Sederet Tantangan 2024, Sentimen Global Masih Tinggi

Sederet tantangan di pasar keuangan pada 2024 terus dicermati oleh bank sentral. Bank Indonesia (BI) memperkirakan, inflasi di negara maju masih di atas target, dan suku bunga kebijakan moneter termasuk Federal Funds Rate (FFR) diprakirakan bertahan tinggi dalam jangka waktu yang lama.

Maria Elena

29 Nov 2023 - 20.23
A-
A+
Sederet Tantangan 2024, Sentimen Global Masih Tinggi

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memperkirakan suku bunga The Fed masih akan naik dua kali./BISNIS

Bisnis, JAKARTA - Sederet tantangan di pasar keuangan pada 2024 terus dicermati oleh bank semtral. Bank Indonesia (BI) memperkirakan, inflasi di negara maju masih di atas target, dan suku bunga kebijakan moneter termasuk Federal Funds Rate (FFR) diprakirakan bertahan tinggi dalam jangka waktu yang lama (higher for longer).

Yield obligasi Pemerintah negara maju, khususnya AS (US Treasury), naik tinggi karena premi risiko jangka panjang (term-premia) terkait tingginya kebutuhan untuk pembiayaan fiskal. Ketidakpastian pasar keuangan masih berlanjut dan berpengaruh terhadap volatilitas aliran modal dan tekanan nilai tukar di negara emerging market.

Tekanan juga timbul dari menguatnya fragmentasi geopolitik. Sejalan dengan itu, BI memprediksi laju ekonomi dunia pada tahun depan hanya sebesar 2,8%, lebih rendah dibandingkan dengan estimasi tahun ini di angka 2,9%.

Merespons hal itu, bank sentral dalam Pertamuan Tahunan Bank Indonesia berkomitmen untuk terus memperkuat sinergi stimulus fiskal pemerintah dengan stimulus makroprudensial dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi, khususnya dari sisi permintaan.

BI juga terus memperkuat inovasi untuk meningkatkan efektivitas kebijakan moneter dalam memastikan terkendalinya inflasi dan tetap stabilnya nilai tukar rupiah melalui optimalisasi instrumen moneter SRBI dan SVBI yang pro-market dalam rangka memperkuat upaya pendalaman pasar uang dan mendukung upaya menarik portfolio inflows, dengan mengoptimalkan aset SBN dan surat berharga valas yang dimiliki oleh Bank Indonesia sebagai underlying.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan bahwa perekonomian dunia masih bergejolak, bahkan diperkirakan berlangsung hingga 2024. 

Risiko uutamanya disebabkan oleh perang Rusia dan Ukraina, perang dagang antara China dan Amerika Serikat, serta konflik antara Israel dan Palestina.  

Perry mengatakan, fragmentasi geopolitik tersebut akan mempengaruhi fragmentasi dari sisi ekonomi. Oleh karenanya, ekonomi global pada 2024 dinilai masih berisiko tumbuh melambat.  

“Prospek global masih meredup pada 2024 sebelum bersinar kembali pada 2025,” katanya dalam acara Pertemuan Tahunan BI, Rabu (29/11/2023).  BI memperkirakan, pertumbuhan ekonomi global akan tumbuh melambat pada tingkat 2,8% sebelum meningkat ke 3% pada 2025.  

Perekonomian Amerika Serikat (AS) diperkirakan cenderung menguat, sementara ekonomi China masih berpotensi melambat. 

Laju penurunan inflasi pun diperkirakan lebih lambat meski telah dilakukan pengetatan kebijakan moneter di negara maju. Meski menurun, tingkat inflasi global 2024 diperkirakan tetap berada di atas target, akibat naiknya harga energi global dan ketatnya pasar tenaga kerja. 

Suku bunga the Fed yang masih tinggi dan penguatan dolar AS pun diperkirakan masih memberi tekanan pada pasar keuangan negara berkembang, termasuk Indonesia.  

“Oleh karena itu, [gejolak global] perlu diantisipasi dengan kebijakan yang tepat untuk ketahanan dan kebangkitan ekonomi nasional,” tutur Perry.  

Baca Juga : Sinyal Pertumbuhan Asuransi Jiwa & Pergeseran Dominasi Unitlink 

Perry menyampaikan bahwa perekonomian dalam negeri pada 2024 diperkirakan tumbuh pada kisaran 4,7% hingga 5,5% dan akan meningkat lebih tinggi pada 2025.  

“Insyaallah ekonomi Indonesia 2024 dan 2025 akan menunjukkan ketahanan dan kebangkitan. Pertumbuhan ekonomi akan cukup tinggi pada 4,7%-5,5% pada 2024 dan meningkat pada kisaran 4,8%-5,6% pada 2025, salah satu yang tertinggi di dunia,” katanya. 

Perry menjelaskan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 akan didukung oleh menguatnya konsumsi dan investasi, terutama didukung oleh kenaikan gaji aparatur sipil negara (ASN), penyelenggaraan Pemilu, dan pembangunan infrastruktur Ibu Kota Nusantara (IKN), di samping peningkatan ekspor yang dipicu program hilirisasi pemerintah. 

Baca Juga : Instansi Berebut 'Lahan Basah' 

Di sisi global, Perry mengatakan bahwa perekonomian dunia masih bergejolak, bahkan diperkirakan berlangsung hingga 2024. Risiko utamanya disebabkan oleh perang Rusia dan Ukraina, perang dagang antara China dan Amerika Serikat, serta konflik antara Israel dan Palestina.  

Fragmentasi geopolitik tersebut kata Perry akan mempengaruhi fragmentasi dari sisi ekonomi. Oleh karenanya, ekonomi global pada 2024 dinilai masih berisiko tumbuh melambat.  

“Prospek ekonomi global akan meredup pada 2024 sebelum mulai bersinar kembali pada 2025. Ketidakpastian masih tinggi,” katanya.

BI memperkirakan, pertumbuhan ekonomi global akan tumbuh melambat pada tingkat 2,8% pada 2024 sebelum meningkat ke 3% pada 2025.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Rinaldi Azka
Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.