Prospek Cerah Penjualan Reksa Dana Melalui Agen Digital

Sejumlah manajer investasi aktif mencari peluang kerja sama dengan sejumlah APERD untuk mendongkrakn penjualan reksa dana hingga akhir tahun.

Lorenzo Anugrah Mahardhika & Pandu Gumilar

29 Sep 2021 - 18.06
A-
A+
Prospek Cerah Penjualan Reksa Dana Melalui Agen Digital

ILUSTRASI REKSA DANA. Bisnis - Himawan L Nugraha

Bisnis, JAKARTA - Perkembangan teknologi digital begitu pesat di era pandemi Covid-19. Hal itu pun dimanfaatkan oleh manajer investasi untuk meningkatkan penjualan reksa dana. 

Penjualan reksa dana melalui Agen Penjual Reksa Dana atau APERD pun berpotensi terus meningkat. Hal itu diungkapkan oleh Direktur Utama Pinnacle Persada Investama, Guntur Putra, yang menyebut penjualan reksa dana Pinnacle melalui APERD menunjukkan tren pertumbuhan meski jumlahnya belum signifikan.

Ia menjabarkan kontribusi penjualan reksa dana milik Pinnacle dari APERD pada tahun lalu berada di bawah 20% dibandingkan penjualan konvensional. Pada tahun ini, jumlah penjualan reksa dana melalui APERD pun berkisar di level yang sama.

Sedangkan penjualan reksa dana secara konvensional diproyeksi menembus angka 80% pada tahun ini. “Sementara kalau dari sisi jumlah investor mungkin kontribusinya masih low double digit. Dari sisi dana kelolaan masih dibawah 10 persen dan ini total kumulatif dari semua APERD,” katanya saat dihubungi pada Rabu (29/0/2021).

Meski begitu, Guntur yakin minat investor untuk membeli reksa dana dari APERD masih cukup positif. Ia meyakini kontribusi penjualan APERD akan terus tumbuh dari tahun ke tahun seiring dengan era digital yang semakin mempermudah transaksi pembelian reksa dana.

Hingga akhir September 2021, Pinnacle telah menjalin kerja sama dengan 3 mitra APERD digital terbaru, yakni Motion Trade milik MNC, Smard, dan Pluang. Dengan demikian, Pinnacle telah bekerja sama dengan 12 mitra APERD digital.

Secara rinci, mitra APERD Pinncale terdiri dari IPOT, Bareksa, Ajaib, Bibit, Tanamduit, Moduit, Motion Trade milik MNC, MaxFund milik Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Trima milik Trimegah Sekuritas, Kelola, dan Smard.

Tak cukup sampai di situ, Pinnacle pun berencana terus menambah mitra APERD. “Ada beberapa calon mitra APERD digital yang masih kami review dan kaji untuk potensi ditambahkan menjadi mitra kami sampai akhir tahun ini,” katanya.

 

 

Tak hanya Pinnacle, UOB Asset Management juga memilih APERD untuk mengoptimalkan penjualan produk reksa dananya. Chief Investment Officer UOB Asset Management Indonesia Albert Z Budiman beralasan strategi itu dijalankan perusahaan untuk bisa memberikan akses lebih mudah bagi investor dan memiliki program edukasi yang baik melalui digitalisasi.

Adapun UOB Asset Management telah bekerja sama dengan 5 APERD digital yang memiliki proposisi yang unik dengan kelebihan masing – masing. "[Kami] sedang dalam proses untuk membangun kerja sama dengan beberapa APERD digital lainnya,” katanya kepada Bisnis, dikutip Minggu (29/8/2021).

Albert optimistis strategi tersebut juga dapat mendukung pertumbuhan jumlah investor. Sekaligus, mendorong inklusi dan literasi bagi masyarakat Indonesia. Dia menilai bahwa digitalisasi akses pada instrumen investasi merupakan pendukung utama dari jumlah pertumbuhan investor reksa dana.

Adapun data dari KSEI per Maret 2021 menunjukan pertumbuhan single investor identification (SID) yang pesat pada distributor fintek.  Pertumbuhan SID dapat mencapai 164 persen year-on-year (yoy) dalam setahun terakhir.

Jumlah itu lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan SID pada Selling Agent Non-Bank yang tumbuh 97 persen dan Selling Agent Bank yang tumbuh 17 persen yoy.  “Kami melihat bahwa dalam empat tahun terakhir, pertumbuhan paling besar terlihat dalam reksa dana pasar uang. AUM reksa dana pasar uang memiliki tumbuh sebesar 35 persen per tahunnya,” katanya beberapa waktu lalu.

E-Commerce & E-Wallet Ikut Terlibat

Di sisi lain, potensi kenaikan penjualan reksa dana melalui APERD juga ditopang oleh platform e-commerce dan e-wallet sebagai gerai penjualan reksa dana. Setidaknya ada dua platform e-commerce dan dua e-wallet yang bekerja sama dengan APERD untuk penjualan reksa dana.

Bukalapak melalui BukaReksa, Tokopedia melalui Tokopedia Reksa Dana, dan OVO melalui fitur Invest menjadi perpanjangan tangan PT Bareksa Portal Investasi (Bareksa). Sedangkan LinkAja digandeng oleh PT Bibit Tumbuh Bersama (Bibit).

Produk yang tersedia di platform-platform tersebut juga beragam. BukaReksa menawarkan 28 produk reksa dana dari berbagai manajer investasi, terdiri atas 11 produk reksa dana saham, 7 reksa dana pendapatan tetap, 5 reksa dana campuran, dan 5 reksa dana pasar uang.

Tokopedia khusus menyediakan 2 produk reksa dana pasar uang. Sedangkan OVO menawarkan produk pasar uang yang diterbitkan khusus untuk platform tersebut.

Adapun fitur Investasi di aplikasi LinkAja terhubung langsung dengan Bibit. Sedangkan platform pembayaran digital, OVO dan LinkAja, juga menjadi pilihan alat pembayaran untuk masing-masing platform, OVO untuk Bareksa dan LinkAja untuk Bibit.

 

 

 

OVO

 

Co Founder & CEO Bareksa Karaniya Dharmasaputra mengatakan sejak awal merintis Bareksa, dirinya telah memikirkan terobosan baru agar reksa dana yang sebelumnya dianggap eksklusif dapat menjadi produk investasi yang mudah dijangkau oleh masyarakat. Maka dari itu, sejak mengantongi izin Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai APERD daring pada 2016 silam, dirinya merancang berbagai skema integrasi dengan platform lain termasuk dengan e-commerce.

“Saya sama Zaky [Founder Bukalapak] dan William [Founder Tokopedia] waktu itu kita kerja sama dengan MI [manajer investasi] bikin reksa dana yang bisa dibeli dengan Rp10.000, seharga beli gorengan,” tuturnya kepada Bisnis, Senin (22/2/2021).

Karaniya menilai upaya tersebut berhasil dengan semakin banyaknya nasabah baru yang terjaring oleh Bareksa dari tahun ke tahun. Termasuk melalui gerbang e-commerce. Namun dia enggan mengungkapkan angka pastinya.

“Kontribusinya sangat besar ya, posisinya e-commerce dan e-money itu sebagai gerai kalau berdasarkan klasifikasi OJK. Sejauh ini saya tidak bisa sebut tapi kontribusinya baik sekali,” imbuhnya.

Sukses dengan e-commerce, Bareksa kemudian mulai merambah ke platform lain seperti e-wallet. Awal tahun ini, Bareksa menggandeng platform pembayaran digital OVO untuk menjadi gerai penjualan reksa dana dengan menyediakan fitur Invest di aplikasi OVO.

Dia menilai kehadiran e-commerce dan e-wallet sebagai gerai penjualan reksa dana mendorong pertumbuhan ekosistem reksa dana dengan pesat. Pasalnya, kedua platform tersebut memiliki basis pengguna yang besar.

“Jadi saling melengkapi ekosistem. Dari e-commerce itu jumlah nasabahnya besar, cukup besar sekali, tapi betul-betul ritel, nasabah pemula. Tapi dari ticket size yang kecil ini lama-lama menjadi besar, yang sudah mulai serius biasanya masuk lewat Bareksa langsung,” ujarnya lagi.

Karaniya mengatakan kini Bareksa memiliki layanan Bareksa Platinum untuk mengakomodasi nasabah-nasabah dengan nilai investasi besar. Pun, rata-rata dana kelolaan Bareksa Platinum saat ini ada di kisaran Rp400 juta. T

Bareksa juga tengah menjajaki kerja sama dengan sejumlah pihak pada tahun ini, termasuk beberapa platform pembayaran digital lain serta bank skala menengah sebagai penambahan gerai penjualan reksa dana. “Mereka mau masuk juga di reksa dana jadi kami sediakan produk dan platform, mereka sebagai gerai. Memang bank dan fintech itu harus kolaborasi, bukan bermusuhan. Soon akan launching,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Febrina Ratna Iskana

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.