Segmen Kredit Tahan Pemulihan Reasuransi

Lini kredit menahan pemulihan industri reasuransi sehingga tertinggal dibandingkan dengan asuransi umum. Simak penjelasannya.

Denis Riantiza Meilanova

30 Des 2021 - 14.00
A-
A+
Segmen Kredit Tahan Pemulihan Reasuransi

Lini kredit menahan pemulihan industri reasuransi sehingga tertinggal dibandingkan dengan asuransi umum. (Bisnis/Himawan L. Nugraha)

Bisnis, JAKARTA— Segmen kredit menahan pemulihan pada industri reasuransi kala bisnis proteksi lain mulai mencetak pemulihan. Simak penjelasannya.

Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) mencatat premi dicatat reasuransi umum sampai dengan kuartal III/2021 mencapai Rp13,39 triliun atau turun 12,3 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp15,27 triliun. Sementara itu, industri asuransi umum mengumpulkan premi Rp55,07 triliun per kuartal III/2021 atau tumbuh 2,2 persen

Wakil Ketua Bidang Statistik, Riset & Analisa AAUI, Trinita Situmeang mengatakan masih terkontraksinya kinerja reasuransi umum utamanya disebabkan penurunan premi yang cukup besar dari lini bisnis asuransi kredit.

Berdasarkan data AAUI, premi dicatat reasuransi dari lini asuransi kredit hanya mencapai Rp1,67 triliun per kuartal III/2021 atau turun 61,5 persen secara tahunan.

"Secara angka penurunan dikontribusi dari penurunan asuransi kredit sebesar Rp2,67 triliun atau turun 61,5 persen. Ini pengaruh penurunannya terjadi terhadap seluruh lini bisnis," ujar Trinita, Rabu (29/12/2021).

Sebagai dampaknya, pelaku industri melakukan penyesuaian portofolio. Perusahaan-perusahaan reasuransi kemungkinan memindahkan fokusnya ke lini bisnis reasuransi lainnya atau melakukan penyesuaian syarat dan ketentuan kerja sama dengan perusahaan asuransi.

Di sisi lain, dia menilai belum terkereknya kinerja reasuransi umum, meski kinerja asuransi umum tumbuh, lebih disebabkan karena adanya jarak waktu pencatatan antara reasuransi dan asuransi.

"Reasuransi menerima deklarasi premi itu after quarter istilahnya. Misal, dilaporkan di kuartal pertama, diterima oleh perusahaan asuransi, kemudian dicatat perusahaan reasuransi di kuartal ketiga atau keempat. Jadi memang ada lapse," jelasnya.

Selain itu, guna memperbaiki kinerja laba bersih, menurutnya, peninjauan strategi penempatan investasi menjadi upaya yang dilakukan perusahaan-perusahaan reasuransi. Namun, hal ini tergantung pada objektif masing-masing perusahaan dalam memilih instrumen investasi yang paling cocok dan tetap pada koridor aturan yang ditetapkan regulator.

Dia menyebut bahwa perusahaan reasuransi juga tengah melakukan konsolidasi kerja sama dengan perbankan dan perusahaan asuransi, dan stakeholders. Dia berharap dengan strategi perbaikan yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan reasuransi, industri reasuransi dapat tumbuh lebih sehat dan kuat di tahun depan.  
 
 "Namun, perbaikan tidak bisa sekejap, butuh waktu mungkin 3—6 bulan ke depan. Kami percaya itu sudah dan sedang dilakukan perusahaan reasuransi," kata Trinita.  
 
 Dari sisi rasio kecukupan, industri reasuransi menunjukkan indikator yang cukup baik. Trinita memaparkan rasio kecukupan premi terhadap pembayaran klaim industri reasuransi berada di angka 212,6 persen, rasio kecukupan premi dan hasil investasi terhadap pembayaran klaim sebesar 219,7 persen, sedangkan rasio investasi terhadap cadangan teknis  sebesar 99,3 persen.
 
 Terkait rasio investasi terhadap cadangan teknis yang di bawah 100 persen itu, kata Trinita, tentunya akan disikapi oleh perusahaan reasuransi dengan meninjau kembali kebijakan investasinya dan sistem pencadangannya.

Dalam kesempatan terpisah, Direktur Utama PT Reasuransi Nasional Indonesia atau Nasional Re Dody Achmad Sudiyar Dalimunthe menyebut bahwa kinerja perseroan mampu tumbuh pada kuartal III/2021.
 
 Berdasarkan laporan keuangan Nasional Re per September 2021, perseroan membukukan premi bruto senilai Rp5,07 triliun dan laba bersih senilai Rp178,36 miliar. Kinerja perseroan saat ini, kata Dody, masih ditopang dari lini asuransi properti, asuransi kredit, dan penjaminan. 
 
 "Kami tumbuh dibandingkan tahun sebelumnya. Sampai akhir tahun ini kami prediksi naik lagi," ujar Dody ketika ditemui, belum lama ini.
 
 Dia menuturkan bahwa sebagai perusahaan yang menjalankan fungsi untuk memitigasi risiko dari perusahaan asuransi, perusahaan reasuransi harus memiliki kapasitas untuk mengedukasi perusahaan asuransi dalam melakukan tata kelola risiko yang baik, termasuk tentang penetapan harga. 


"Kami pun juga me-review terms and conditions, produk ada yang mungkin kinerjanya kurang baik," tuturnya.

 Adapun, Nasional Re tengah memperbaiki tata kelola risiko dan pencatatan keuangannya. Perbaikan ini, kata Dody, akan berimbas pada kondisi keuangan perusahaan pada 2020. Namun, dia memastikan kondisi keuangan perusahaan membaik di 2021 dan optimistis kapasitas perusahaan akan lebih baik tahun depan.
 
 Kinerja yang cukup baik juga ditunjukkan oleh PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) atau Indonesia Re. Berdasarkan laporan keuangan kuartal III/2021 Indonesia Re (induk), perseroan membukukan premi bruto senilai 4,69 triliun atau tumbuh tipis 0,42 persen secara tahunan.
 
 Namun, laba bersih perseroan melesat menjadi Rp80,07 miliar, dari sebelumnya hanya Rp18,8 miliar per September 2020.
 
 Direktur Utama Indonesia Re Benny Waworuntu mengatakan, melesatnya kinerja laba tersebut didorogn oleh perbaikan kualitas bisnis dan efisiensi biaya.
 
"Tentunya banyak faktor pendorong. Melakukan efisiensi, kemudian juga memperbaiki kualitas bisnis sudah pasti. Kami juga bekerja sama dengan lebih banyak perusahaan asuransi dan reasuransi," ujar Benny kepada Bisnis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Duwi Setiya Ariyanti

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.