Bisnis, JAKARTA— Proyeksi harga minyak mentah dunia kembali ke level US$100 per barel dampat menjadi katalis positif bagi emiten minyak dan gas. Mayoritas saham emiten komoditas yang bergerak ke zona hijau dapat menjadi sinyal positif awal untuk menikmati cuan.
Harga komoditas terutama minyak mentah dipastikan bergantung pada pembukaan kembali aktivitas di China usai penguncian ketat setelah perayaan Tahun Baru Imlek pada akhir 2023. Melansir Bloomberg, Kamis (12/1/2023) Goldmand Sachs Group Inc, memproyeksikan satu barel minyak Bret bisa mencapai US$110 pada kuartal III/2023, jika China dan ekonomi Asia lainnya kembali pulih.
Adapun, hari ini harga West Texas Intermediate (WTI) naik menuju US$78 per barel setelah naik sekitar 6 persen selama lima sesi sebelumnya. Investor dengan cermat mengamati pembacaan indeks harga konsumen yang akan dirilis Kamis malam waktu AS. Sebab, rilis tersebut akan memberikan petunjuak tentang langkah ke depan untuk pengetatan moneter di ekonomi terbesar dunia.
Menambah nada bullish di pasar minyak, yakni pembelian minyak mentah oleh China setelah Beijing mengeluarkan sejumlah besar kuota impor. Permintaan minyak di importir utama akan pulih setelah berakhirnya kebijakan zero Covid.