Segera Berakhir, Diskon PPnBM Disebut Kurang Bertaji

Pemberian diskon PPnBM mobil baru segera berakhir. Namun, ternyata kebijakan yang dimulai sejak Maret 2021 itu kurang bertaji. Simak penjelasannya.

Duwi Setiya Ariyant*
23 Agt 2021 - 19.59
A-
A+
Segera Berakhir, Diskon PPnBM Disebut Kurang Bertaji

Pemberian diskon PPnBM mobil baru segera berakhir. Namun, ternyata kebijakan yang dimulai sejak Maret 2021 itu kurang bertaji. (JIBI)

Bisnis, JAKARTA— Pemberian diskon pajak barang mewah (PPnBM) sebesar 100 persen yang segera berakhir ternyata tak cukup mengangkat kinerja sektor pembiayaan sehingga dianggap kurang bertaji.

Direktur Utama PT BCA Finance, Roni Haslim mengatakan penerapan diskon PPnBM 100 persen menjadi kurang bertaji akibat keterbatasan pasokan mobil dari beberapa merek. Saat konsumen tahu merek mobil yang diinginkan tak tersedia, pembiayaan baru pupus diajukan.

Menurutnya, keterbatasan pasokan terjadi akibat pembatasan kegiatan di pabrik dan perakitan kendaraan. Selain itu, keterbatasan komponen semikonduktor dan microchip yang diperlukan untuk menyediakan fitur pintar turut berkontribusi menekan persediaan mobil baru di pasar.

"Sebenarnya [dengan adanya PPnBM] penyaluran pembiayaan mulai membaik ketimbang bulan-bulan masa pandemi tahun lalu. Cuma masih ada kendala stok untuk model-model tertentu karena supply chip tetapi Juli dan Agustus kami masih ada di kisaran Rp1,5 triliun," ujarnya, Minggu (22/8/2021).

Seperti diketahui, diskon PPnBM 100 persen mobil baru sebelumnya berlaku mulai Maret hingga Juni. Namun, pemerintah kemudian memperpanjang kebijakan tersebut hingga akhir Agustus 2021.

Apabila tak mengalami perpanjangan kembali, diskon PPnBM yang ditanggung pemerintah sampai akhir tahun nanti hanya tersisa 25 persen. Roni menambahkan bahwa ekspektasi penyaluran bulanan pada tahun ini sebenarnya bisa menyentuh 75 persen dari kondisi sebelum Covid-19 saja sudah terbilang positif.

Kinerja anak usaha PT Bank Central Asia Tbk. ini telah menyentuh kondisi sebelum pandemi yakni pada April 2021. Adapun, capaian periode 2019 menyentuh Rp33,2 triliun atau rata-rata Rp2,7 triliun per bulan.  

"Ini membuat pembiayaan baru kami pada sepanjang semester I/2021 sudah Rp12,1 triliun, lebih tinggi 33 persen dibanding periode sama tahun lalu. Jadi kami masih optimistis masih bisa mencapai kisaran Rp30 triliun di akhir tahun," tambahnya.

Oleh sebab itu, menurut Roni, jelang akhir masa diskon PPnBM 100 persen ini, kondisi berpengaruh yang terus dinanti para pelaku usaha pembiayaan, yaitu meredanya pandemi, dibukanya pembatasan sosial di beberapa daerah, dan pulihnya daya beli masyarakat. 

Sementara itu, PT CIMB Niaga Auto Finance (CIMB Niaga Finance/CNAF) meyakini diskon PPnBM bukan satu-satunya katalis pendorong penyaluran pembiayaan mobil baru. Presiden Direktur CIMB Niaga Finance Ristiawan Suherman menyebut apabila tak mengalami perpanjangan kembali, perusahaan optimistis mampu mengerek kinerja dengan sisa diskon PPnBM yang lebih rendah.

"Walaupun PPnBM akan berakhir, kami optimistis permintaan akan mobil baru terus meningkat, dikarenakan saat ini masyarakat membeli mobil untuk menghindari kerumunan di tempat umum dan mengurangi pemakaian alat transportasi umum untuk memperkecil risiko penyebaran Covid-19," ujarnya, Senin (23/8/2021). 

Berdasarkan realisasi pada 21 Agustus, pembiayaan mobil baru naik 30 persen secara bulanan. Adapun, hingga semester I/2021, realisasi pembiayaan CNAF menyentuh Rp2,2 triliun berkat dorongan moncernya permintaan kredit jenis-jenis mobil yang mendapatkan subsidi PPnBM. 

Capaian ini masih dalam jalur pertumbuhan CNAF sepanjang 2021 yang dipatok 20 persen secara tahunan dari Rp3,75 triliun. 

Oleh sebab itu, Ristiawan menilai program pemulihan kondisi makro ekonomi dan upaya pemerintah gencar melaksanakan program vaksinasi Covid-19 yang berjalan cukup baik, akan menjadi pendongkrak geliat ekonomi yang membaik. Dengan demikian, kinerja pembiayaan turut terangkat.

"Kami berharap support pemerintah dapat disinergikan, sehingga tercipta sentimen positif masyarakat, dan dunia bisnis cepat meningkatkan perkenomian secara keseluruhan," tuturnya. 

Berbeda dengan CNAF, PT Mandiri Tunas Finance (MTF) menilai penyaluran pembiayaan perusahaan diproyeksi turun bila diskon PPnBM lebih rendah. Direktur Penjualan & Distribusi MTF, William Francis menjelaskan bahwa berkah PPnBM membawa kinerja pembiayaan baru perusahaan per Juli 2021 tumbuh 9,2 persen dibandingkan dengan realisasi pada Juli 2020.

"Ini karena penyaluran sampai dengan Juli 2021 MTF sudah menyalurkan Rp10,7 triliun. Untuk bulan ini [Agustus 2021] kami masih memproyeksikan sama dengan Juli 2021 karena masih ada diskon PPnBM," jelasnya, Minggu (22/8/2021).

Sebagai gambaran, kinerja tersebut menggambarkan penyaluran bulanan perusahaan sudah lebih baik ketimbang periode 2020, yang bahkan sempat anjlok dan menyisakan Rp460 miliar per bulan.

Terkini, kendati belum menyentuh penyaluran rata-rata bulanan sebelum pandemi di kisaran Rp2,4 triliun, MTF menargetkan total penyaluran pembiayaan sepanjang tahun menyentuh Rp20 triliun atau rata-rata Rp1,6 triliun per bulan.

"Harapannya memang agak bisa diperpanjang lagi agar menjadi stimulus penjualan mobil tetapi kami juga melihat sampai akhir tahun nanti tetap ada sentimen positif," jelasnya.

William berujar perusahaan menggantungkan kinerja dari pameran kendaraan seperti Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) yang akan terselenggara pada pengujung 2021. Pasalnya, kinerja pada tahun ini masih terhalang oleh pembatasan kegiatan, sehingga beragam kegiatan dan promosi baru bisa terlaksana lewat virtual atau digital.

Oleh karena itu, untuk mendongkrak kinerja, perusahaan menggelar MTF Virtual Flash Sale 2021 pada 18—21 Agustus 2021 untuk konsumen umum dan 23—27 Agustus 2021 khusus untuk nasabah Bank Mandiri.

Beragam promo, layanan tambahan, dan bunga spesial yang ditawarkan MTF bersama para mitra diharapkan mampu menggenjot permintaan pembiayaan pada periode Agustus 2021 ini.

Sekadar informasi, MTF sebelumnya hanya menyalurkan pembiayaan baru Rp16,74 triliun sepanjang 2020 akibat dampak pandemi Covid-19. Sangat jauh dibandingkan kinerja sepanjang 2019 yang mampu menembus Rp28,78 triliun.

Terkini, multifinance yang mengakomodasi pembiayaan mobil dan motor baru, multiguna, serta pembiayaan investasi dan alat berat ini tengah berjuang memperbaiki aset dan piutang pembiayaan kelolaan agar kembali ke posisi sebelum pandemi.

Terkini, piutang pembiayaan pada semester I/2021 senilai Rp39,65 triliun, masih terkontraksi 9,8 persen secara tahunan dari Rp43,97 triliun. Namun, angka ini telah mulai mendekati posisi akhir Desember 2020 di mana piutang kelolaan MTF mencapai Rp41,6 triliun.

Kabar baiknya, laba bersih setelah pajak (NPAT) MTF yang sebelumnya minus Rp11,1 miliar pada paruh 2020, kini kembali positif di Rp101,4 miliar, sehingga mampu menyumbang 0,8 persen NPAT grup Mandiri pada paruh 2021.

(Reporter: Aziz Rahardyan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Duwi Setiya Ariyant*

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.