Saham Emiten Logam Terpoles Harga Komoditas

Emiten logam optimistis kinerja keuangan bakal lebih baik pada semester II/2021 seiring masih tingginya harga komoditas.

Ropesta Sitorus & Mutiara Nabila

16 Sep 2021 - 13.32
A-
A+
Saham Emiten Logam Terpoles Harga Komoditas

Suasana fasilitas pengolahan timah milik PT Timah Tbk. (TINS) di Mentok, Bangka, Indonesia, Selasa (19/11/2013). - Bloomberg/Dimas Ardian

Bisnis, JAKARTA - Prospek emiten logam di paruh pertama tahun ini masih cukup bagus. Hal itu mendorong saham-saham emiten logam terus berada di zona hijau.

Prospek cerah emiten logam itu ditopang oleh kenaikan harga komoditas. Berdasarkan data Bloomberg yang dikutip dari harian Bisnis Indonesia pada perdagangan Rabu (15/9), harga sejumlah logam industri tengah memerah tetapi masih positif sepanjang tahun berjalan.

Harga timah LME, misalnya, bergerak turun 90 poin atau 0,27% menjadi US$33.408 per ton. Namun, nilainya jauh di atas harga awal tahun yang hanya US$20.700 per ton.

Adapun harga nikel LME parkir di US$19.757 per ton, naik 165 poin atau 0,84% dari hari sebelumnya. Harga komoditas itu telah melonjak signifikan dari harga awal tahun US$17.000-an per ton.

Harga aluminium juga terkerek hingga 40% per semester I/2021 dan sempat menembus US$3.000 per ton. Kemarin harganya turun 65,5 poin atau 2,26% ke US$2.831 per ton, tapi melesat dari awal tahun yang berkisar US$1.900-an per ton.

 

 

Menurut Direktur Keuangan PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) Bernardus Irmanto, kenaikan harga nikel LME sangat positif untuk kinerja keuangan perusahaan. Namun, di saat yang sama harga minyak dan batu bara juga naik dan memberikan tekanan pada biaya produksi.

“Tetapi secara keseluruhan dampaknya masih positif. Diharapkan harga nikel masih berada dalam level ini sehingga kinerja keuangan perusahaan untuk 2021 juga bisa baik,” katanya, Rabu (15/9).

Adapun, target produksi INCO pada 2021 masih berkisar 64.000 ton. Perusahaan itu juga mengharapkan harga nikel bisa di atas US$17.000 per ton.

PT Timah Tbk. (TINS) juga optimistis kinerja perusahaan tetap positif hingga akhir tahun. Direktur Keuangan TINS Wibisono menyebut harga timah dalam beberapa pekan ke belakang masih volatil, dan pergerakan harga tidak sesuai fundamental, karena faktor pasokan dan permintaan.

“Kita bisa lihat stock di London dan Shanghai, turun, tetapi kenapa harganya turun? Harusnya dengan stock sedikit harganya naik tetapi ternyata tidak berkorelasi. Ini perlu kita cermati,” ujarnya.

Dengan harga timah yang masih berpotensi meningkat, TINS berharap kinerja pada semester II/2021 akan makin membaik. Hingga akhir tahun, perusahaan memproyeksi produksi bisa mencapai 30.000 ton.

Sementara itu, PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) ingin menggenjot penjualan bauksit dan alumina sepanjang sisa 2021. Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko ANTM Anton Herdianto berujar, ANTM akan memaksimalkan untuk dapat kontrak penjualan yang lebih baik.

“Mungkin yang ekspor ini bisa menikmati kenaikan harga,” ujarnya.

Ekspor bauksit ANTM saat ini sangat terbatas karena adanya kebijakan izin ekspor bauksit hanya sampai 2023. Per semester I/2021, volume produksi bauksit ANTM tercatat sebesar 1,09 juta wet metric ton (wmt), naik 36% secara tahunan.

 

 

Potensi Kenaikan Saham

Pengamat Pasar Modal dari Asosiasi Analis Efek Indonesia Reza Priyambada menilai kenaikan harga komoditas tidak akan berpengaruh langsung pada kinerja emiten. Namun, di pasar saham akan sangat berpengaruh.

"Terkait dengan sentimen pasar karena biasanya yang bisa dipantau pelaku pasar adalah harga komoditas yang dijual perusahaan dan nilai sahamnya,” ujar Reza.

Dia memproyeksikan harga saham ANTM di level Rp2.850, INCO Rp5.700, saham TINS Rp1.650, dan saham ZINC di level Rp155.

Sementara itu, Analis Samuel Sekuritas Indonesia Dessy Lapagu mengatakan tren kenaikan harga komoditas akan memengaruhi topline. Dia menyebut revenue emiten pada semester I/2021 cukup terdampak positif atas kenaikan harga komoditas.

"Kami perkirakan masih akan terpengaruh positif hingga akhir tahun ini,” katanya.

Adapun, saham emiten logam industri pilihan Samuel Sekuritas antara lain ANTM dengan target harga 3.230 dan INCO dengan target harga 6.700 didasarkan pada target harga nikel sepanjang 2021 bisa mencapai US$18.200-US$18.800 per ton.

Adapun, pada perdagangan Rabu (15/9/2021), saham ANTM dan TINS berada di zona hijau dengan ANTM naik 20 poin atau 0,81% ke 2.490, dan saham TINS naik 5 poin atau 0,33%ke 1.505. Sementara itu, saham INCO melemah 65 poin atau sampai 1,29% ke 4.960.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Febrina Ratna Iskana

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.