Saatnya Fokus Minyak Sawit Untuk Kebutuhan Dalam Negeri

Pemerintah akan meningkatkan pasokan minyak goreng domestik dari produsen untuk menjaga stabilitas harga pangan di sejumlah daerah menjelang pelaksanaan ibadah Ramadan dan Idulfitri. Bagaimana sikap pemerintah menanggapi strategi tersebut.

Rayful Mudassir

7 Feb 2023 - 01.17
A-
A+
Saatnya Fokus Minyak Sawit Untuk Kebutuhan Dalam Negeri

Pekerja menata kelapa sawit saat panen di kawasan Kemang, Kabupaten Bogor, Minggu 30 Agustus 2020. Bisnis Arief Hermawan P

Bisnis, JAKARTA - Pemerintah bakal meningkatkan kewajiban pasok minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) ke dalam negeri sebesar 50 persen dalam tiga bulan sebagai tanggapan atas kenaikan harga minyak goreng jelang Ramadan dan Idulfitri.

Kenaikan harga komoditas itu setidaknya berlangsung sejak dua pekan terakhir. Hal ini disebabkan menipisnya distribusi minyak goreng kemasan sederhana bentukan Kementerian Perdagangan yakni Minyakita di pasaran. 

Kekurangan pasokan tersebut menggiring kenaikan harga migor. Sebagai respons atas lonjakan harga tersebut, pemerintah menetapkan peningkatan pasokan domestic market obligation (DMO) minyak goreng dari produsen sebesar 50 persen hingga Lebaran. 

BACA JUGA: Mendag Blak-blakan Soal Penyebab Minyakita Langka

“Pemerintah juga memutuskan untuk mendepositokan sebagian hak ekspor yang dimiliki eksportir saat ini, jadi eksportir tetap dapat menggunakan hak ekspor tersebut nanti setelah situasi kembali mereda,” kata Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan melalui akun Instagram, Senin (6/2/2022). 

Pemerintah seolah tak ingin kecolongan dan mengulangi kelangkaan minyak goreng pada pertengahan tahun lalu. Pada 2022, Presiden Joko Widodo bahkan sempat menghentikan ekspor migor untuk memenuhi kebutuhan di tingkat domestik. 

Langkah tersebut dimaksudkan agar pasokan yang ada khusus diperuntukkan kepada pasar domestik. Moratorium CPO sempat diterapkan Presiden Jokowi sejak 28 April hingga 23 Mei 2022. Kondisi ini sekaligus menjadi pukulan besar bagi industri sawit meski tetap mencatat surplus neraca dagang sepanjang 2022.

“Hal ini dilakukan semata-mata untuk menjaga pasokan dalam negeri dan menjamin harga tetap stabil. Bagi para pengusaha, Pemerintah juga akan meningkatkan insentif ekspor pengali minyak kita agar pasokan minyak kita tetap terjaga.” 

Menurut Luhut, tingginya hak ekspor yang dimiliki oleh para eksportir saat ini dinilai menjadi disinsentif untuk melakukan pasokan DMO di tengah perlambatan permintaan ekspor.

Selama ini, rasio kuota hak ekspor produk minyak sawit mentah (CPO) dan produk turunannya adalah enam kali dari DMO CPO dan/atau minyak goreng atau 1:6. Besaran rasio ini sebenarnya telah dipangkas dari ketentuan sebelumnya yang sebesar 1:8.


"Untuk itu saya menggelar rakor hari ini bersama kementerian/lembaga terkait dengan para produsen minyak goreng. Kami menyepakati peningkatan pasokan DMO oleh produsen minyak goreng sebanyak 50 persen hingga memasuki masa Lebaran nanti," ujar Luhut.

Seiring peningkatan DMO tersebut, Luhut menyebut bahwa pemerintah juga memutuskan untuk mendepositokan sebagian hak ekspor yang dimiliki eksportir saat ini sehingga eksportir tetap dapat menggunakan hak ekspor tersebut setelah situasi kembali mereda.

PENYEBAB

Meroketnya harga minyak goreng juga disebabkan lantaran masyarakat banyak yang beralih membeli Minyakita. Masyarakat yang terbiasa membeli minyak goreng premium, kata Luhut, kini lebih memilih beli Minyakita Rp 14.000 per liter.

"Pemerintah mencermati adanya pergeseran konsumsi minyak goreng masyarakat yang terbiasa membeli minyak goreng premium, beralih membeli Minyakita yang merupakan senjata pemerintah untuk meredam kenaikan harga minyak goreng di dalam negeri agar sesuai HET yang ditetapkan yakni Rp.14.000/liter," tuturnya.

"Di luar itu, melambungnya harga minyak goreng juga terjadi karena adanya masalah pada proses distribusi. Baik dari indikasi masih adanya stok yang menumpuk maupun pelanggaran terhadap penetapan harga HET di lapangan," imbuhnya.


Sebelumnya, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan atau Zulhas memastikan Minyakita akan kembali membanjiri pasaran dengan harga normal dalam dua pekan ke depan.

“Saya sudah panggil semua stakeholder yang terkait, dan sudah teken untuk menaikan suplainya dari sebelumnya hanya 300.000 ton per bulan tambah 50 persen jadi 450.000 ton sebulan,” ujar Zulhas, di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Selasa (31/1/2023).

Oleh sebab itu, Zulhas menegaskan kepada masyarakat untuk tidak khawatir terkait permasalahan kelangkaan Minyakita. Dia berjanji minyak subsidi tersebut akan membanjiri pasar dalam dua pekan kedepan.

“Karena untuk dalam negeri sudah di tambah separuh, dan semoga dalam dua minggu lagi sudah banjir,” ujarnya. (Indra Gunawan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Rayful Mudassir
Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.