Presiden Pertama Iran Abolhassan Banisadr Meninggal di Paris

Abolhassan Banisadr, presiden pertama Iran, meninggal dunia di Paris, Prancis, pada usia 88 tahun setelah berjuang ,melawan penyakit.

M. Syahran W. Lubis

10 Okt 2021 - 03.21
A-
A+
Presiden Pertama Iran Abolhassan Banisadr Meninggal di Paris

Foto arsip ketika Abolhassan Banisadr (kanan) sebagai Presiden pertama Iran bersama pemimpin tertinggi Iran pertama Khomeini./Wikimedia

Bisnis, JAKARTA – Abolhassan Banisadr, yang menjadi presiden pertama Iran setelah revolusi 1979 di negara itu, meninggal dunia di Paris, Prancis, tempat dia tinggal selama beberapa dekade setelah melarikan diri dari negaranya.

Sebuah pernyataan oleh situsnya dan laporan oleh media Iran pada Sabtu (9/10/2021) malam WIB yang dikutip Al Jazeera, mengatakan pria berusia 88 tahun itu meninggal "setelah lama berjuang melawan penyakit" di rumah sakit Salpêtrière di Paris.

Banisadr lahir pada 1933 di Provinsi Hamedan di Iran barat. Ayahnya seorang pemimpin agama terkenal dan teman Ruhollah Khomeini, yang memimpin revolusi Islam melawan Mohammad Reza Pahlavi, shah (raja) terakhir Iran.

Banisadr, yang menyelesaikan studinya di Eropa, adalah seorang juru kampanye melawan pemerintahan dinasti shah. Dia menjadi orang kepercayaan dan sekutu dekat Khomeini, yang dijamunya saat Khomeini berada di Paris sebelum menjadi pemimpin tertinggi pertama Iran.

PRESIDEN TERPILIH PERTAMA

Beberapa bulan setelah revolusi, Banisadr menjadi presiden terpilih pertama dalam sejarah Iran, mengumpulkan mayoritas suara publik yang kuat untuk memerintah selama 4 tahun. Dia juga ditunjuk sebagai penjabat panglima tertinggi oleh pemimpin tertinggi Khomeini.

Banisadr menonjol dengan kumisnya dan setelan gaya Barat di antara jubah hitam dan sorban yang disukai para pemimpin agama revolusi Iran lainnya. Namun, mereka berbagi keyakinan yang sama di negara Islam Syiah untuk menggantikan monarki.

Namun, dua peristiwa besar di luar kendalinya sangat memengaruhi kemampuan Banisadr untuk memperkuat posisinya: pengambilalihan kedutaan Amerika Serikat di Teheran dan krisis penyanderaan yang terjadi serta invasi Iran oleh negara tetangga Irak yang dipimpin Saddam Hussein dengan dukungan dari pemerintah asing.

Dengan latar belakang yang kacau ini, Banisadr segera bentrok dengan faksi-faksi di dalam pemerintahan karena sejumlah masalah, termasuk penunjukan kabinet dan visi pemerintahan.

MELARIKAN DIRI KE PRANCIS

Perselisihan yang semakin intensif pada akhirnya berarti masa kepresidenannya hanya berjalan sedikit lebih dari setahun ketika parlemen Islam yang baru dibentuk memakzulkannya pada Juni 1981 dengan dukungan Khomeini.

Setelah tinggal bersembunyi selama beberapa waktu, dia diselundupkan ke luar negeri dengan pesawat terbang, beberapa pekan setelah pemakzulannya.

Dia membentuk aliansi dengan Masoud Rajavi, pemimpin Mojahedin-e-Khalq (MEK) saat itu. Mereka mencari perlindungan di Prancis dan mendirikan Dewan Nasional Perlawanan Iran.

Akan tetapi, Banisadr lantas segera berselisih dengan Rajavi yang menuduhnya mendukung ideologi yang menunjukkan kecenderungan kekerasan dan kediktatoran.

Selain itu, dia menentang fakta bahwa MEK membuat kamp di Irak dengan dukungan Saddam Hussein dan melakukan serangan bersenjata di tanah Iran, yang akhirnya upaya itu dikalahkan.

Banisadr menghabiskan dekade berikutnya sampai kematiannya dengan bermukim di Prancis dengan perlindungan polisi. Dia tetap menentang para pemimpin Iran dan menerbitkan majalah dan banyak buku.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Syahran Lubis

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.