Saatnya Indonesia Panen Tuah Ekspor Nonmigas

Kinerja ekspor bergerak ke arah yang makin solid. Kekuatan ekspor nonmigas Indonesia sepanjang 2021 pun tidak semata-mata ditopang oleh komoditas langganan utama seperti batu bara dan CPO.

Reni Lestari & Iim Fathimah Timorria

21 Nov 2021 - 14.51
A-
A+
Saatnya Indonesia Panen Tuah Ekspor Nonmigas

Foto aerial pelabuhan peti kemas Koja di Jakarta. (25/12/2019). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis, JAKARTA —  Sampai dengan kuartal III/2021, transaksi berjalan Indonesia mencetak surplus senilai US$4,5 miliar. Pencapaian tersebut ditopang oleh kinerja ekspor nonmigas yang diklaim sudah mencapai fase pulih dari tekanan.

Wakil Ketua Umum III Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Maritim, Investasi, dan Luar Negeri Shinta W Kamdani mengatakan sejumlah upaya perlu dilakukan untuk mempertahankan tren positif kinerja ekspor.  

Pertama, memastikan pengendalian pandemi terutama di pusat-pusat produksi berjalan dengan baik agar kinerja tidak terganggu masalah protokol kesehatan dan penyebaran pandemi.

"Kedua, memaksimalkan kapasitas produksi. Ini khususnya perlu untuk komoditas-komoditas ekspor yang sedang memiliki demand tinggi seperti batu bara, CPO, dan besi baja," kata Shinta saat dihubungi, akhir pekan ini.

Selain sejumlah komoditas unggulan ekspor tersebut, produk manufaktur lain diproyeksikan juga akan meningkat permintaannya di negara-negara maju, sehingga mempunyai peluang untuk diekspor dan mempertahankan kinerja pengapalan nasional secara agregat.

Ketiga, harus ada kepastian terkait kelancaran rantai pasok. "Khususnya memastikan logistik ekspor bisa berjalan dengan lancar meskipun terkendala biaya kontainer yang mahal dan suplai kontainer yang terbatas," katanya.

Sejalan dengan pencapaian transaksi berjalan, transaksi modal dan finansial pun mencatatkan surplus sebesar US$6,1 miliar atau mencapai 2 persen dari produk domestik bruto (PDB), lebih tinggi dari capaian surplus pada kuartal sebelumnya senilai US$1,6 miliar.

Sementara itu, kinerja ekspor yang moncer diperkirakan tak hanya akan didorong komoditas utama seperti batu bara dan crude palm oil (CPO).

Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bobby Gafur Umar mengatakan industri keramik menunjukkan kinerja ekspor yang baik sepanjang tahun ini, bahkan melampaui capaian sebelum pandemi.

Dia memproyeksikan kinerja tersebut dapat terus dipertahankan seiring utilisasi produksi yang terjaga.  

"Melihat potensinya, ekspor keramik kinerjanya sudah bagus sekali, lebih tinggi dibandingkan sebelum krisis," kata Bobby.

Melihat indikator industri seperti purchasing managers' index (PMI) manufaktur yang mencapai 57,2 pada Oktober 2021, dia optimistis kinerja ekspor nonmigas dapat terus memperkuat prospek ekonomi nasional. Selain itu, indikator makro juga menunjukkan tren serupa.  

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani menambahkan sektor perikanan memiliki potensi besar dari segi ekspor.

Selain itu, di industri manufaktur, sektor makanan dan minuman tetap akan menjadi primadona, diikuti dengan tekstil dan alas kaki.  

"Perikanan kita punya potensi besar, lalu juga industri olahan dari makanan minuman, lalu juga tekstil dan sepatu, yang padat karya tetapi masih punya potensi yang baik. Industri perhiasan juga ekspornya naik bagus," jelas Hariyadi.

Adapun, peluang yang bisa dimanfaatkan Indonesia saat ini yakni upaya Amerika Serikat untuk mengurangi pembelian dari China.

Jika mampu ditangkap, potensi pasar besar yang ditinggalkan China dapat membawa berkah bagi kinerja industri dalam negeri.

"Kalau dilihat trennya sampai akhir tahun ini [kinerja ekspor] akan tetap bagus karena permintaan juga tinggi dari pasar luar negeri," katanya.

BERHASIL PULIH

Sementara itu, Kementerian Perdagangan mengeklaim Indonesia telah berhasil melakukan pemulihan ekonomi dan perdagangan nasional. Sejumlah terobosan pun telah dilakukan untuk menjaga momentum pertumbuhan tersebut.

Beberapa terobosan yang dilakukan Kemendag, kata Kasan, antara lain keikutsertaan Indonesia pada World Expo Dubai 2020 pada 1 Oktober 2021—31 Maret 2022 untuk penguatan citra, termasuk di dalamnya program Indonesia Spice Up the World.

Selain itu, pada 2022 akan digelar Jakarta Muslim Fashion Week (JMFW) yang bertujuan menjadikan Indonesia kiblat bagi mode muslim dunia. Sementara itu, Presidensi Indonesia dalam G20 pada 2022 juga menjadi agenda penting bagi pemulihan ekonomi dan perdagangan Indonesia.

“Ini kami lakukan untuk menjaga momentum pemulihan ekonomi dan perdagangan Indonesia,” ujar Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BPPP) Kemendag Kasan.

Kasan mengatakan pemerintah berhasil melakukan pemulihan ekonomi dan perdagangan. Pemulihan perdagangan Indonesia dapat dilihat dari tiga indikator.

Pertama, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), ekonomi Indonesia kembali tumbuh positif pada kuartal III/2021 sebesar 3,51 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Kedua, pertumbuhan sektor perdagangan di dalam negeri juga terjadi seiring menguatnya Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada kuartal III/2021. Pada September 2021, IKK mencapai 95,5 atau naik dari Agustus 2021 sebesar 77,3.

Sementara itu, pada Oktober 2021, IKK kembali menguat dan mencapai 113,4 atau berada pada area optimistis.

Kenaikan IKK dipengaruhi oleh peningkatan aktivitas ekonomi dan penghasilan masyarakat setelah adanya relaksasi kebijakan PPKM Darurat ke PPKM level 1-3.

Ketiga, surplus neraca perdagangan Indonesia pada Januari—Oktober 2021 yang mencapai US$30,81 miliar. Surplus ini didukung kinerja ekspor Indonesia sebesar US$186,32 miliar atau tumbuh 41,8 persen secara tahunan pada Januari—Oktober 2021.

Ekspor nonmigas juga tumbuh signifikan sebesar 41,26 persensecara tahunan pada periode yang sama.

Sementara itu, dari sisi impor, tercatat pertumbuhan sebesar 35,86 persen secara tahunan. Nilai tersebut didominasi bahan baku dan barang modal sebesar 89,91 persen yang Kasan sebut akan mendorong pemulihan kesehatan dan ekonomi akibat pandemi Covid-19.

Secara bulanan, ekspor Indonesia pada Oktober 2021 kembali memecahkan rekor tertinggi sepanjang sejarah yaitu mencapai US$22,03 miliar.

“Selain itu, dari sisi negara tujuan dan produk ekspor nonmigas, hampir seluruh negara tujuan utama dan seluruh produk utama juga tumbuh positif selama periode Januari—Oktober 2021,” katanya.

Kasan juga mengatakan bahwa neraca perdagangan dengan RI pada Oktober berhasil mencetak surplus dengan China, negara mitra dagang yang selama ini menjadi penyumbang defisit terbesar.

 “Ini adalah surplus terbesar dalam 10 tahun terakhir,” ungkap Kasan.

 Kasan menjelaskan peluang dan tantangan perdagangan dalam dan luar negeri ke depan akan semakin kompleks.

Beberapa hal yang akan mempengaruhi pemulihan perdagangan pada 2021—2022, yaitu isu lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG); ekonomi digital; gangguan rantai pasok; perubahan iklim; kenaikan harga pangan; dan tren supercycle commodity.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Wike D. Herlinda

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.