Semarak Konsolidasi Emiten Kala Pandemi

Pada tahun kedua pandemi pasar diramaikan dengan aksi konsolidasi sejumlah emiten. Simak penjelasannya.

Rinaldi Mohammad Azka

26 Des 2021 - 20.00
A-
A+
Semarak Konsolidasi Emiten Kala Pandemi

Pada tahun kedua pandemi pasar diramaikan dengan aksi konsolidasi sejumlah emiten. (Bisnis/Eusebio Chrysnamurti)

Bisnis, JAKARTA— Pandemi ternyata tak menyurutkan aksi korporasi di pasar modal. Hal itu tecermin dengan semarak aksi konsolidasi sejumlah emiten. 

Menariknya, aksi tersebut diperkirakan bakal terus berlanjut pada 2022, saat fase pemulihan ekonomi Indonesia kembali berlanjut. Sejumlah aksi akusisi dan merger pun bakal berdampak pada kinerja emiten di tahun depan.
 
Berdasarkan catatan Bisnis, setidaknya terdapat 38 aksi konsolidasi melalui merger dan akuisisi pada sepanjang 2021. Sejumlah sektor bahkan mencatatkan angka transaksi yang cukup fantastis, seperti sektor menara, energi, dan teknologi.
 
Kepala Riset Pasar Infovesta Utama Wawan Hendrawan menilai konsolidasi bisnis melalui aksi merger dan akuisisi sangat diperlukan terutama saat pandemi Covid-19. Aksi tersebut bakal menjadi modal menghadapi tahun berikutnya
 
"Ini force majeure pasti banyak emiten harus memperkuat permodalannya, salah satunya dengan merger, pemerintah juga lihat itu makanya dibuat holding BUMN. Hal ini supaya ketika terkonsolidasi akan lebih kuat juga menghadapi 2022," ujarnya kepada Bisnis, Minggu (26/12/2021).
 
Lebih lanjut, menurutnya merger dan akuisisi memiliki dua fungsi yakni memperkuat permodalan dan ekspansi. Dengan demikian, ketika dua fungsi ini dapat terwujud, seharusnya aksi sepanjang 2021 dapat berdampak positif pada 2022.
 
Selain itu, dia memperkirakan aksi merger dan akusisi akan kembali marak pada 2022. Salah satu sektor yang bakal ramai yakni perbankan, karena adanya aturan modal inti minimum dari OJK senilai Rp3 triliun.
 
"Jadi saya lihat dari perbankan tahun depan banyak lagi memperkuat permodalan tadi mengejar Rp3 triliun ini, bank itu diakuisisi pihak lain atau mengakuisisi," urainya.
 
Sementara itu, sektor kesehatan juga dinilainya masih bakal melakukan konsolidasi pasca pandemi Covid-19. Walaupun secara harga sudah terlalu mahal, saham emiten kesehatan cenderung akan stabil.
 
Di sisi lain, emiten sektor energi masih memiliki prospek yang menarik terutama melakukan aksi akuisisi pada tahun depan. Harga batubara yang masih akan tinggi dapat menjadi katalis untuk melakukan diversifikasi melalui akuisisi.
 
"Tahun depan itu saya optimistis lebih baik dari tahun ini dengan beberapa tantangan, ada tapering, suku buka naik, yang paling dikhawatirkan tahu-tahu ada varian baru yang membuat kasus meningkat juga. Jadi untuk menghadapi hal itu secara bisnis harus lebih ramping," katanya.
 
Senada, SVP Research Kanaka Hita Solvera Janson Nasrial menjelaskan prospek merger dan akuisisi masih akan baik pada 2022, didukung konsolidasi sejumlah sektor.
 
"Konsolidasi sektor perbankan dalam transisi ke bank digital guna menekan rasio biaya operasional terharap pendapatan operasional [BOPO], biaya pendanaan yang lebih murah, akuisisi pelanggan yang lebih murah, dimana bank besarbig banks terpaksa migrasi ke bank digital agar tetap dapat berkompetisi," terangnya kepada Bisnis.
 
Selain perbankan, sektor teknologi juga diperkirakannya masih akan terjadi aksi akuisisi yang memungkinkan beberapa startup teknologi di akuisisi oleh perusahaan teknologi inkumben seperti Bukalapak, GoTo, dan Traveloka.
 
Janson juga memperkirakan sektor pelayaran atau transportasi laut juga bakal melakukan aksi ini tahun depan. Hal ini karena terjadinya disrupsi suplai yang membutuhkan infrastruktur pendukung logistik laut.
 
"Masih banyaknya likuiditas karena suku bunga rendah di luar negeri, merger dan akuisisi di Indonesia masih memiliki outlook yang positif pada 2022," urainya.

Jelang 2022, aksi konsolidasi lainnya telah menanti. Salah satu aksi merger yang paling ditunggu pada 2021 bakal terjadi tahun depan, yakni antara PT Indosat Tbk. (ISAT) dengan PT Hutchinson 3 Indonesia.
 
Induk ISAT, Ooredoo Group dan induk 3 Indonesia, CK Hutchison Holdings Limited menyepakati penggabungan unit usaha masing-masing, PT Indosat Tbk. dan PT Hutchison 3 Indonesia. Nilai transaksi merger ini mencapai US$6 miliar atau setara Rp85,62 triliun.
 
Direktur Utama Indosat Ooredoo, Ahmad Al-Neama mengatakan setelah merger dengan H3I selesai maka mereka bakal menjelma sebagai perusahaan papan atas.
 
Menurutnya, perusahaan baru hasil merger ini akan membawa dua bisnis yang saling melengkapi untuk menciptakan perusahaan telekomunikasi digital kelas dunia yang lebih besar, lebih kuat secara finansial, dan lebih kompetitif, yang ditempatkan dengan baik untuk memberikan nilai lebih bagi semua pemegang saham, pelanggan, dan Indonesia.
 

"Kedua perusahaan telah mulai mengembangkan rencana integrasi yang lebih detail, tetapi rincian proses ini belum diselesaikan," katanya kepada Bisnis baru-baru ini.
 
Selain itu, dia berjanji pelanggan akan mendapat manfaat dari cakupan yang diperluas dan kecepatan data yang ditingkatkan saat integrasi berlangsung melalui berbagai fase hingga selesai.
 
Meski demikian, Ahmad mengatakan pendapatan rata-rata perpelanggan (average revenue per user/ARPU) perseroan berpotensi terus mengalami kenaikkan. Dia percaya tren positif kenaikan ARPU akan terus berlanjut. Hal itu didukung oleh komitmen untuk menawarkan produk yang sederhana, relevan, dan transparan kepada pelanggan.
 
ISAT berencana terus memperluas dan memperkuat jaringan berkualitas video di Tanah Air, termasuk perdesaan dan daerah tertinggal. Sebagai bagian dari komitmen untuk mendukung rencana pemerintah untuk menghadirkan cakupan 4G di seluruh Indonesia pada 2022.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Duwi Setiya Ariyanti
Anda belum memiliki akses untuk melihat konten

Untuk melanjutkannya, silahkan Login Di Sini

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.