Rusia Berubah Pikiran, Ekspor Gandum Ukraina Berlanjut

Rusia kembali bergabung dengan perjanjian ekspor biji-bijian di Laut Hitam oleh Ukraina setelah sempat menangguhkan partisipasinya akibat masalah tuduhan penyerangan menggunakan drone.

Nindya Aldila

3 Nov 2022 - 20.25
A-
A+
Rusia Berubah Pikiran, Ekspor Gandum Ukraina Berlanjut

Proses pengapalan biji-bijian melalui Laut Hitam (JCC, OCHA)

Bisnis, JAKARTA - Rusia kembali bergabung dengan perjanjian ekspor biji-bijian di Laut Hitam oleh Ukraina setelah sempat menangguhkan partisipasinya akibat masalah tuduhan penyerangan menggunakan drone.

Masih belum jelas kenapa Kremlin berubah pikiran begitu cepat. Dalam sebuah pidato, Presiden Vladimir Putin mengatakan bahwa perjanjian ini berkaitan dengan keamanan kapal-kapal Rusia.

"Rusia memiliki hak untuk meninggalkan perjanjian ini jika jaminan dari Ukraina ini dilanggar,” katanya seperti dikutip dari New York Times pada Kamis (3/11/2022).

Namun, pejabat Ukraina mengungkapkan bahwa Rusia mulai berubah pikiran kembali setelah Turki dan PBB menyatakan akan tetap melanjutkan komitmennya dengan atau tanpa Moskow.

Baca juga: Turki Komitmen Bantu Ekspor Gandum Ukraina

Analis politik Kremlin Tatiana Stanovaya mengatakan Moskow pasti tidak menduga pihak lain akan tetap melanjutkan kesepakatan tanpa mereka.

"Kremlin jatuh ke perangkapnya di mana mereka sendiri tidak tahu caranya keluar," ungkapnya.

Sebelumnya, Kementerian Pertahanan Rusia memutuskan penangguhan partisipasi perjanjian dengan alasan Ukraina melakukan serangan masif menggunakan drone di unit militernya di perairan Laut Hitam, Sevastopol, Krimea pada Sabtu.

Moskow mengatakan bahwa serangan tersebut merupakan serangan teroris yang menargetkan kapal-kapal yang berkaitan dengan perjanjian Black Sea Grain Initiative.

Namun, blokade yang dilakukan oleh angkatan laut Rusia di Laut Hitam akan membuat ekspor biji-bijian dari Ukraina tidak bisa dilakukan. Hal itu membuat rantai pasok pangan global terganggu di tengah inflasi yang naik.

Indeks Harga Pangan FAO (FFPI) rata-rata 136,3 poin pada September, turun 1,5 poin atau 1,1 persen pada bulan sebelumnya. Penurunan didorong oleh melandainya harga minyak sayur dan penurunan moderat oleh beberapa komoditas seperti gula, daging, dan produk susu. Meskipun turun, FFPI tetap 7,2 poin atau di atas 5,5 persen daripada bulan yang sama tahun lalu.

Baca juga: Stok Pangan Terancam Akibat Rusia Bekukan Perjanjian Laut Hitam

Perlu diketahui, Inisiatif Biji-bijian Laut Hitam atau Black Sea Grain Initiative disepakati pada Juli 2022 antara Ukraina, Turki, dan Rusia.

Tujuannya adalah untuk memberikan jalan bagi Ukraina melanjutkan pengapalan jutaan ton biji-bijian melalui perairan Laut Hitam dalam kondisi perang. PBB menjembatani kesepakatan ini seiring dengan kekhawatiran krisis pangan dunia.


Sejak pengapalan pertama pada 1 Agustus, sebanyak 10 juta ton produk biji-bijian seperti jagung, gandum, biji bunga matahari, rapeseed, dan lainnya disalurkan ke negara-negara yang membutuhkan seperti Afghanistan, Bangladesh, dan juga ke Uni Eropa, Prancis, dan Jerman. Indonesia sendiri telah menerima sekitar 155.000 ton gandum dari Ukraina.


Sejatinya, kembalinya Rusia pada kesepakatan ini akan sedikit meredakan kepahitan Ukraina setelah hancurnya infrastruktur sipil akibat serangan Rusia dan minimnya ketersediaan energi menjelang musim dingin. Selain itu, Ukraina juga menghadapi ancaman serangan nuklir yang akhir-akhir ini digemakan oleh Presiden Putin.

Dua pejabat pemerintahan Amerika Serikat (AS) yang tak disebutkan namanya mengklaim bahwa pada bulan lalu para pemimpin militer senior Rusia membahas terkait kemungkinan penggunaan  senjata nuklir di medan perang melawan Ukraina.

Laporan BBC pada Kamis (3/11/2022) mengatakan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin tak ikut terlibat dalam diskusi tersebut.

"Kami makin khawatir tentang potensi tersebut beberapa bulan belakangan," ujar juru bicara keamanan nasional Gedung Putih John Kirby.

Meski begitu, laporan yang sama menekankan bahwa AS masih tak melihat tanda-tanda Rusia bersiap menggunakan nuklir.

Kesimpulan tersebut diambil karena para intelijen negara-negara Barat mengatakan bahwa Rusia belum memindahkan senjata-senjata nuklirnya.

(Surya Dua Artha Simanjuntak)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Nindya Aldila

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.