Ritel Kurang Inisiatif, Intervensi Minyak Goreng Tak Efektif

Hingga akhir November 2021, realisasi penyaluran 11 juta liter minyak goreng seharga Rp14.000/liter masih jauh di bawah ekspektasi lantaran perusahaan ritel modern tak kunjung melakukan pemesanan pembelian kepada para produsen yang tergabung dalam GIMNI dan AIMMI.

Iim Fathimah Timorria

30 Nov 2021 - 12.01
A-
A+
Ritel Kurang Inisiatif, Intervensi Minyak Goreng Tak Efektif

Minyak goreng Fortune/bulogmart.bulogjatim.com

Bisnis, JAKARTA — Segala upaya untuk mengurai karut marut anomali harga minyak goreng di dalam negeri masih belum membuahkan hasil optimal. Salah satu penyebabnya adalah ketidaksinkronan arus distribusi dari tingkat produsen hingga ke level ritel modern.

Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) Sahat Sinaga mengutarakan hingga pengujung November 2021, realisasi komitmen penyaluran 11 juta liter minyak goreng kemasan sederhana seharga Rp14.000/liter tidak sesuai harapan.

“Sebelumnya kami perkirakan bisa dipasok dalam 2 bulan [November dan Desember 2021]. Namun, sejauh ini belum sesuai harapan karena komunikasi dengan asosiasi peritel belum lancar,” kata Sahat saat dihubungi Bisnis, Senin (29/11/2021).

(BACA JUGA: 3 Komoditas Pangan Strategis Tersentak Anomali Harga)

Alokasi 11 juta liter minyak goreng subsidi dalam kemasan sederhana dipasok oleh GIMNI dan Asosiasi Industri Minyak Makan Indonesia (AIMMI) dengan volume masing-masing 5,5 juta liter.

Sahat mengatakan penyaluran melalui ritel modern belum bisa terlaksana karena perusahaan ritel belum melakukan pemesanan pembelian.

“Kalau ingin dipasok harus ada purchase order terlebih dahulu. Jadi kami menunggu pemesananan dari gerai-gerai ini dan sampai sekarang baru sebagian,” katanya.

(BACA JUGA: Harga Pangan Terus Terjebak Beban Logistik, Apa Solusinya?)

Akibat rendahnya inisiatif dari peritel modern, Sahat mengatakan sejumlah produsen minyak goreng anggota GIMNI pada akhirnya memutuskan untuk melakukan pemasaran secara mandiri.

Dalam hal ini, penyaluran minyak goreng telah mulai dilakukan di beberapa daerah di Sumatra seperti di Medan, Asahan, Tanah Karo, Palembang, dan Jambi.

“Di Jakarta rencananya produsen akan mulai jual besok, tetapi dengan pembatasan. Satu orang hanya bisa membeli satu bungkus demi mencegah penimbunan dan penjualan kembali,” tambahnya.

(BACA JUGA: Awet! Anomali Harga Minyak Goreng Berlanjut hingga 2022)

Volume minyak goreng yang telah disalurkan sejauh ini baru mencapai 280.000 liter atau sekitar 243.600 kilogram (kg). Sahat mengatakan anggota GIMNI akan menggenjot volume sisa pada Desember.

Dia juga memperkirakan volume minyak goreng murah dari produsen bisa bertambah ke depannya, seiring dengan proyeksi harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) yang masih tinggi sampai pertengahan 2022.

Sahat mengatakan perusahaan perkebunan sawit perlu berpartisipasi dalam menyediakan minyak goreng murah untuk pasar dalam negeri.

Dihubungi secara terpisah, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Oke Nurwan mengatakan penyediaan minyak goreng harga terjangkau dengan melibatkan perusahaan produsen dan peritel telah mulai berjalan. 

Akan tetapi, dia menggarisbawahi distribusi baru menjangkau sebagian wilaya Sumatra dan Jawa. “Penyaluran sudah mulai dilakukan, tetapi baru di Jawa dan Sumatra. Kami terus lakukan evaluasi,” kata Oke.

Per Jumat (26/11/2021), harga rata-rata nasional minyak goreng curah naik 13,25 persen secara bulanan menjadi Rp17.100 per liter, minyak goreng kemasan sederhana naik 14,29 persen menjadi Rp17.600 per liter, dan minyak goreng kemasan premium naik 12,35 persen menjadi Rp19.100 per liter.

Kenaikan harga minyak goreng di dalam negeri dipicu oleh kenaikan harga CPO yang masih terus terjadi hingga menembus level tertinggi Harga CPO di Dumai tercatat mencapai Rp12.812 per liter. Harga tersebut lebih tinggi 51,06 persen dibandingkan dengan November 2020.

HARUS AGRESIF

Sementara itu, Direktur Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting Kemendag Isy Karim berharap produsen minyak nabati tidak sekadar mengandalkan ritel modern untuk merealisasikan penyaluran 11 juta liter minyak goreng murah guna meredam anomali harga komoditas tersebut.

“Diharapkan ke depan penyediaannya dapat makin masif oleh produsen sehingga penyaluran minyak goreng kemasan sederhana ini dapat dilakukan baik di ritel modern maupun pasar tradisional,” katanya.

Isy mengatakan penyediaan minyak goreng kemasan sederhana merupakan salah satu pokok aturan dalam Permendag No. 36/2020 tentang Minyak Goreng Sawit Wajib Kemasan.

Produsen minyak goreng maupun pengemas memiliki kewajiban untuk memproduksi minyak goreng kemasan sederhana.

“Penyediaan minyak goreng kemasan terutama untuk masyarakat kecil dan pemenuhan industri kecil menengah dengan harga jual  di tingkat konsumen ditetapkan oleh Menteri Perdagangan,” katanya.

Harga minyak goreng curah yang banyak beredar di pasar tradisional sendiri cenderung lebih fluktuatif mengikuti harga CPO. Di sisi lain, Kemendag menyebutkan minyak goreng dalam kemasan mempunyai kemampuan disimpan sehingga ketersediaanya dapat dikendalikan.

Dari sisi keamanan konsumsi, minyak goreng curah juga rentan dioplos dengan minyak goreng sisa dari berbagai sumber sehingga diragukan kehalalannya.

Sejauh ini setidaknya terdapat 14 merek dagang minyak goreng kemasan sederhana yang beredar di pasar. Di antaranya adalah Alibaba, Camar, Fortune, Minyakita, Palmata, Sovia, dan Vipco.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Wike D. Herlinda

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.