Bisnis, JAKARTA – Produsen masker PT Teknomedika Manufaktur Indonesia merasakan dampak turunnya permintaan masker N95 seiring meredanya pandemi Covid-19.
Direktur Utama Teknomedika Manufaktur Indonesia Ketut Bagus Priambada Putra mengungkapkan bahwa permintaan masker N95 mengalami penurunan yang signifikan.
“Demand-nya sangat-sangat anjlok. Ya mungkin sekitar 60 persen,” kata Bagus kepada Bisnis pada Jumat (24/2/2023).
Lebih lanjut, Bagus menjelaskan, turunnya permintaan masker N95 ini lantaran penggunaan masker dengan perlindungan tinggi di masyarakat sudah sangat berkurang.
“Karena mereka tidak melihat ini sebagai hal yang dibutuhkan dalam kegiatan sehari-hari, dan lebih memilih memakai masker yang perlindungan yang rendah,” imbuhnya.
Menurut Bagus, setelah virus Covid-19 tak lagi menjadi berita utama di berbagai pemberitaan, anggapan masyarakat tentang bahaya yang mengintai akibat virus ini pun semakin berkurang. Dengan demikian, masker yang memiliki perlindungan tinggi sudah tak lagi diminati.
Baca juga: Menelisik Penurunan Belanja Pemerintah Saat Pertumbuhan Naik
Penurunan permintaan masker N95, kata Bagus, cukup memengaruhi perusahaan. Hal ini mengingat perusahaan yang didirikan pada 2020 ini hanya memproduksi masker N95 dan pemasaran produknya hanya mengandalkan pasar swasta melalui distributor dan e-commerce.
Namun demikian, kini Teknomedika Manufaktur Indonesia telah berhasil mengantongi izin untuk memasarkan produknya di sektor pemerintahan, seperti untuk kebutuhan Kementerian Kesehatan.
Pengusaha Setop Produksi Masker Kain
Sementara itu, pengusaha mulai menghentikan produksi masker kain akibat turunnya permintaan sejak pandemi Covid-19 di Indonesia mereda.
Baca juga: Intip Nasib Wisma Atlet Setelah Tak Lagi RSDC Disebut Berhantu
“Saya kira sekarang sudah tak ada lagi yang produksi masker kain ya,” kata Sekertaris Jenderal Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Rizal Tanzil Rakhman saat dihubungi Bisnis pada Rabu (22/2/2023).
Dia menuturkan, sejak Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan masyarakat diperbolehkan melepas masker di luar ruangan, permintaan terhadap masker kain langsung mengalami penurunan drastis. “Permintaan juga menurun drastis, sekira tahun pertengahan 2022 ya,” ujarnya.
Rizal bahkan tak bisa lagi menggambarkan berapa persen penurunan permintaan masker kain lantaran kini sudah tak ada lagi permintaan kepada produsen yang saat pandemi lalu meraup cuan dari masker ini. “Ya bisa dikatakan permintaan [sekarang] 0,” tuturnya.
Rizal mengatakan kondisi itu membuat sejumlah produsen merugi karena banyak stok masker kain yang sudah terlanjur diproduksi. Menurutnya, saat ini pengusaha lebih memilih kembali memproduksi produk utama selain masker kain.
“Kan dulu [produsen] yang memproduksi masker kain bukan perusahaan yang memang hanya produksi masker kain saja, tapi dulu punya produk utama lainnya. Masker kain bisa jadi hanya sampingan,” ujarnya. (Widya Islamiati)