SBDK Menurun, Bank Daerah Bersiap Pacu Pertumbuhan Kredit

Kalangan bank pembangunan daerah mempersiapkan beragam strategi guna memacu kreditnya pada sisa tahun ini. Suku bunga dasar kredit atau SBDK yang turun juga diyakini menjadi faktor yang dapat mendorong penyaluran kredit, sebab menjadi lebih murah.

Khadijah Shahnaz Fitria

10 Okt 2021 - 17.40
A-
A+
SBDK Menurun, Bank Daerah Bersiap Pacu Pertumbuhan Kredit

Direktur Keuangan PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) Ferdian Timur Satyagraha (dari kanan) mengadakan konferensi pers bersama Komisaris Independen Candra Fajri Ananda, Direktur Manajemen Risiko Rizyana Mirda, dan Corporate Secretary Glemboh Priambodo, usai RUPST perseroan, di Surabaya, Jawa Timur, Jumat (26/4/2019)./Bisnis-Wahyu Darmawan

Bisnis, JAKARTA — Kalangan bank pembangunan daerah berupaya mengoptimalkan waktu yang tersisa pada kuartal terakhir tahun ini untuk dapat memacu kinerja kredit sehingga tetap tumbuh positif pada akhir tahun nanti.

PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara menargetkan adanya pertumbuhan kredit 4% pada akhir tahun dengan nilai Rp24,5 triliun.

Corporate Secretary Bank Sumut Syahdan Ridwan Siregar mengatakan bahwa pada paruh pertama tahun ini, capaian kredit perseroan baru sebesar Rp22,28 triliun, tumbuh 2,86% secara year-to-date (YtD) dari posisi akhir di 2020 tercatat Rp21,66 triliun.

Syahdan pun menambahkan target tersebut bisa dicapai sejalan dengan tren penurunan suku bunga dasar kredit (SBDK) rupiah atau prime lending rate.

"Tren SBDK Bank Sumut juga menurun sejalan dengan menurunnya suku bunga acuan," ujar Syahdan kepada Bisnis, Minggu (10/10).

Dilansir dari laman resmi Bank Sumut, SBDK perseroan saat ini berlaku yakni untuk segmen korporasi 8,95%, kredit ritel 9,65%, dan kredit mikro 12,44%. Sementara itu, KPR 9,32% dan kredit konsumsi non-KPR 10,98%.

Adapun, SBDK digunakan sebagai dasar penetapan suku bunga kredit yang akan dikenakan oleh bank kepada nasabah. SBDK belum memperhitungkan komponen estimasi premi risiko yang besarnya tergantung dari penilaian bank terhadap risiko masing-masing debitur atau kelompok debitur.

Dengan demikian, besarnya suku bunga kredit yang dikenakan kepada debitur belum tentu sama dengan SBDK.

Sementara itu, dalam kredit konsumsi non-KPR tidak termasuk penyaluran dana melalui kartu kredit dan kredit tanpa agunan (KTA). Informasi SBDK yang berlaku setiap saat dapat dilihat pada publikasi di setiap kantor bank atau website bank.

Direktur Keuangan PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk. atau Bank Jatim Ferdian Timur Satyagraha mengatakan tren SBDK di Bank Jatim sejalan dengan suku bunga pasar.

"Dan masih terpengaruh oleh imbas suku bunga acuan terutama LPS yang menglami penurunan," ujar Ferdian kepada Bisnis, Minggu (10/10).

Sebelumnya, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menetapkan penurunan tingkat bunga penjaminan untuk simpanan rupiah di bank umum dan bank perkreditan rakyat atau BPR masing masing sebesar 50 bps.

Dengan demikian, tingkat bunga penjaminan yang berlaku untuk rupiah pada bank umum menjadi 3,5%, sedangkan valas pada bank umum menjadi 0,25%. Tingkat bunga penjaminan ini tercatat menjadi yang terendah sepanjang sejarah.

Sementara itu, tingkat bunga penjaminan untuk rupiah pada BPR sebesar 6,0%. Tingkat ini berlaku mulai 30 September 2021 sampai dengan 28 Januari 2022.

Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa menuturkan bahwa penurunan tingkat bunga penjaminan telah membertimbangkan sejumlah aspek. Di antaranya adalah penurunan suku bunga simpanan, yang ditopang stabilnya kondisi likuiditas perbankan.

“Faktor pertimbangan lain dari keputusan ini adalah dinamika risiko pasar keuangan global yang relatif terkendali dampaknya, serta masih perlunya upaya menjaga momentum pemulihan ekonomi dengan memberikan ruang penurunan biaya dana bagi perbankan,” ujarnya.

Ferdian pun menambahkan Bank Jatim terus berupaya mengoptimalkan ekspansi kredit di semua segmen baik konsumsi, ritel, dan korporasi.

Adapun Bank Jatim menetapkan SBDK  untuk segmen korporasi 5,99%, kredit ritel 6,94%, dan kredit mikro 11,30%. Sementara itu, KPR 7,07% dan kredit konsumsi non-KPR 8,59%.

PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. (BJBR) optimis penyaluran kredit akan tumbuh pada akhir tahun.

Direktur Utama Bank BJB Yuddy Renaldi mengatakan sepanjang satu tahun terakhir SBDK Bank BJB trennya menurun seiring dengan  turunnya suku bunga acuan Bank Indonesia yang sudah lebih dari 100 bps sejak tahun 2020.

"Sampai dengan akhir tahun ini masih ada peluang penurunan dari dana yang repricing di kuartal keempat meskipun tidak sebesar sebelumnya," ujar Yuddy.

Yuddy pun menambahkan Bank BJB optimis penyaluran kredit akan tumbuh positif pasa segmen konsumer, KPR, UMKM, dan komersial. "Dengan tetap selektif karena belum semua sektor pulih dari dampak pandemi,"  tambah Yuddy.

Adapun, Bank BJB menetapkan SBDK untuk segmen korporasi 8,04 %, kredit ritel 11,79%, kredit mikro 11,79%, KPR 8,27%, dan kredit konsumsi non-KPR 8,16 %.

12 STRATEGI

Sementara itu, PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Selatan dan Bangka Belitung bahkan menyebutkan sudah mempersiapkan 12 strategi dalam rangka ekspansi kredit pada paruh kedua 2021.

Direktur Utama Bank Sumsel Babel Antonius Prabowo memaparkan 12 strategi tersebut. Pertama, Bank Sumsel Babel akan menyalurkan kredit secara selektif, berkualitas, dan sustainable dengan tetap berpegang pada prinsip kehati-hatian dan asas perkreditan yang sehat.

Kedua, Bank Sumsel Babel akan fokus pada kredit yang menjadi kompetensi utama dan yang paling tidak terdampak Covid-19.

Ketiga, dalam pemberian kredit dan pembiayaan akan memperhatikan sektor perekonomian yang terdampak Covid-19 serta mempersiapkan mitigasi yang cukup dalam rangka melakukan ekspansi, tetapi dengan tingkat risiko yang terukur.

"Keempat, akselerasi pertumbuhan kredit berbasis anggaran pemda maupun pemerintah pusat, di mana proyek-proyek pemerintah pada semester II ini sudah mulai berjalan," ujar Antonius kepada Bisnis.

Kelima, Bank Sumsel Babel akan akan optimalisasi penyaluran kredit dari penghimpunan dana pemerintah antara lain dana PEN, KUR, FLPP.

Keenam, pengembangan skema penyaluran KUR dengan model cluster. Ketujuh, bekerjasama dengan developer terkait penyaluran kredit konstruksi untuk membantu pembangunan perumahaan.

Kedelapan, Bank Sumsel Babel akan menjaga dan memonitor kualitas kredit dan pembiayaan secara ketat dan berkala terutama terhadap sektor-sektor ekonomi yang mendominasi portofolio kredit dan pembiayaan dan sektor-sektor lainnya.

"Kesembilan, meningkatkan upaya restruktrurisasi kredit dengan mempedomi POJK/ No.11/POJK.03/2020," tambah Antonius.

Kesepuluh, Bank Sumsel Babel akan melakukan penambahan tenaga account officer (AO) dan analis kredit dalam rangka meningkatkan pemasaran dan ekspansi kredit produktif.

Kesebelas yaitu Bank Sumsel Babel akan bekerjasama dengan Bank Indonesia terkait penyaluran kredit UMKM ke Mitra Binaan.

Terakhir, Bank Sumsel Babel akan mengoptimalkan penggunaan data layanan pengadaan sarana elektronik (LPSE) sebagai sarana untuk memperoleh target pasar guna pengembangan kredit produktif khususnya KMK konstruksi.

Antonius pun mengatakan SBDK Bank Sumsel Babel akan menurun jika suku bunga BI 7 Days Repo Rate tidak mengalami kenaikan.

Adapun Bank Sumsel Babel  menetapkan SBDK  untuk segmen korporasi 8,95%, kredit ritel 9,40%, kredit mikro 11,75%, KPR 9,97%, dan kredit konsumsi non-KPR 10,75%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Emanuel Berkah Caesario

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.