Rupiah Menguat Ditopang Data Ekonomi Yang Positif

Neraca dagang yang dirilis 15 September 2021 menunjukkan surplus yang naik ke US$4,5 miliar. Di sisi lain, ekspor Indonesia membaiknya karena kenaikan harga batu bara dan CPO. Kedua faktor tersebut mendukung pergerakan rupiah.

Dwi Nicken Tari

17 Sep 2021 - 16.27
A-
A+
Rupiah Menguat Ditopang Data Ekonomi Yang Positif

Karyawati menghitung uang rupiah dan dollar AS di salah satu bank di Jakarta, Kamis (10/9/2020). Bisnis - Arief Hermawan P

Bisnis, JAKARTA - Rupiah berhasil menguat pada perdagangan Jumat (17/9/2021). Bahkan mata uang Garuda itu  menjadi jawara di kawasan Asia Pasifik.

Berdasarkan data Bloomberg yang dikutip dari bisnis.com, rupiah ditutup naik 0,21 persen menjadi Rp14.222 per dolar AS. Sedangkan indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan mata uang utama dunia terpantau melemah 0,08 persen menjadi 92.860.

Adapun pergerakan rupiah berbanding terbalik dengan mayoritas mata uang di kawasan Asia Pasifik. Beberapa mata uang yang bertahan di zona hijau bersama rupiah seperti peso Filipina naik 0,02 persen dan yuan China naik 0,08 persen. 

Macroeconomic Analyst Bank Danamon Irman Faiz menjelaskan penguatan mata uang Garuda hari ini ditopang oleh fundamentalnya yang terus menguat. “[Hal itu] tercermin dari neraca dagang yang dirilis 15 September 2021, surplusnya naik ke US$4,5 miliar dan ekspor Indonesia membaiknya cukup kuat karena faktor kenaikan harga batubara dan minyak kelapa sawit [CPO],” kata Faiz kepada Bisnis, Jumat (17/9/2021).

Selain itu, lanjut Faiz, perkembangan pandemi Covid-19 yang kian membaik terlihat dari jumlah kasus positif harian yang menurun dalam laju cepat dan konsisten di bawah 5.000 kasus per hari juga diapresiasi positif oleh pelaku pasar. Adapun, perbaikan kondisi pandemi itu akan mendorong pemerintah kembali melonggarkan pembatasan sosial.

Faiz menunjukkan akhir-akhir ini mobilitas masyarakat di luar ruang juga kembali terlihat sementara di beberapa negara lain masih memberlakukan pembatasan. Dari sisi eksternal, Faiz mengatakan data makroekonomi di Amerika Serikat yang tidak sekuat perkiraan, seperti data CPI inflasi dan penjualan ritel, tampil sebagai pemberat langkah dolar AS.

“Hal ini terkait lagi dengan kasus varian Delta dan ketidakpastian mutasi Covid-19 di sana [AS],” imbuh Faiz.

Sementara itu, sentimen tapering dari Bank Sentral AS (Federal Reserve) yang akan dimulai akhir tahun ini perlahan mulai memudar. Pasalnya, kondisi dolar AS saat ini berada dalam tren pelemahan (weak tone) setidaknya untuk beberapa saat.

Faiz mengatakan saat ini fokus pelaku pasar mengarah ke rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) dari the Fed berikutnya untuk melihat panduan terbaru dari bank sentral. Bank Danamon memperkirakan rupiah akan bergerak pada rentang Rp14.250—Rp14.300 hingga akhir bulan ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Febrina Ratna Iskana

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.