Sederet Kelebihan Pertamax Green 95, BBM Anyar Pertamina

Dengan kadar oktan tinggi (95), produk BBM Pertamax Green 95 yang merupakan salah satu upaya Pertamina dalam mendukung program pemerintah untuk mencapai target nol emisi karbon (net zero emission/NZE) itu disebut-sebut tetap akan memberikan performa optimal pada mesin kendaraan.

Ibeth Nurbaiti

26 Jul 2023 - 16.29
A-
A+
Sederet Kelebihan Pertamax Green 95, BBM Anyar Pertamina

Bisnis, JAKARTA — Fakta tentang Pertamax Green 95, produk bahan bakar minyak (BBM) terbaru yang dipasarkan PT Pertamina (Persero) masih menjadi pembahasan menarik, terutama menyangkut kelebihan bahan bakar kendaraan ramah lingkungan tersebut.

Produk BBM yang merupakan bauran bensin jenis Pertamax berkadar oktan (RON 92) dengan kandungan bioetanol 5 persen (E5) tersebut telah dirilis di sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di wilayah Jawa Timur dan DKI Jakarta pada Senin (24/7/2023).

Adapun, Subholding Commercial & Trading Pertamina, PT Pertamina Patra Niaga menjual Pertamax Green 95 untuk Surabaya di SPBU Jemursari, Soetomo, Mulyosari, Merr, Ketintang, Karang Asem, Mastrip, Citra Raya Boulevard, Juanda, dan Buduran.

Sementara itu, produk Pertamax kelas wahid yang dijual seharga Rp13.500 per liter ini, di Jakarta tersedia di SPBU MT Haryono, Fatmawati 1 dan Fatmawati 2, Lenteng Agung, dan di SPBU Sultan Iskandar Muda Kebayoran.

Lantas, apa saja kelebihan Pertamax Green 95 tersebut?

Yang jelas, dengan kadar oktan tinggi (95), produk green energy yang merupakan salah satu upaya Pertamina dalam mendukung program pemerintah untuk mencapai target nol emisi karbon (net zero emission/NZE) itu disebut-sebut tetap akan memberikan performa optimal pada mesin kendaraan.  

Baca juga: Napas Panjang Blok Masela di Tangan Inpex-Pertamina-Petronas

Selain itu, bahan bakar kendaraan (BBK) baru itu juga mengandung campuran Pertamax dan Bioetanol sebanyak 5 persen, yang secara signifikan diyakini dapat mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. 


“Produk ini adalah produk BBK hijau yang ramah lingkungan karena menggunakan bioetanol dari molases tebu. Ini merupakan implementasi dari salah satu pilar transisi energi Pertamina dalam mendukung transisi energi nasional dengan penggunaan campuran bahan bakar nabati,” ujar Nicke dalam keterangannya, dikutip Rabu (26/7/2023).

Lebih lanjut Nicke menjelaskan bahwa pengembangan produk Pertamax Green 95 juga berhasil melibatkan petani tebu hingga lebih dari 9.000 orang. Pemasaran produk ini pada tahap awal dilakukan di 10 SPBU di Surabaya dan 5 SPBU di Jakarta.

“Semoga kehadiran produk baru Pertamina yaitu Pertamax Green 95 diharapkan dapat memberikan multiplier effect bagi perekonomian Indonesia, sekaligus menjadi peluang penetrasi pasar global yang luas bagi perusahaan dan produk BUMN,” kata Nicke.

Baca juga: Fakta tentang Pertamax Green 95, dari Harga Hingga Cukai Etanol

Adapun, Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga Riva Siahaan memproyeksikan permintaan Pertamax Green di Pulau Jawa sudah mencapai lebih dari 90.000 kiloliter (kl) per tahun untuk asumsi saat ini. 

Kendati demikian, untuk target penjualan terbatas tahun ini hanya dipatok di angka 400 liter per hari. “Jadi untuk volumenya sendiri memang kami menargetkan sekitar 400 liter per hari untuk di kedua wilayah tersebut, memang lebih kurang mungkin sekitar 700 sampai 1.000 liter per hari,” kata Riva saat ditemui di acara peluncuran produk di SPBU MT Haryono, Jakarta, Senin (24/7/2023).

Di sisi lain, dia melanjutkan, kapasitas produksi etanol dari sisi hulu berada di level 30.000 kl setiap tahunnya. Sementara itu, kebutuhan etanol dari sisi hulu yang bakal terserap saat ini masih berada di level 12.000 kl. 

Baca juga: Harga dan Spesifikasi Pertamax Green 95, BBM Anyar Pertamina

Dengan demikian, imbuhnya, kepastian pasokan dari sisi hulu tidak menjadi masalah di tengah upaya untuk meningkatkan serapan pasar produk baru Pertamax hijau tersebut. “Untuk memenuhi proyeksi demand, saat ini Pertamina Patra Niaga bekerja sama dengan PT Energi Agro Nusantara atau Enero, anak usaha dari PT Perkebunan Nusantara (PTPN) X untuk menyuplai etanol yang digunakan sebagai bahan untuk blending Pertamax Green 95,” tuturnya.


Sebagaimana diketahui, pemerintah mulai mengimplementasikan pencampuran bioetanol 5 persen dengan BBM bensin jenis Pertamax. Berbagai penelitian dan uji coba juga telah dilakukan pemerintah untuk mendapatkan formula terbaik dalam percampuran bensin yang dijual di SPBU dengan etanol.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasfrif mengatakan bauran bensin jenis Pertamax (RON 92) dengan kandungan bioetanol 5 persen atau E5 nantinya juga dapat mengurangi potensi emisi dari BBM sembari ikut merawat mesin kendaraan. 

“Oktan bisa naik. Oktan 95, kan jadi bagus buat motor,” kata Arifin saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (23/6/2023).

Berdasarkan catatan Kementerian ESDM, torehan produksi bioetanol fuel grade belakangan berada di kisaran 40.000 kiloliter (kl) per tahun. Padahal, kapasitas produksi bioetanol di beberapa pabrik utama yang tersebar di Provinsi Jawa Timur mencapai 100.000 kl setiap tahunnya. 

Sebelumnya, Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) mengajukan HIP bahan bakar nabati (BBN) jenis bioetanol berada di kisaran Rp13.500 per liter. Usulan itu disampaikan di tengah pembahasan kerja sama holding perkebunan pelat merah dengan Pertamina untuk segera menjalankan uji coba pasar untuk produk BBM jenis bensin dengan bioetanol E5. (Nyoman Ary Wahyudi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Ibeth Nurbaiti

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.