Racikan Strategi INDY Menuju Bauran Bisnis yang Berkelanjutan

Untuk melancarkan rencana meraup pendapatan 50 : 50 dari bisnis batu bara dan non-batu bara, PT Indika Energy menegaskan terbuka pada segala opsi, termasuk divestasi tambang PT Kideco Jaya Agung.

Mutiara Nabila

15 Nov 2021 - 19.27
A-
A+
Racikan Strategi INDY Menuju Bauran Bisnis yang Berkelanjutan

Aktivitas pemindahan muatan batu bara dari tongkang ke kapal induk dengan floating crane./indikaenergy.co.id

Bisnis, JAKARTA — PT Indika Energy Tbk. (INDY) mempersiapkan sejumlah strategi untuk mewujudkan rencana bisnis berkelanjutannya, mulai dari pengembangan hilirisasi batu bara hingga divestasi bisnis tertentu.

Pada awal November 2021 lalu, perseroan juga telah menandatangani kesepakatan dengan Air Products Chemical Inc. untuk berinvestasi di proyek pengolahan baru bara menjadi dimethyl ether (DME). Untuk itu, perseroan mempersiapkan anak usahanya yakni PT Kideco Jaya Agung.

CEO Indika Energy Aziz Armand menyebutkan, untuk proyek DME akan paling banyak menelan biaya dari sektor alat beratnya, yang kemudian tercermin ke dalam processing fee-nya.

“Nanti prosesnya akan di tambang Kideco. Logistik paling besarnya adalah ketika kita melakukan kegiatan penambangan. Kemudian, dibawa dari tambang ke fasilitas. Tentu saja akan paling efisien kalau dilakukan di tambang Kideco dari sisi logistic cost,” jelasnya kepada Bisnis, Senin (15/11).

Kemudian setelah ada hasilnya, DME akan dikirim ke pelabuhan dan dibawa kepada end user atau ditampung sebagai cadangan. Ke depan, Aziz menambahkan, jika membutuhkan jenis batu bara lain yang tidak tersedia di Kideco, masih dipelajari lebih lanjut oleh INDY.

“Untuk economy of scale-nya jika membutuhkan batu bara yang lain, contohnya dari tambang lainnya di mana di daerah Kalimantan Timur. Di mana fasilitas tersebut akan dibangun? Hal ini akan menjadi bahan studi supaya mana yang paling masuk hitungannya,” tambahnya.

Sebelumnya, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Bahlil Lahadalia telah melakukan penandatanganan Nota Kesepahaman dengan Air Products and Chemicals, Inc. (APCI) di Dubai.

Investasi megaproyek senilai US$15 miliar atau setara Rp210 triliun tersebut dilakukan dalam bidang industri gasifikasi batu bara dan turunannya, berupa pendirian fasilitas gasifikasi untuk konservasi batu bara bernilai rendah menjadi produk kimia bernilai tambah tinggi seperti methanol, DME, dan bahan kimia lainnya.

Sebagai langkah konkret dari nota kesepahaman dengan Kementerian Investasi/BKPM, Air Products juga langsung menandatangani Nota Kesepahaman dengan BUMN dan perusahaan nasional, salah satunya adalah proyek batu bara menjadi DME dengan PT Indika Energy Tbk.

Selain mempersiapkan Kideco untuk proyek ini, INDY juga membuka opsi untuk divestasi tambang Kideco dalam rangka mencapai rasio pendapatan 50:50 antara batu bara dan non-batu bara.

Aziz mengatakan bahwa INDY membuka semua opsi secara strategis, baik divestasi, kerja sama, kombinasi keduanya, atau bentuk lain.

“Apa pun itu, yang ujungnya menurunkan eksposur terhadap carbon footprint dan pendapatan 50 – 50. Kita terbuka sekali opsi apa saja yang tersedia buat kita, dari sisi kepemilikan kita terhadap aset-aset kita di sektor batu bara,” ujarnya.

Aziz juga mengatakan bahwa KIdeco bisa saja melakukan IPO, apabila peraturannya memungkinkan.  Meskipunh saat ini permintaan batu bara dan kebutuhan pemenuhan batu bara terutama di Asia Pasifik ini masih tinggi, INDY tetap pada pendiriannya untuk melakukan transisi energi.

“Kita tidak bisa melihat saat ini saja berkaitan dengan transisi energi. Pemerintah juga sudah aware dengan mengeluarkan RUPTL baru 2021 sampai 2030 terkait energi terbarukan. Itu semua berkaitan,” kata Aziz.

Selama masa transisi energi diakui memang menjadi masa kritikal. INDY pada akhirnya harus ikut serta, punya kewajiban terkait transisi energi, memperhatikan dari sisi konsolidasi keuangan dan tenaga kerja.

“Tenaga kerja di INDY sendiri juga perlu penyesuaian tertentu. Ini hal yang baru buat kita,” tambahnya.

Kendati demikian, dalam jangka pendek, Aziz mengatakan batu bara itu masih akan memiliki peranan besar pada energi dunia. Namun, dalam konteks transisi energi, diharapkan peranan tersebut akan mengalami penurunan di masa mendatang.

TARGET PRODUKSI

Aziz mengatakan, untuk produksi batu bara, perseroan menargetkan bisa mencapai 37 juga ton hingga akhir tahun ini, naik dari realisasi tahun lalu 33 juta ton. Aziz mengatakan bahwa kenaikannya memang signfikan, meskipun pada tahun lalu harga dan permintaannya belum sekuat sekarang.

“Itu konsolidasi dari tambang PT Kideco Jaya Agung dan PT Multi Tambang Jaya Utama [MUTU]. Jadi waktu kita perencanaan mengajukan RKAB tahun lalu, November, itu memang secara konsolidasi kita proposalnaya 37 juta ton. Tapi saat itu harga November tahun lalu tidak sebaik sekarang, yang disetujui hanya 31,5 juta – 32 juta,” jelasnya.

Namun, di Kideco ke depannya tetap mengikuti proposal awal sebesar 37 juta ton, sehingga produksi akan dilakukan terus.

“Pada saat harga membaik, sempat ada glitch dari permintaan dan produksi. Ada beberapa yang produksinya enggak lancar, kita diberikan kesempatan untuk kembali ke proposal awal di 37 juta ton. Jadi, itu yang kita lakukan,” tambahnya.

Saat ini, dengan kondisi musim hujan kembali datang, Aziz mengatakan pemenuhan produksi masih on track, tetapi cukup menantang. Untuk produksi tahun depan, Aziz mengatakan rencananya belum ada, karena perlu perhitungan matang terutama terkait alat berat yang dimiliki oleh kontraktor.

“Ketika diskusi soal itu kan perlu komitmen tambahan alat kalau memang mau lebih, atau kalau mau mengurangi secepatnya, mereka juga akan mempertanyakan bagaimana alatnya. Hal itu perlu balance dari dua belah pihak, best case-nya tidak akan banyak perubahan yang besar,” ungkapnya.

Sebelumnya, INDY menyebutkan menargetkan produksi batu bara sebesar 35,7 juta ton untuk 2021. Kondisi cuaca yang tidak mendukung di beberapa daerah di Kalimantan akan mempengaruhi produksi batu bara serta logistik.

Sepanjang paruh pertama 2021, INDY mencatatkan produksi konsolidasi sekitar 19,8 juta ton batubara atau setara dengan 53,08 persen dari target produksi 37 juta ton.

Dari total produksi tersebut, Kideco menyumbang produksi 18,2 juta ton batubara atau naik 7,7 persen dibandingkan dengan realisasi produksi pada periode sama tahun lalu yang sebesar 16,9 juta ton.

Sementara itu, MUTU mencatatkan produksi 0,9 juta ton batu bara sisanya atau tumbuh 28,57 persen dibandingkan dengan realisasi produksi MUTU periode sama tahun lalu yang sebesar 0,7 juta ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Emanuel Berkah Caesario

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.