Bisnis, JAKARTA—Segmen nikel emiten tambang pelat merah PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) mengalami penurunan sampai dengan kuartal III/2022. Sektor nikel juga sempat melesu di tengah sentimen keputusan pemerintah untuk memberlakukan larangan ekspor bijih nikel, sehingga dapat menekan margin emiten.
Kondisi tersebut besar kemungkinan akan berdampak pada pergerakan saham emiten. Tidak heran, sejumlah analis menurunkan ratingnya berkaitan dengan outlook industri nikel pada 2023 yang masih di bayang-bayang ancaman resesi.
Analis Mirae Asset Sekuritas Juan Harahap dan Rizkia Darmawan menyebutkan, berdasarkan studi resesi di Amerika Serikat (AS) pada tahun 1990, 2001, 2008, dan 2020, harga nikel turun setiap kali resesi, berkisar antara 7,4 persen sampai 67,4 persen dengan rata-rata 32,5 persen. Sementara penurunan terbesar terjadi selama resisi tahun 2008.
“Perhatian utama kami untuk 2023 terletak pada potensi perlambatan permintaan pertumbuhan global yang lebih besar dari perkiraan di tengah kenaikan inflasi, terutama dari harga energi, yang dapat mengurangi permintaan nikel dari baja tahan karat,” paparnya dalam riset, dikutip Kamis (1/12/2022).