Sederet Faktor Pendorong Konsumsi Baja Nasional 2024

Konsumsi baja nasional pada 2024 diproyeksikan melanjutkan tren pertumbuhan sejak pandemi Covid-19, seiring dengan laju permintaan dunia.

Afiffah Rahmah Nurdifa

8 Jan 2024 - 20.19
A-
A+
Sederet Faktor Pendorong Konsumsi Baja Nasional 2024

Pipa baja ERW Spindo telah digunakan di beberapa proyek jembatan, proyek konstruksi terutama untuk bangunan bentang lebar seperti bandara, stadion, dan aula, serta aplikasi struktur selubung bangunan.- Spindo

Bisnis, JAKARTA - Konsumsi baja nasional pada 2024 diproyeksikan melanjutkan tren pertumbuhan sejak pandemi Covid-19, seiring dengan laju permintaan dunia.

Indonesian Iron & Steel Industry Association (IISIA) memperkirakan konsumsi baja nasional pada tahun ini bertumbuh 5,2% menjadi 18,3 juta ton.

Dalam laporan terbaru IISIA, pertumbuhan konsumsi sejalan dengan tren peningkatan sejak 2020 hingga 2023. Adapun, konsumsi baja nasional pada 2023 mencapai 17,4 juta ton, naik dari tahun sebelumnya 16,6 juta ton.

Peningkatan konsumsi baja nasional pada tahun ini ditopang belanja infrastruktur pemerintah, dan sektor properti, industri pengguna baja otomotif, elektronik, hingga peralatan rumah tangga. Pertumbuhan industri baja global juga mempengaruhi tingkat konsumsi baja nasional.

World Steel Association (WSA) memperkirakan konsumsi baja global pada 2023 tumbuh 1,8% menjadi 1.814,5 juta ton, dan konsumsi baja dunia 2024 akan tumbuh lebih lanjut 1,9% menjadi 1.849,1 juta ton.

Bagi industri baja Indonesia, pertumbuhan pasar China berperan penting lantaran merupakan pasar terbesar sekaligus sumber impor terbesar.

Beberapa analis pasar memperkirakan konsumsi baja China tumbuh 0,2% mencapai 944,6 juta ton. Kebutuhan tersebut masih tinggi meskipun terjadi penurunan dari semula 1 miliar ton.

Fitch Rating meramal permintaan baja China beralih dari sektor properti ke manufaktur dan energi terbarukan.

IISIA mencatat sejak 2018, China masih menjadi tujuan utama ekspor baja dengan pangsa 55%, diikuti oleh Taiwan (8%), India (5%), Filipina (3%), dan Malaysia (2,5%).

Pada Oktober 2023, ekspor baja ke China mencapai 8,1 juta ton (+20,2%, yoy).

Di sisi lain, China juga merupakan sumber impor produk baja terbesar bagi Indonesia. Pada periode 2018-2022, China merupakan sumber utama impor baja ke Indonesia diikuti Jepang, Oman, Korea Selatan, Rusia dan Afrika Selatan.

Sepanjang Januari-Oktober 2023, impor baja Indonesia dari China meningkat signifikan 28,1% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya menjadi 3,35 juta ton.

BACA JUGA: Menangkap Kilap Permintaan Pasar Baja


TIGA SEKTOR UTAMA

Selain faktor ekspor-impor, pertumbuhan sektor pengguna baja nasional juga menunjukkan peningkatan kebutuhan.

Pertama, sektor infrastruktur.

Alokasi dana infrastruktur 2024 meningkat menjadi Rp423 triliun dari Rp392 triliun tahun atau naik sebesar 7,9%.

Pendorong terkuat sektor konstruksi adalah proyek-proyek pemerintah yang pada gilirannya mampu memicu proyek-proyek lain di sekitarnya.

Setidaknya terdapat 41 proyek prioritas strategis dengan total dana indikatif USD426 miliar hingga tahun 2024.

Kedua, sektor properti.

Meskipun 2024 merupakan tahun politik, beberapa ahli properti memperkirakan bahwa sektor properti akan tumbuh di kisaran 3%-5% pada 2024.

Hal ini terutama didukung kebijakan Pemerintah untuk memberikan Insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) dalam pembelian properti.

Selain itu keringanan uang muka atau down payment (DP) atas properti dan promo penerapan suku bunga KPR subsidi yang ditawarkan para developer juga turut mendorong permintaan.

Dukungan dari regulator moneter, Bank Indonesia, yang menahan suku bunga acuan di 6% menjadi faktor dukungan lain.

Selain itu, potensi pasar perumahan Indonesia masih besar. Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret 2022 menunjukkan bahwa 16,01% rumah tangga masih belum memiliki rumah sendiri.

Lebih lanjut, proyeksi BPS juga menunjukkan bahwa hingga 2045, rata-rata pertumbuhan rumah tangga mencapai sebesar 660 ribu lebih per tahun dan mereka membutuhkan rumah

Ketiga, sektor Otomotif

Gaikindo memproyeksikan penjualan mobil baru pada tahun 2024 akan mencapai sebesar 1,1 juta unit. Target tersebut naik dari proyeksi 2023 yang sebesar 1,050 juta unit.

Gaikindo optimis dinamika tahun politik 2024 tidak akan mengganggu penjualan mobil secara nasional.

Proyeksi ini didukung oleh adanya merek-merek dan model-model baru yang akan meramaikan pasar pada 2024, termasuk peningkatan penjualan mobil listrik.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Fatkhul Maskur

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.