Indomobil Finance Indonesia Gunawan Effendi sebelumnya mengungkap bagi multifinance bukan anak usaha perbankan langsung seperti pihaknya, tren pendanaan pada tahun ini memang lebih condong kepada modal kerja dan pinjaman sindikasi.

Obligasi baru dilirik pada akhir tahun, karena pihak perbankan sedang 'banting harga' dalam penyaluran kredit. Buktinya, Indomobil Finance mendapatkan pinjaman sindikasi mencapai US$270 juta dari 12 bank luar negeri maupun dalam negeri pada medio 2021.

Sementara itu, PT Mandala Multifinance Tbk (MFIN) memilih menerbitkan Obligasi Berkelanjutan IV Mandala Multifinance Tahap IV Tahun 2021 senilai Rp650 miliar karena baru mendapatkan berkah pemulihan kinerja sepanjang 2021 sehingga cukup untuk mempertebal modal pada 2022.

Sekadar informasi, MFIN pada tahun ini telah merealisasikan pembiayaan baru Rp4 triliun dari target Rp5,1 triliun. Apabila tercapai, maka kinerja ini tercatat jauh lebih baik ketimbang capaian 2020 di Rp2,89 triliun; bahkan melampaui capaian 2019 dengan Rp4,92 triliun.

"Inilah mengapa kami sudah bersiap dari sisi pendanaan, lewat menuntaskan PUB [penawaran umum berkelanjutan] obligasi IV tahap IV senilai Rp650 miliar pada kuartal IV/2021 ini," jelasnya.

Sebagai informasi, melalui PUB IV, perusahaan menargetkan penghimpunan dana Rp1,5 triliun. Telah terealisasi di Tahap I senilai Rp150 miliar dan Tahap II senilai Rp315 miliar pada 2020, dan Tahap III senilai Rp300 miliar pada pertengahan 2021 lalu.

Masa penawaran obligasi ini berlangsung sampai 29 November 2021. Rencana penggunaanya sebanyak Rp300 miliar akan digunakan untuk melunasi pokok tidak termasuk bunga dari Obligasi IV Tahap II 2020 Seri A yang akan jatuh tempo pada 14 Desember 2021, sementara sisanya senilai Rp350 miliar akan dipergunakan untuk modal kerja, khususnya pembiayaan multiguna. 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Duwi Setiya Ariyant*

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.