Saat Minyak Sawit RI Terpukul Permintaan China dan Eropa

Penurunan permintaan minyak sawit mentah (CPO) Indonesia dari sejumlah negara utama memberi pukulan bagi harga komoditas itu. Pemerintah bahkan menurunkan harga referensi sawit hingga akhir bulan nanti.

Rayful Mudassir

16 Agt 2023 - 16.34
A-
A+
Saat Minyak Sawit RI Terpukul Permintaan China dan Eropa

Warga memeriksa kelapa sawit seusai dipanen di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (16/2/2021).Bisnis/Arief Hermawan

Bisnis, JAKARTA - Penurunan permintaan minyak sawit mentah (CPO) Indonesia dari sejumlah negara utama memberi pukulan bagi harga komoditas itu. Pemerintah bahkan menurunkan harga referensi sawit hingga akhir bulan nanti.  

Pemerintah menetapkan harga referensi minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) sebesar US$820,35 per ton untuk periode 16-31 Agustus 2023. Jumlah ini turun US$6,13 perton atau 0,74 persen dibandingkan periode 1-15 Agustus 2023 sebesar US$826,48 per ton.

Dari kenaikan ini, pemerintah mengenakan bea keluar (BK) CPO sebesar US$33 per ton dan pungutan ekspor (PE) sebesar US$85 per ton untuk periode 16-31 Agustus 2023. Nilai BK dan PE CPO tersebut masih sama dengan periode 1-15 Agustus 2023.

Baca juga: Redupnya Kinerja Ciamik Batu Bara dan Minyak Kelapa Sawit

"Saat ini harga referensi CPO mengalami penurunan yang mendekati ambang batas sebesar US$680 per ton," kata Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Kementerian Perdagangan, Budi Santoso dalam keterangan resmi, Rabu (16/8/2023).

Penurunan harga referensi menjadi imbas dari sejumlah faktor. Salah satunya yakni penurunan permintaan dari negara importir CPO utama di Eropa dan China.

Baca juga: Penyebab Hilirisasi Industri Sawit di RI Masih Bermasalah

Selain itu, Budi mengatakan penurunan harga CPO juga dipicu proyeksi adanya peningkatan produksi minyak sawit di Malaysia, penguatan mata uang Ringgit Malaysia terhadap Dolar Amerika Serikat serta penurunan harga minyak mentah dunia.

Ekspor CPO memang mengalami peningkatan pada tahun lalu mencapai US$3,40 miliar pada 2022 dibandingkan 2021 dengan raihan US$2,73 miliar. Kendati begitu, kali ini kinerja ekspor minyak sawit kembali lesu. 


Proyeksi tersebut dapat dilihat dari realisasi ekspor minyak sawit baru menyentuh US$1,09 miliar sepanjang semester I/2023. Situasi ini disebabkan oleh turunnya permintaan global hingga mempengaruhi harga jual.




CPO diperdagangkan pada level MYR3.788 per ton pada Selasa (15/8/2023). Harga tersebut meningkat 2,54 persen dibandingkan dengan awal pekan ini pada level MYR3.688 per ton. Kendati demikian, nilai tersebut jauh menurun dibandingkan dengan harga tertinggi sepanjang 2023 yakni MYR4.341,4 per ton pada 3 Maret lalu. 


Laporan terbaru badan statistik, merekam ekspor CPO senilai US$2,28 miliar pada Juli 2023. Jumlah ini turun 1,51 persen dibandingkan bulan sebelumnya yakni US$2,31 miliar. Sementara itu secara year on year, ekspor minyak sawit anjlok hingga 19,25 persen dari sebelumnya US$2,82 miliar pada Juli 2022. 

Sebagai informasi, penetapan harga referensi CPO tertuang dalam Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 1494 Tahun 2023 tentang Harga Referensi Crude Palm Oil yang Dikenakan Bea Keluar dan Tarif Layanan Badan Layanan Umum Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit periode 16–31 Agustus 2023.

Sementara untuk penetapan BK CPO merujuk pada kolom angka 4 lampiran huruf C Peraturan Menteri Keuangan Nomor 39/PMK/0.10/2022 jo. Nomor 71 Tahun 2023 sebesar US$33 per ton. Adapun penetapan PE CPO merujuk pada lampiran huruf C Peraturan Menteri Keuangan Nomor 103/PMK.05/2022 jo. Nomor 154/PMK.05/2022 sebesar USD 85 per ton. (Dwi Rachmawati)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Rayful Mudassir
Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.