Bisnis, JAKARTA — Ancaman kenaikan suku bunga acuan yang mulai mendekat menjadi tantangan yang harus segera diantisipasi oleh perbankan melalui upaya penurunan biaya dana atau cost of fund serta penciptaan sumber pendapatan alternatif guna menopang margin keuntungan.
Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia sulit terhindarkan jika bank sentral Amerika Serikat (AS), the Fed, terus menaikkan suku bunga acuannya. Inflasi AS pada Maret 2022 lalu mencapai level 8,5 persen, meningkat lagi dibanding bulan sebelumnya yang sebesar 7,90 persen.
Level inflasi AS tersebut adalah yang tertinggi sejak Desember 1981. Tingkat inflasi itu juga lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata perkiraan pelaku pasar di AS, yakni sebesar 8,4 persen. Dengan inflasi yang sangat tinggi ini, the Fed tampaknya harus lebih agresif dalam melakukan pengetatan moneter.
Di Indonesia, ancaman kenaikan inflasi juga sulit terbendung dengan adanya kenaikan harga komoditas dan bahan baku industri, kenaikan biaya energi, serta kenaikan tarif pajak pertambahan nilai (PPN). Kondisi ini pun tampaknya akan mendorong Bank Indonesia untuk juga melakukan pengetatan moneter.