Prospek Ekspansi Bisnis Startup ke Perdesaan

Ekonomi digital Indonesia akan ditopang oleh konsumen di wilayah tingkat (tier) kedua dan ketiga atau areal perdesaan dalam lima tahun ke depan. Sejalan dengan taksasi tersebut, startup dari vertikal dagang-el, finansial, kesehatan, dan pendidikan diprediksi makin ekspansif ke wilayah perdesaan.

7 Mei 2021 - 01.39
A-
A+
Prospek Ekspansi Bisnis Startup ke Perdesaan

Ilustrasi startup/

Bisnis, JAKARTA — Ekspansi usaha startup pada tahun ini diproyeksikan makin gencar dilakukan dengan menyasar wilayah perdesaan, yang memiliki potensi besar sebagai pendongkrak jumlah pengguna serta pendapatan perusahaan rintisan pada masa depan.

Berdasarkan riset yang dilakukan Alpha JWC Ventures dan Kearney bertajuk Unlocking Next Wave of Digital Growth: Beyond Metropolitan Indonesia, ekonomi digital Indonesia akan ditopang oleh konsumen di wilayah tingkat (tier) kedua dan ketiga atau areal perdesaan dalam lima tahun ke depan.

Sejalan dengan taksasi tersebut, startup dari vertikal dagang-el, pembayaran digital, pinjaman daring, kesehatan, pendidikan, serta berbagi tumpangan diprediksi makin ekspansif ke wilayah perdesaan.

Ketua Umum Asosiasi Startup Teknologi Indonesia (Atsindo) Handito Joewono mengatakan ekspansi bisnis startup ke wilayah tier kedua dan ketiga perlu dilakukan sesegera mungkin, dengan tetap memperhatikan kesiapan konsumen.

“Penetrasi ke masyarakat perdesaan merupakan kombinasi dari kekuatan startup melakukan penetrasi dan tergantung karakteristik masyarakat desanya. Kalau desanya banyak orang maka akan cepat jalan ke tier dua atau tiga,” katanya saat dihubungi, belum lama ini.

 

Riset Alpha JWC Ventures dan Kearney juga mencatat lebih dari 83% konsumen di wilayah tier kedua dan ketiga merupakan laggards atau masyarakat yang berhati-hati dalam menggunakan teknologi maupun layanan berbasis digital.

Handito mengatakan saat ini laggards merupakan tantangan bagi startup yang hendak berekspansi ke wilayah perdesaan. Sebab, kehadiran startup di wilayah tier kedua dan ketiga sekaligus berperan sebagai katalisator untuk mengakselerasi ekonomi digital secara merata.

Lebih lanjut, dia mengatakan meskipun perusahaan rintisan yang melakukan ekspansi pasar ke area luar Jakarta mulai mewabah, hingga saat ini belum tampak tanda-tanda munculnya kota penghasil startup baru di luar Ibu Kota.

Sebab, ekosistem pendukung di luar Jakarta belum merata sehingga perlu ada stimulus bagi startup untuk melakukan ekspansi ke perdesaan.

“Ekosistem startup yang matang sebenarnya diperlukan di berbagai daerah agar dapat turut berpartisipasi dalam perkembangan ekonomi digital di daerahnya. Sebab, startup dan ekosistem adalah kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Artinya, kalau ekosistem tidak ada, maka startup sulit bertumbuh bahkan sulit muncul pemain baru,” ujarnya

Sekadar catatan, Data Masyarakat Industri Kreatif Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia (MIKTI) pada 2019 menunjukan, 52,7% dari 992 total startup Indonesia berbasis di Jabodetabek. Adapun, sebanyak 168 tersebar di Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan, Sulawesi, dan Sumatra.

 

FUNDAMENTAL HULU

Ketua Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia (Amvesindo) Jefri R.Sirait menilai saat ini penting bagi para pemain startup untuk membangun fundamental hulu. Hal ini dikarenakan perdesaan makin prospektif sebagai pasar besar untuk dipenuhi kebutuhannya.

“Saat ini pastikan fundamental startup juga kuat di upstream [industri hulu] karena sourcing yang harus dikelola di hulu harus memiliki keseimbangan. Fundamental hulu itu ada dalam teknologi yang terkait ke produksi mereka,” katanya.

Menurut Jefri, memperkuat fundamental startup dapat dilakukan dengan melakukan perbaikan di proses, modernisasi mesin dan infrastruktur pendukung, standarisasi dalam penilaian, hingga aksesibilitas lain selain jalan, gudang, dan lainnya.

“Saya yakin pengelolaan di upstream yang intensif tentu akan memperbaiki ekosistem startup ke depan dan memang ini yang harus digiatkan saat ini. Contoh lain, dalam pertanian kebutuhan benih dan pupuk juga fundamental,” katanya.

Dia mengatakan periode 2021 merupakan titik awal untuk berlari di mana pemerintah mempersiapkan infrastruktur, regulasi, dan sumber daya manusia digital. Adapun, perusahaan rintisan mampu untuk berkontribusi dengan membangun hulu dan memperkuat ekosistem pasar.

“Ini yang bisa memperkuat lokapasar Indonesia kokoh dari hulu. Bahkan, bila bahas perkotaan itu lebih ke pasar, sedangkan perdesaan ada sumber yang perlu dikembangkan sebagai sentra industri,” kata Jefri.

Dari sisi pelaku startup, Tokopedia mengemukakan telah memiliki strategi khusus untuk mengakselerasi layanan perusahaan ke wilayah tier kedua dan ketiga.

Ekhel Chandra Wijaya, External Communications Senior Lead Tokopedia, mengatakan saat ini perusahaan telah menjangkau lebih dari 100 juta pengguna aktif bulanan yang tersebar di 99% kecamatan di Indonesia. 

Agar tetap relevan dengan kebutuhan pengguna sekaligus mendorong tumbuh kembang usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di berbagai daerah, Tokopedia menghadirkan strategi hyperlocal.

“Salah satunya wujud inisiatifnya adalah Kumpulan Toko Pilihan (KTP) yang bertujuan mempermudah masyarakat mendapatkan beragam produk dari penjual setempat sekaligus membantu penjual di berbagai daerah, seperti Medan, Palembang, Bandung, Semarang, Surabaya, Malang dan Makassar,” katanya.

Dia mengatakan hingga saat ini program tersebut berhasil membantu meningkatkan jumlah pembeli baru di kota-kota tersebut hingga 11 kali lipat.

Selain itu, strategi yang digunakan perusahaan adalah melalui kolaborasi bersama pemerintah daerah. Dalam kaitan itu, Tokopedia konsisten mendorong belanja masyarakat dan mengakselerasi adopsi platform digital bagi sebanyak-banyaknya UMKM lokal.

Ekhel mengatakan kolaborasi tersebut adalah melalui kegiatan daring, seperti Jatim Fair dan Festival Produk Lokal Kota Batu. Digitalisasi pasar tradisional juga merupakan salah satu wujud inisiatif hyperlocal Tokopedia

"Contohnya, Pasar Cikurubuk Online yang berhasil mencatat kenaikan jumlah pesanan hingga empat kali lipat dan Pasar Sehat Sabilulungan Cicalengka yang juga berhasil mencatatkan peningkatan jumlah pesanan hingga lebih dari dua kali lipat selama kuartal I/2021,” tuturnya.

Di sisi lain, dia melanjutkan perusahaan menyadari berbagai tantangan yang harus dihadapi oleh banyak pegiat usaha lokal dalam mengadopsi platform digital. Sebab, wilayah perdesaan memiliki potensi gemilang untuk digarap perusahaan.

“Untuk itu, kami terus memberikan pendampingan dan edukasi, misal dalam bentuk webinar, serta mengadakan community gathering melalui media sosial, yang bisa menjadi wadah bagi para penjual untuk saling bertukar informasi," katanya.

Dia berharap seluruh pihak lebih gencar berkolaborasi dalam membantu pegiat usaha di Indonesia, khususnya UMKM. Mengingat peran signifikan mereka terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia, yakni sebesar lebih dari 60%. (Akbar Evandio)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.