Seberapa Kokoh Benteng Surplus Neraca Dagang Hingga Akhir 2021?

Data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan surplus neraca perdagangan kumulatif sepanjang kuartal I—III/2021 mencapai US$25,07 miliar atau jauh di atas capaian rentang yang sama 2020 senilai US$13,35 miliar.

Iim Fathimah Timorria & Wike D. Herlinda

15 Okt 2021 - 15.26
A-
A+
Seberapa Kokoh Benteng Surplus Neraca Dagang Hingga Akhir 2021?

Ilustrasi kegiatan ekspor impor di pelabuhan./istimewa

Bisnis, JAKARTA — Neraca perdagangan Indonesia diproyeksikan mampu mempertahankan surplus lebih tinggi dari 2020 hingga akhir tahun ini, didorong oleh oleh dampak dari fenomena krisis energi di sejumlah mitra dagang utama.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede menjelaskan komoditas ekspor Indonesia yang bisa memanfaatkan peluang selama krisis energi adalah batu bara. Komoditas ini menjadi jawaban atas permasalahan kenaikan biaya listrik di negara atau kawasan seperti China, India, dan Eropa.

“Kami melihat dampaknya [krisis energi] terhadap neraca perdagangan cenderung mixed ke arah positif. Dari catatan kami, komoditas yang mungkin dapat memanfaatkan kondisi ini adalah batu bara karena menjawab permasalahan krisis energi di negara-negara tersebut,” kata Josua, Jumat (15/10/2021).

Indonesia merupakan negara pemasok batu bara terbesar ke China dengan nilai mencapai US$9,86 miliar dan volume 133,18 juta ton sampai dengan Agustus 2021.

Nilai ekspor batu bara ke China memiliki pangsa 37,44% dari total ekspor produk mineral dalam kode HS 27 yang mencapai US$26,33 miliar.

Meski krisis energi bisa berdampak ke kinerja ekspor komoditas nonenergi, Josua meyakini neraca perdagangan Indonesia tetap bisa surplus sampai akhir tahun.

Data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan surplus neraca perdagangan kumulatif sepanjang kuartal I—III/2021 mencapai US$25,07 miliar atau jauh di atas capaian rentang yang sama 2020 senilai US$13,35 miliar.

“Kami memperkirakan surplus 2021 masih berpotensi melampaui surplus 2020 yang senilai US$21,62 miliar. Faktor yang meningkatkan neraca perdagangan ke depan adalah harga komoditas yang diperkirakan relatif tinggi hingga akhir tahun sehingga meningkatkan nilai ekspor ke depan.”

Selain itu, Josua mengatakan hambatan aktivitas produksi di negara penghasil bahan baku bagi industri domestik, terutama China, berpotensi menghambat nilai impor ke depan.

Total impor selama kurun Januari sampai September 2021 mencapai US$139,21 miliar, naik dari rentang sama tahun lalu senilai US$103,68. Pertumbuhan impor masih lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan ekspor dalam periode yang sama.

Secara akumulatif, ekspor selama Januari sampai September 2021 menyentuh US$164,28 miliar. Nilai tersebut naik 40,38% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar US$117,03 miliar.

BELUM TERPREDIKSI

Dari perspektif pengusaha, Koordinator Wakil Ketua Umum III Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia bidang Maritim, Investasi, dan Luar Negeri Shinta W. Kamdani mengatakan lonjakan harga komoditas energi membuat neraca perdagangan sampai akhir tahun belum bisa diprediksi.

“Kami belum bisa memprediksi surplus secara agregat pada akhir tahun akan lebih besar dari 2020 atau tidak karena faktor penyumbang defisit perdagangan terbesar kita sekarang adalah sektor migas,” kata Shinta.

Menurutnya, harga komoditas minyak dan gas yang terus naik bisa berdampak pada surplus di sektor nonmigas.

Meski Indonesia bisa memetik peluang dari permintaan batu bara, di sisi lain terdapat kebutuhan komoditas migas untuk menunjang aktivitas industri dan mobilitas masyarakat pada akhir tahun.

“Kalau harga komoditas energi terus naik, kami khawatir surplus kita akan terganggu karena nilai impor migas akan membesar meskipun konsumsi migas kita tidak naik terlalu drastis,” tambahnya.

Selain itu, Shinta mengatakan kenaikan harga komoditas juga berpengaruh ke harga impor, terutama impor bahan baku dan penolong. Situasi tersebut memperburuk masalah logistik global yang memicu naiknya biaya pengapalan.

Terlepas dari risiko hambatan yang muncul pada penghujung tahun, Shinta mengatakan pelaku usaha akan terus mempertahankan kinerja ekspor.

“Selama demand pasar global masih bisa dimanfaatkan dan kami masih bisa membiayai ekspornya, ekspor akan diteruskan. Karena itu kami mohon bantuan pemerintah untuk membantu penurunan biaya logistik ekspor dan menyediakan pembiayaan yang terjangkau,” katanya.

Pemerintah, di sisi lain, optimistis surplus perdagangan pada 2021 bisa melampaui capaian pada 2020. Sejauh ini, neraca nonmigas telah menorehkan surplus yang lebih tinggi dari pada 2020.

“Dengan asumsi pada kuartal IV/2021 perekonomian sudah mulai pulih dan mobilitas masyarakat sudah lebih lancar, kegiatan ekspor diharapkan juga mengalami penguatan,” kata Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan Kementerian Perdagangan Kasan Muhri.

Dengan demikian, dia meyakini maka surplus neraca perdagangan akan berlanjut hingga akhir tahun 2021 dan melampaui dari surplus neraca perdagangan tahun 2020 

Kasan menilai perkembangan pandemi Covid-19 memberikan pengaruh yang signifikan pada perkembangan perdagangan dunia, tak terkecuali Indonesia.

 “Status PPKM di dalam negeri dan juga status di negara mitra merupakan faktor yang dominan memengaruhi kinerja perdagangan Indonesia,” katanya.

Fenomena supercycle, lanjut Kasan, turut menjadi faktor yang berpengaruh pada kinerja perdagangan Indonesia. Beberapa produk yang mengalami peningkatan harga internasional berpotensi mendorong kinerja ekspor, seperti CPO, batu bara, timah, tembaga, dan nikel.

Selain itu, kelangkaan cip dia nilai akan memberikan tekanan kepada harga produk elektronik yang dapat berdampak kepada kenaikan harga produk elektronik di pasar global. Kenaikan harga elektronik ini cenderung menekan permintaan atas produk tersebut.

“Menurut kami hal ini juga akan menekan nilai impor produk tersebut  yang kemudian terefleksi pada menurunnya tekanan defisit pada impor produk elektronik,” kata Kasan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Wike D. Herlinda

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.