Bisnis, JAKARTA— Persaingan di industri bank digital yang kian masif diramal akan menghasilkan segelintir bank saja yang dapat memimpin pasar, sedangkan sisanya bakal tertinggal. Lantas, apakah sentimen tersebut dapat menghambat prospek saham bank digital mendatang?.
Sebagai gambaran, saham bank digital dinilai memiliki risiko yang besar karena tidak didukung dengan fundamental atau dengan laba yang besar. Belum lagi, sektor digital terbilang masih dalam momentum yang kurang menguntungkan, karena berada dalam bayang-bayang pengetatan moneter global.
Misalnya saja, saham bank digital PT Bank Jago Tbk. (ARTO) sudah mengalami pelemahan 43,44 persen sejak awal tahun. Meskipun pada perdagangan Jumat (3/6/2022), emiten bank digital milik Jerry Ng tersebut tersebut bergerak ke zona hijau dengan kenaikan harga saham sebesar 0,56 persen pada level 9.000.
Sementara saham bank digital lainnya, PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB) bergerak di zona merah dengan pelemahan harga saham hingga 6,16 persen ke level 1295. Selama satu tahun berjalan, emiten bank digital afiliasi dengan Alibaba tersebut telah mengalami pelemahan harga saham hingga 50,76 persen secara year to date (YtD).