Profil Bank Yama Punya Tutut Musabab Negara Utang ke Jusuf Hamka

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut pailitnya Bank Yama sebagai salah satu obligor BLBI menjadi penyebab negara bisa berutang kepada pengusaha jalan tol Jusuf Hamka. Sebenarnya apa itu Bank Yama, masihkah beroperasi?

Rinaldi Azka

13 Jun 2023 - 14.29
A-
A+
Profil Bank Yama Punya Tutut Musabab Negara Utang ke Jusuf Hamka

Ternyata Bank Yama milik Tutut Soeharto menjadi akar masalah mengapa negara berutang kepada Jusuf Hamka hingga Rp800 Miliar./Istimewa

Bisnis, JAKARTA - Langkah pengusaha jalan tol Jusuf Hamka menagih utang deposito hingga Rp800 miliar atas nama perusahaannya, PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk. (CMNP) di Bank Yama kepada negara menjadi sorotan publik. Perhatikan profil Bank Yama yang ternyata milik Siti Hardijanti Rukmana alias Tutut Soeharto. 

Sebelumnya, Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati pun sempat menyebut nama Siti Hardijanti Rukmana dan Bank Yama. Sri Mulyani mengaku tak bisa langsung membayar utang ke Jusuf Hamka lantaran Bank Yama merupakan salah satu obligor yang menerima Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI).

"Saat ini, Satgas BLBI juga tercatat masih memiliki target penagihan jumbo kepada para obligor BLBI, termasuk pihak-pihak yang terafiliasi dengan Bank Yama milik Siti Hardijanti Rukmana [Tutut Soeharto]," ujarnya saat ditemui awak media di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (12/6/2023). 

Baca Juga : Menakar Cuan Bank Asal Negeri Tirai Bambu di Awal Tahun

Profil Bank Yama

Bisnis mencoba menelusuri informasi terkait Bank Yama milik Tutut Soeharto. Sayangnya, tidak diketahui pasti kapan berdirinya Bank Yama atau yang juga dikenal dengan nama Bank Yakin Makmur. 

Namun, melansir dari Richard Borsuk dan Nancy Chng dalam Liem Sioe Liong dan Salim Group (2016) dilaporkan pada masa Orde Baru, Bank Yama mengalami perkembangan yang dinamis sebelum mengalami masalah yang serius pada 1995. 

Bank Indonesia pada waktu itu memberikan sinyal adanya masalah di Bank Yama dan menyatakan bank tersebut memerlukan bantuan teknis dan manajemen dari bank lain. 

Namun, tidak diungkapkan secara jelas apa masalah yang sedang dihadapi oleh Bank Yama pada saat itu. 

Setelah Soeharto lengser dari kekuasaan, terungkap bahwa Bank Yama telah memberikan pinjaman besar kepada stasiun TV Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) yang juga dimiliki oleh Tutut Soeharto.

Bank Yama juga memberikan pinjaman besar sebuah perusahaan petrokimia yang melibatkan Bambang Trihatmodjo. Namun, tidak diungkapkan jumlah pasti dari pinjaman tersebut.

Usai terjadi peminjaman tersebut, Bank Yama mengalami masalah yang serius. Bank Indonesia kemudian menunjuk Bank Negara Indonesia (BNI) untuk membantu memperbaiki manajemen dan operasional Bank Yama. Namun, upaya ini tidak berhasil dan Bank Yama terus menghadapi masalah.

Pada Mei 1997, Sudono Salim, seorang pengusaha kaya di Indonesia yang memiliki Indofood dan Bank Central Asia (BCA), diminta turun tangan dalam rangka menstabilkan Bank Yama yang dimiliki oleh Keluarga Cendana (keluarga Soeharto).

Permintaan ini diduga dilakukan agar Tutut Soeharto, dapat menghindari tindakan tegas dari bank sentral terhadap Bank Yama. Tutut kemudian meminta bantuan BCA membantu Bank Yama.

Baca Juga : Pencadangan Himbara di Tengah Sorotan Utang Jumbo BUMN Karya

BCA, yang saat itu dimiliki oleh Sudono Salim dan Tutut dengan porsi 30 persen saham, memberikan dana penyelamatan kepada Bank Yama untuk mencegah bank tersebut ditutup oleh BI. 

Bahkan, kala itu BCA sempat mengambil alih 25 persen saham Bank Yama. Padahal, BCA sendiri sedang menghadapi masalah keuangan yang serius.

Awalnya, upaya penyelamatan yang dilakukan oleh Salim berhasil karena tidak terjadi penarikan dana yang besar oleh nasabah Bank Yama selama masa krisis. 

Akan tetapi, seiring berjalannya waktu dan memburuknya krisis, upaya tersebut tidak berhasil. Dana yang disuntikkan oleh emiten berkode BBCA ini seolah hanya guna menutupi kekurangan-kekurangan yang ada di Bank Yama.

Baca Juga : Cuan BABP Jelang Merger dengan Bank Milik James Riady

Bank Yama Ditutup

Berdasarkan Kota dan Jejak Aktivitas Peradaban (2019), krisis ekonomi yang menghebat tentu saja sangat berpengaruh pada kondisi keuangan dan perbankan Indonesia. 

Gejala terjadinya krisis ekonomi 1998 sudah mulai dirasakan oleh perbankan Indonesia sejak awal 1997, yaitu dengan  mula macetnya kredit yang telah dikuncurkan oleh perbankan yang jumlahnya tidak sedikit.

Dengan kondisi perekonomian yang makin berat, membuat semua bank di Indonesia mulai berbenah. Kalangan swasta bahkan mendorong agar bank-bank swasta mengikuti jejak pemerintah untuk saling bergabung antar bank. 

Pendiri Grup Salim Sudono Salim alias Liem Sioe Liong./Istimewa

Salah satu tokoh bisnis yang saat itu mengusulkan agar bank swasta yang kurang sehat untuk segera merger adalah Sudikatmoni, pemilik Bank Surya dan Bank Subentra.

Kala itu, Indonesi menghadapi peralihan kepemimpinan nasional, dimana BJ Habibie lengser kemudian digantikan oleh Abdurahman Wahid. Kondisi itu membuat pemerintah pada 13 Maret 1999 memutuskan untuk menutup 38 bank swasta nasional yang dianggap berkinerja buruk

Adapun, Bank Yama (Yakin Makmur) milik Tutut menjadi satu dari 17 bank kategori C yang ditutup oleh pemerintah. 

Jadi, tak heran apabila Bank Yama terdengar asing di telinga masyarakat masa kini. Alasannya, Bank Yama sudah tutup sejak lebih dari 20 tahun silam karena terdampak likuidasi imbas krisis moneter 1997/1998. (Arlina Laras)

 Baca Juga : Adu Siasat Bank Jumbo Raup Pendapatan Berbasis Komisi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Rinaldi Azka

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.